Patofisiologi Hipermetropia
Patofisiologi hipermetropia masih belum diketahui secara pasti. Pada umumnya hipermetropia adalah suatu gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar cahaya sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetropia juga terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan etiologinya, yakni hipermetropia kongenital, hipermetropia sederhana, dan hipermetropia didapat.
Kondisi hipermetropia sederhana dan kongenital dapat disebabkan oleh bola mata atau sumbu anteroposterior mata pendek, dan kelengkungan kornea atau lensa lemah. Sementara itu, hipermetropia didapat disebabkan oleh tidak adanya lensa kristal, misalnya akibat tindakan bedah pasca pengeluaran lensa pada pasien katarak.
Selain itu, hipermetropia juga dibagi menjadi beberapa bentuk, seperti hipermetropia manifes dan laten. Hipermetropia manifes merupakan hipermetropia murni tanpa sikloplegik dan dapat dikoreksi hanya dengan kacamata positif maksimal. Hipermetropia manifes terbagi menjadi dua, yakni absolut dan fakultatif.
Hipermetropia manifes absolut merupakan kelainan refraksi yang tidak dapat diatasi dengan upaya akomodatif dan dapat membutuhkan kacamata plus untuk juga dapat melihat jauh. Hipermetropia manifes fakultatif kelainan refraksi yang dapat diatasi dengan upaya akomodatif, sehingga pasien dapat melihat normal (20/20) tanpa menggunakan bantuan kacamata. Di sisi lain, hipermetropia laten disebabkan oleh tonus otot siliaris yang inherent.[1,2]