Etiologi Dakriostenosis
Etiologi dakriostenosis dapat dibagi menjadi dua, yaitu kongenital dan didapat (acquired). Sementara itu, penyebab dakriostenosis didapat dibedakan menjadi etiologi primer (idiopatik) dan sekunder.[1]
Etiologi Dakriostenosis Kongenital
Pada anak-anak, mayoritas etiologi dakriostenosis adalah kongenital, di mana bentuk kelainan yang banyak dijumpai adalah obstruksi membran di distal Hasner’s valve yang terdapat di ujung duktus nasolakrimalis.[1]
Etiologi Dakriostenosis Didapat
Etiologi dakriostenosis didapat (acquired) dibedakan menjadi dakriostenosis didapat primer dan sekunder. Dakriostenosis didapat primer disebabkan oleh inflamasi dan fibrosis yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Dakriostenosis didapat primer merupakan dakriostenosis dengan onset pertama kali di usia dewasa, lebih sering ditemukan pada usia >40 tahun.[9]
Berbeda dengan penyebab primer, dakriostenosis didapat sekunder disebabkan oleh berbagai kondisi penyakit mata, antara lain:
- Infeksi: keratokonjungtivitis viral, herpes simpleks, Actinomyces, Bacteroides, Mycobacterium, Aspergillus, Candida, Ascaris lumbricoides
- Inflamasi: sarkoidosis, granulomatosis Wegener, penyakit Kawasaki, skleroderma, sinus histiositosis, kemoterapi sistemik, radioterapi, antiglaukoma topikal
- Neoplasma: papiloma, tumor maksila
- Trauma: iatrogenik, non-iatrogenik
- Kelainan mekanik: mukokel, dakriolitiasis[10,11]
Faktor Risiko
Faktor risiko dakriostenosis juga dibagi berdasarkan etiologi, yaitu kongenital dan didapat.
Faktor Risiko Dakriostenosis Kongenital
Neonatus berisiko mengalami dakriostenosis kongenital jika memiliki atresia pungtum atau kanalikuli, malformasi nasal, dan abnormalitas kraniofasial. Selain itu, bayi Down syndrome, kraniosinostosis, sumbing, mikrosomia hemifasial, dan anomali midfasial memiliki risiko lebih tinggi mengalami dakriostenosis kongenital.[4]
Faktor Risiko Dakriostenosis Didapat
Faktor risiko yang dapat menimbulkan inflamasi dan fibrosis pada dakriostenosis didapat primer dibagi menjadi 2, faktor risiko yang berasal dari mata (descending factors) atau berasal dari hidung (ascending factor). Faktor lain yang menyebabkan dakriostenosis didapat primer adalah faktor anatomi, fluktuasi kadar hormon, dan penggunaan rias mata.[4,6]
Perempuan lebih sering mengalami dakriostenosis didapat primer karena ukuran duktus nasolakrimalis bagian tengah, dan fosa nasolakrimalis bawah yang signifikan lebih kecil daripada pria.[4,6]
Riwayat pembedahan mata, hidung, dan sinus dapat mengalami pembentukan jaringan parut yang menimbulkan sumbatan duktus nasolakrimalis. Penggunaan antiglaukoma topikal (timolol) jangka panjang juga dapat menimbulkan efek samping dakriostenosis.[12,13]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini