Diagnosis Endoftalmitis
Diagnosis endoftalmitis atau endophthalmitis ditegakkan berdasarkan keluhan mata merah, nyeri, dan kabur yang disertai floaters. Pemeriksaan fisik mungkin menemukan hipopion, sementara funduskopi menunjukkan tanda inflamasi. Apabila pasien tidak memiliki riwayat bedah mata, injeksi mata, atau trauma mata, lakukan evaluasi sistemik untuk mencari kemungkinan fokus infeksi di bagian tubuh lain.[1]
Anamnesis
Keluhan utama pasien endoftalmitis adalah penglihatan kabur yang disertai warna mata merah, nyeri bola mata, bengkak di kelopak mata, kotoran mata banyak, dan floaters. Anamnesis harus menanyakan faktor risiko yang berhubungan dengan endoftalmitis seperti riwayat pembedahan pada mata, riwayat injeksi intravitreal, riwayat trauma mata, riwayat keratitis, atau riwayat ulkus kornea.[1,4]
Gejala endoftalmitis bakterial umumnya terjadi secara akut dalam waktu beberapa hari setelah tindakan atau paparan dengan faktor risiko. Sebaliknya, gejala endoftalmitis jamur timbul secara subakut, dengan gejala awal yang biasanya ringan lalu memberat dalam waktu beberapa hari atau minggu. Endoftalmitis akut pasca pembedahan muncul dalam jangka waktu 6 minggu setelah tindakan bedah.[1,4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mata menunjukkan hipopion pada hampir 80% kasus endoftalmitis yang terjadi setelah operasi katarak. Pemeriksaan visus akan menunjukkan penurunan drastis hingga 1/300 (hand movement) atau 1/~ (light perception).
Funduskopi akan menunjukkan tanda radang intraokular yang menyebabkan kekeruhan vitreous dan mempersulit visualisasi retina. Refleks fundus dapat menghilang. Pada beberapa kasus yang berat, dokter dapat menemukan defek pupil aferen. Selain dapat menjadi tanda keganasan, leukokoria pada pasien neonatus juga dapat menjadi gejala endoftalmitis endogen.[10,13]
Infiltrat pada kornea atau kelainan pada bekas luka operasi biasanya dapat ditemukan pada infeksi bakteri Gram negatif yang lebih virulen. Infeksi oleh Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dapat disertai dengan retinal detachment. Beberapa infeksi akibat bakteri yang berat dapat disertai dengan abses subretina atau koroid. Tanda klinis nonspesifik lain adalah perdarahan berbentuk lidah api dan cotton wool spots.[8,10]
Endoftalmitis jamur mempunyai gambaran lesi putih menggumpal (clump). Tanda klinis yang dapat ditemukan pada endoftalmitis jamur adalah lesi berwarna putih dengan batas yang tegas yang dapat ditemukan pada pole posterior koroid dan retina.[4,13]
Infeksi Candida umumnya bermanifestasi sebagai vitritis atau lesi putih menggumpal pada retina hingga vitreous. Infeksi Aspergillus ditandai dengan lesi putih atau kuning yang bersifat fokal atau difus. Pada beberapa kasus, dapat ditemukan lesi satelit yang membentuk gambaran seperti untaian mutiara.[4,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding endoftalmitis dapat berupa toxic anterior segment syndrome, uveitis anterior, dan penyakit Behcet.
Toxic Anterior Segment Syndrome
Toxic anterior segment syndrome (TASS) merupakan peradangan steril yang terjadi 12–48 jam setelah pembedahan intraokular. TASS disebabkan oleh paparan benda asing, termasuk lensa intraokular, salep, atau cairan desinfektan yang digunakan saat operasi. Peradangan yang terjadi ditandai dengan edema kornea berat, fibrin dan atau hipopion pada kamera okuli eksterna, pupil tidak reaktif, dan peningkatan tekanan intraokular.[3]
Pada TASS, manifestasi klinis terutama muncul pada segmen anterior dengan onset yang lebih cepat daripada endoftalmitis infeksi. Kultur cairan intraokular bisa membantu membedakan TASS dan endoftalmitis. TASS memberikan respons yang baik terhadap pemberian kortikosteroid.[3]
Uveitis Anterior
Uveitis anterior dapat memberikan gejala hipopion, kelainan segmen anterior, serta penurunan visus yang mirip dengan endoftalmitis. Pada pemeriksaan segmen posterior, endoftalmitis menunjukkan kelainan yang lebih berat daripada uveitis anterior. Terapi antibiotik topikal dan kortikosteroid sistemik umumnya memberikan respons baik pada kasus uveitis anterior.[14]
Penyakit Behcet
Penyakit Behcet meliputi peradangan multisistem yang sering melibatkan mata dan bermanifestasi sebagai uveitis, vitritis difus, infiltrat retina, dan vaskulitis. Tanda-tanda akut tersebut dapat mengalami resolusi spontan yang meningkatkan kecurigaan diagnosis ke arah penyakit Behcet. Pasien biasanya memiliki tanda klinis lain selain di mata, seperti sariawan mulut yang rekuren, ulkus genital rekuren, lesi kulit yang khas, dan tes pathergy positif.[15]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus endoftalmitis berguna untuk menunjang diagnosis klinis. Hasil pemeriksaan kultur yang negatif tidak langsung menyingkirkan diagnosis endoftalmitis.
Pencitraan Mata
Pencitraan mata dapat membantu diagnosis. USG mata dapat menunjukkan adanya gambaran echoic yang menandakan eksudat di vitreous. Lesi berbentuk kubah dapat diamati jika terdapat abses koroid. Retinal detachment juga dapat tampak pada USG.
Pemeriksaan lain seperti optical coherence tomography (OCT) dapat mencari kelainan di lapisan retina dan subretina, misalnya elevasi epitel retina pigmen karena eksudat, lesi intraretinal, penebalan koroid, atau sel pada vitreous posterior.[2,13]
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram umumnya memberikan hasil positif pada 50% kasus endoftalmitis bakterial. Pewarnaan ini dapat dilakukan untuk mengetahui etiologi endoftalmitis.[4]
Kultur Cairan Intraokular
Kultur cairan intraokular dapat diperoleh dari aqueous humor atau vitreous. Cairan aqueous diambil ±0,1 ml dengan cara aspirasi menggunakan jarum. Aspirasi jarum untuk vitreous lebih sulit karena viskositasnya seperti gel, sehingga tindakan vitrektomi dapat dijadikan pilihan untuk mengambil sampel vitreous. Sampel vitreous yang diambil adalah ±0,2–0,3 ml.
Hasil kultur umumnya positif pada 90% sampel vitrektomi, 50–70% sampel aspirasi vitreous, dan 40% sampel aspirasi aqueous. Jika kultur cairan intraokular negatif pada kasus yang dicurigai kuat sebagai endoftalmitis endogen, lakukan kultur darah untuk menentukan patogen kausatif.[4,13,14]
Polymerase Chain Reaction
Tes polymerase chain reaction (PCR) terhadap cairan intraokular dapat membantu mengidentifikasi patogen, termasuk pada kasus dengan hasil kultur negatif. PCR memungkinkan diagnosis yang cepat (waktu tes <90 menit), memiliki sensitivitas yang tinggi, serta memiliki spesifisitas yang baik terutama untuk deteksi jamur. Namun, PCR belum umum dikerjakan untuk diagnosis endoftalmitis dalam praktik sehari-hari. PCR untuk endoftalmitis masih terbatas untuk keperluan penelitian.[4,13]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur