Penatalaksanaan Keratokonjungtivitis Vernal
Pemilihan penatalaksanaan keratokonjungtivitis vernal bergantung pada tahap dan keparahan penyakit serta preferensi dari pasien. Pilihan tata laksana bervariasi, mulai dari penggunaan obat topikal hingga tata laksana bedah.[1,10]
Terapi Konservatif
Hal pertama yang harus dilakukan adalah untuk menjauhkan segala bahan-bahan yang mungkin merupakan alergen pencetus. Untuk meredakan gejala, dapat dilakukan kompres dingin dan membersihkan kelopak mata beberapa kali dalam sehari. Penggunaan kacamata hitam juga dapat membantu untuk mengurangi efek fotofobia dan juga dapat membantu melindungi mata dari bahan alergen di sekitarnya.
Pasien juga harus menghindari area yang berangin dan panas. Minta juga pasien untuk selalu menjaga kebersihan tangan dan menghindari menggosok-gosok mata. Pasien juga dapat menggunakan tetes air mata buatan untuk meredakan gejala mata kering.[1,10]
Obat Topikal
Tata laksana topikal adalah tata laksana lini pertama untuk mengatasi gejala pada keratokonjungtivitis vernal.[10]
Mast Cell Stabilizers Topikal
Pemberian topical sodium cromoglycate (2%), sodium nedocromil (2%), dan lodoxamide dapat membantu meredakan gejala. Lodoxamide juga dinilai lebih superior bila dibandingkan dengan sediaan lain untuk meredakan gejala dari keratokonjungtivitis vernal.
Biasanya mast cell stabilizers topikal digunakan pada kasus keratokonjungtivitis vernal yang masih derajat ringan-sedang, serta dapat digunakan sebagai salah satu tindakan profilaksis. Penggunaan mast cell stabilizers topikal dapat dilakukan 4-6 kali sehari selama 2 minggu pemakaian.[1,3,10]
Antihistamin Topikal
Pemberian mast cell stabilisers dan antihistamin dapat dilakukan bersamaan. Antihistamin topikal yang dapat diberikan adalah olopatadine dan ketotifen.
Pemberian kombinasi mungkin diperlukan pada pasien dengan gejala sedang hingga berat. Kombinasi mast cell stabilizer dan antihistamin dinilai dapat meredakan gejala secara cepat dan dalam jangka waktu lebih panjang. Meski begitu, pemberian antihistamin memiliki efek samping mata kering yang juga dapat memperparah gejala awal.[1,10]
Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid topikal dapat menginduksi reaksi antiinflamasi dan imunosupresan pada keratokonjungtivitis vernal. Fluorometholone, loteprednol, rimexolone adalah beberapa alternatif kortikosteroid topikal. Kortikosteroid digunakan pada kasus derajat berat atau sedang dalam masa eksaserbasi akut.
Pemilihan kortikosteroid dapat dimulai dengan kortikosteroid yang efek penetrasinya rendah seperti loteprednol atau fluorometholone untuk mencegah komplikasi pemakaian. Penggunaan pengobatan ini harus disertai dengan pemantauan tekanan intraokular karena dapat memicu terbentuknya glaukoma dan katarak.[1,3,10]
Imunomodulator Topikal
Imunomodulator dapat diberikan pada pasien dengan episode berulang atau kronik dan juga pada kasus yang parah atau tidak membaik usai penggunaan modalitas topikal lain. Cyclosporine 0,05% hingga 2% merupakan sediaan yang sering dipilih
Pemberian imunomodulator bertujuan untuk mengurangi sitokin proinflamasi. Cyclosporine memblokade sel T-helper sehingga menghambat proliferasi limfosit. Obat ini juga bekerja dengan menghambat sintesis histamin dari sel mast dan basofil. Beberapa penelitian juga mengungkapkan penggunaan cyclosporine 0,05% 4 kali dalam sehari dapat mengatasi keratokonjungtivitis vernal yang resisten terhadap pengobatan steroid topikal.[1,3,5,10]
Tacrolimus merupakan pilihan lainnya. Tacrolimus adalah salah satu inhibitor dari calcineurin yang menghambat aktivasi sel limfosit dan menurunkan inflamasi. Penggunaan tacrolimus juga disebut efektif dalam penanganan keratokonjungtivitis vernal dengan keterlibatan kornea.[1,3,10]
Obat Antiinflamasi Nonsteroid Topikal
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang digunakan dalam pengobatan alergi okular biasanya menghambat enzim siklooksigenase. Beberapa studi menunjukkan sedikit efek dalam hal penurunan gatal, tetapi penggunaan OAINS tidak dianjurkan pada konjungtivitis vernal karena efek samping lokalnya, seperti rasa terbakar atau menyengat, peningkatan risiko keratitis, dan tidak ada target mekanisme inflamasi spesifik yang terkait konjungtivitis vernal.[5]
Obat Sistemik
Pengobatan sistemik jarang diperlukan dan umumnya hanya digunakan pada pasien yang juga memiliki riwayat atopik lainya seperti dermatitis atopik, dan asma. Pengobatan dengan menggunakan montelukast, yang dapat menghambat IL-10, dilaporkan membantu meredakan gejala asma dan juga mengurangi gejala pada pasien dengan konjungtivitis vernal. Obat lain seperti dupilumab yang menghambat reseptor IL-4 dan biasa digunakan untuk mengobati dermatitis atopik juga dilaporkan bermanfaat.[1]
Pengobatan sistemik dengan antihistamin atau antileukotrien oral diduga dapat mengurangi keparahan flare-up dan hiperreaktivitas umum. Golongan yang lebih disukai adalah antihistamin generasi kedua, seperti fexofenadine, untuk menghindari efek sedatif dan antikolinergik yang terkait dengan agen generasi pertama.[5]
Pembedahan
Tata laksana bedah dapat dipertimbangkan untuk mengangkat sikatrik atau plak yang telah terbentuk pada kornea. Ini bermanfaat untuk meredakan gejala gangguan penglihatan dan membuat kornea dapat membentuk epitel yang baru kembali. Intervensi yang dipilih bervariasi, mulai dari scraping hingga keratektomi superfisial.
Krioterapi dan atau eksisi pada papil raksasa harus dihindari karena dapat menyebabkan luka pada kornea yang pada akhirnya dapat mengganggu penglihatan. Terapi yang biasa dilakukan bersamaan dengan intervensi bedah adalah aplikasi mitomycin-C dan cangkok konjungtiva autologous.[1,10]