Diagnosis Mata Merah
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam diagnosis mata merah adalah mengenali red flags, yaitu nyeri sedang berat, penurunan visus, dan fotofobia. Keadaan ini bersifat vision threatening, sehingga pasien harus segera dikonsultasikan ke dokter spesialis mata.
Selain red flags, keluhan binokular/monokular, adanya sekret, riwayat penyakit kronis dan autoimun, serta riwayat trauma juga perlu digali. Tidak semua penyakit mata merah memiliki gold standard diagnosis, sehingga pemahaman mengenai gejala klinis yang khas adalah dasar yang membedakan kemungkinan diagnosis banding pada mata merah.[65]
Red Flags pada Mata Merah
Pada pasien anak, red flags mata merah dapat dilihat dari:
- Adanya perubahan warna/kekeruhan pada kornea
Red reflex maupun pemeriksaan pupil yang abnormal
- Fotofobia
- Nyeri yang signifikan
- Edema palpebra dan periorbita
- Juling/squint onset akut
- Penurunan ketajaman penglihatan[79]
Selain itu, keluhan mata merah yang tidak membaik dalam 2 minggu terapi, riwayat cedera mekanik dengan gaya yang kuat, serta kesulitan dalam melakukan pemeriksaan juga termasuk dalam red flags. Pada keadaan ini, pasien harus segera dikonsulkan ke dokter spesialis mata.[79]
Sedangkan pada pasien dewasa, red flags meliputi:
Nyeri moderat dengan visual analog scale (VAS) 5–10 terutama yang tidak membaik dengan analgesik
- Penurunan penglihatan
- Nyeri/rasa tidak nyaman saat melihat cahaya (fotofobia)
- Nyeri kepala pada sisi mata yang dikeluhkan
Diplopia binokular onset akut, yang dapat diidentifikasi dengan menanyakan hilangnya keluhan pandangan ganda pada saat salah satu mata, baik kiri maupun kanan ditutup
- Riwayat penggunaan kontak lens, trauma, dan operasi mata[65]
Anamnesis
Anamnesis pada mata merah diawali dengan mengidentifikasi kegawatdaruratan mata merah sesuai usia, baik pada pasien dewasa maupun anak-anak. Setelah mengidentifikasi red flags pada mata merah, anamnesis dapat diperdalam dengan menanyakan onset, unilateral/bilateral, progresivitas, karakteristik nyeri (bila ada), sekret, lokasi anatomis, dan keluhan lainnya. Onset mata merah dinyatakan akut bila ≤7 hari. Pada pasien yang mengalami trauma kimia, wajib ditanyakan bahan apa yang mengenai mata.[31,80]
Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri pada mata merah dapat mengindikasikan keparahan gejala dan mengarahkan diagnosis banding pada keluhan mata merah. Sebagai contoh, nyeri bersifat deep boring pain seringkali terjadi pada skleritis, nyeri yang tajam biasanya dialami pada keratitis bakterial, sedangkan nyeri terbakar disertai sekret yang banyak dan purulen pada mata adalah tanda khas konjungtivitis gonore.[31,71]
Selain itu, keluhan nyeri harus dibedakan dengan nyeri ringan atau rasa tidak nyaman seperti rasa iritasi atau sensasi benda asing. Biasanya, nyeri ringan/rasa mata gatal/iritasi merupakan tanda mata merah yang dapat ditangani di fasilitas kesehatan primer, karena tidak vision threatening. Contohnya adalah episkleritis, perdarahan subkonjungtiva, konjungtivitis bakteri non gonore/virus/alergi yang tidak persisten dan kronis, serta dry eye syndrome (DES).[78]
Selain itu, anamnesis keluhan nyeri juga harus menanyakan faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, area yang mengalami nyeri, dan penjalaran nyeri. Pada glaukoma akut sudut tertutup dan skleritis, nyeri dapat menjalar ke kepala pada sisi yang sama dengan mata yang dikeluhkan[31,42]
Sekret
Sekret yang menyertai keluhan mata merah dapat berupa sekret kehijauan, berair, maupun berair dengan jumlah yang banyak (epifora). Selain warna dan konsistensi, produksi sekret juga dapat mengarahkan diagnosis, misalnya sekret kehijauan yang sangat banyak biasanya dialami pada konjungtivitis gonore. Sedangkan sekret berair dapat menandakan adanya reaksi alergi seperti konjungtivitis alergi, virus, maupun trauma benda asing atau abrasi kornea.[31,80]
Lokasi Anatomi
Berdasarkan lokasi anatominya, pendekatan diagnosis berdasarkan anamnesis pada keluhan mata merah dapat diidentifikasi sebagai berikut.
Palpebra dan Periorbita:
Pada area palpebra, keluhan mata merah seringkali terjadi karena blefaritis atau blefarokonjungtivitis. Keluhan dapat disertai dengan rasa terbakar dan gatal terutama di kelopak mata, mata berair dengan krusta pada kelopak mata terutama di pagi hari, sehingga menyebabkan kelopak mata seperti lengket. Keluhan juga dapat disertai dengan penglihatan kabur dan fotofobia.[23,27,62,88]
Pada area periorbita, keluhan mata merah sering ditemukan adalah selulitis orbita. Pasien seringkali datang dengan keluhan mata merah dengan kelopak mata yang bengkak unilateral, disertai nyeri saat menggerakkan bola mata, nyeri kepala, dan penglihatan ganda (diplopia). Selain itu, gejala sistemik seperti demam dan lemas juga sering ditemukan.[18,63]
Konjungtiva:
Pada area konjungtiva, keluhan mata merah yang sering ditemukan dalam praktik sehari-hari antara lain seperti konjungtivitis, perdarahan subkonjungtiva, dry eye syndrome (DES), benda asing dan cedera mata. Untuk benda asing dan cedera mata, kelainan yang ditemukan tidak selalu di konjungtiva, tetapi dapat mengenai bagian lain bola mata.
Konjungtivitis:
Konjungtivitis dapat disebabkan karena infeksi virus maupun bakteri, dan alergi. Pasien dengan konjungtivitis dapat datang dengan keluhan mata merah yang disertai dengan sekret. Untuk konjungtivitis virus dan alergi, sekret biasanya berair. Akan tetapi konjungtivitis alergi seringkali bilateral dan disertai riwayat atopi maupun paparan alergen, sedangkan konjungtivitis virus seringkali disertai riwayat infeksi saluran napas atas sebelumnya.
Pada konjungtivitis bakteri, keluhan mata merah biasanya disertai dengan sekret kental kehijauan. Keluhan nyeri pada konjungtivitis biasanya minimal atau hanya disertai rasa tidak nyaman. Akan tetapi, pada pasien dengan konjungtivitis gonore keluhan nyeri biasanya disertai nyeri terbakar dan sekret kental hijau yang banyak.[9,16,49]
Perdarahan Subkonjungtiva:
Pada perdarahan subkonjungtiva, keluhan mata merah biasanya unilateral, terlokalisir serta tidak disertai nyeri/nyeri minimal. Selain itu, riwayat trauma okuli atau mengejan/bersin/batuk.[21,75]
Dry Eye Syndrome (DES):
Pada dry eye syndrome (DES), pasien biasanya mengeluh mata merah dan berair, sensitif saat melihat cahaya (fotofobia), serta sensasi benda asing di mata.[32]
Cedera Mata dan Benda Asing:
Pasien dengan cedera mata dapat datang dengan keluhan mata merah, dengan keluhan yang bervariatif. Selain itu, pada cedera mekanik maupun adanya benda asing keluhan seringkali disertai mata berair dan banyak (epifora). Keluhan tambahan dapat berupa pandangan kabur, floaters, rasa mengganjal di mata dan fotofobia, tetapi keluhan ini tergantung gaya dan jenis cedera mekanik.
Berdasarkan kedalaman penetrasi dan gaya yang menyebabkan cedera mata, keluhan penurunan ketajaman penglihatan dapat ada maupun tidak. Anamnesis juga harus meliputi riwayat pekerjaan atau kegiatan yang menjadi faktor risiko, seperti bekerja di tempat pengelasan, pengeboran, dan pekerja pabrik.[31,33,43]
Pada cedera kimia, keluhan mata merah dapat disertai nyeri seperti terbakar dan penurunan penglihatan sesuai derajat cedera. Anamnesis pada keadaan ini juga harus meliputi onset, durasi pajanan bahan kimia, dan jenis bahan kimia yang menyebabkan cedera (asam atau basa).[54,57]
Sklera dan Episklera:
Pada sklera dan episklera, keluhan mata merah yang sering ditemukan pada praktik klinik sehari-hari adalah skleritis dan episkleritis. Keluhan nyeri yang menyertai skleritis biasanya khas deep boring pain, sedangkan nyeri pada episkleritis biasanya minimal, rasa iritasi seperti adanya benda asing, atau dapat tanpa nyeri.[7,11,13,64]
Pada skleritis, selain nyeri khas deep boring pain, nyeri konstan dan gradual terutama malam hari, serta menjalar ke telinga, kulit kepala, wajah dan rahang. Selain itu, nyeri juga dapat memburuk pada pergerakan mata bila melibatkan skleritis posterior.[11,13,64]
Keluhan lain yang dapat menyertai skleritis adalah penurunan penglihatan, mata berair, dan fotofobia. Selain itu, pasien seringkali memiliki penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE) dan rheumatoid arthritis (RA).[11,13,64]
Kornea:
Pada kornea, keluhan mata merah yang timbul seringkali berhubungan dengan keratitis, abrasi kornea, dan benda asing.
Keratitis:
Pada keratitis, keluhan mata merah disertai dengan nyeri tajam (pada bakteri/jamur) atau rasa tidak nyaman/iritasi (pada viral). Pasien juga dapat mengeluhan fotofobia dan penglihatan buram. Keluhan penglihatan buram ini biasanya dialami bila lesi menutupi aksis visual. Pada keadaan keratitis, anamnesis faktor risiko seperti riwayat penggunaan kontak lens juga harus ditanyakan.[22,44,51]
Abrasi Kornea dan Benda Asing:
Keluhan mata merah yang terjadi karena abrasi kornea maupun adanya benda asing, biasanya disertai dengan nyeri tajam, karena memiliki banyak ujung saraf sensorik. Selain itu, keluhan juga bisa disertai dengan mata berair, penglihatan kabur, rasa mengganjal pada mata, dan fotofobia. Biasanya pasien juga memiliki riwayat trauma mekanik.[10,20]
Kamera Okuli Anterior (KOA) dan Uvea:
Kelainan pada kamera okuli anterior (KOA), keluhan mata merah yang sering ditemukan adalah glaukoma akut sudut tertutup, sedangkan uveitis anterior seringkali berhubungan dengan keluhan pada uvea.
Glaukoma Akut Sudut Tertutup:
Pasien dengan glaukoma akut sudut tertutup sering datang dengan keluhan mata merah yang disertai keluhan khas peningkatan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala hebat, mual, dan muntah. Pasien juga sering mengeluhkan penurunan penglihatan onset akut, fotofobia, serta keluhan seperti melihat lingkaran cahaya yang mengelilingi sumber cahaya (halo).[39,45,77,91]
Uveitis Anterior:
Uvea terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Pada uveitis anterior atau iritis seringkali ditemukan keluhan mata merah yang disertai nyeri progresif seperti disobek, terutama di malam hari. Pasien juga dapat memiliki keluhan khas fotofobia konsensual, yaitu nyeri/rasa tidak nyaman saat mata yang tidak dikeluarkan terkena cahaya. Apabila uveitis anterior disertai dengan uveitis posterior, maka pasien juga dapat mengeluhkan penurunan ketajaman penglihatan.[3,42]
Segmen Posterior:
Pada segmen posterior mata, keluhan mata merah seringkali ditemukan pada endoftalmitis dan panoftalmitis.
Endoftalmitis:
Keluhan mata merah pada endoftalmitis biasanya disertai nyeri yang sangat berat dan intens, penurunan penglihatan, fotofobia, serta gejala sistemik seperti demam dan lemas.[24,35]
Panoftalmitis:
Panoftalmitis biasanya disertai dengan tanda infeksi dan inflamasi baik intraokular maupun lapisan yang membungkus bola mata, sehingga keluhan klinisnya biasanya lebih berat daripada endoftalmitis. Mata merah disertai nyeri yang sangat berat, sekret kental dan kehijauan.[1]
Keluhan mata merah pada panoftalmitis biasanya disertai dengan penurunan penglihatan, bahkan sampai tidak bisa mengidentifikasi cahaya. Selain itu, keluhan tambahan dapat disertai dengan bengkak sekitar mata (edema periorbital), nyeri saat menggerakkan mata, serta gejala sistemik seperti demam dan lemas.[1]
Anamnesis Riwayat Penyakit, Kebiasaan, dan Pekerjaan
Anamnesis mengenai riwayat penyakit sistemik dapat meliputi autoimun (misalnya SLE, RA, Sjogren syndrome) dan penyakit kronis (misalnya diabetes mellitus dan hipertensi). Selain itu, riwayat penggunaan obat-obatan seperti antiplatelet (misalnya clopidogrel) dan kebiasaan mengenai penggunaan lensa kontak juga perlu ditanyakan sebagai faktor risiko untuk mengarahkan diagnosis dan mengontrol rekurensi penyakit.[31,64]
Selanjutnya, pekerjaan tertentu dapat meningkatkan risiko cedera mata, antara lain seperti pekerja kebun/petani, pekerja las dan buruh industri.[31,64]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada mata merah meliputi pemeriksaan visus pada dewasa maupun anak, pemeriksaan mata eksternal dan periorbita (seperti ada/tidaknya edema dan eritema), pergerakan bola mata, lapang pandang serta posisi mata. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan slit lamp maupun lup. Pada inspeksi mata, karakteristik mata merah dapat membantu mengarahkan diagnosis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Selain itu, pemeriksaan pupil termasuk adanya relative afferent pupillary defect (RAPD), memeriksa adanya fotofobia konsensual, dan segmen posterior bola mata serta red reflex juga harus dilakukan.[31,78-81]
Pemeriksaan segmen posterior dan media bola mata dapat dilakukan dengan atau tanpa midriatikum. Sebelum melakukan pemeriksaan ini, identifikasi peningkatan tekanan intraokular (TIO) dengan tonometri diperlukan. Bila didapatkan peningkatan TIO, maka penggunaan midriatikum dikontraindikasikan karena akan memperparah klinis peningkatan TIO.[31,78-81]
Tabel 1. Pemeriksaan Fisik Khas pada Mata Merah
Organ | Penyakit | Pemeriksaan Fisik |
Palpebra dan Periorbita | Blefaritis | Krusta, edema dan eritema palpebra |
Scaling pada dasar bulu mata membentuk collarettes | ||
Bulu mata rontok (madarosis) | ||
Arah pertumbuhan bulu mata ke kornea/konjungtiva (trichiasis) | ||
Dapat disertai injeksi konjungtiva | ||
Selulitis periorbita | Edema dan eritema periorbita, nyeri tekan saat palpasi | |
Proptosis dan chemosis | ||
Oftalmoplegia dan nyeri saat menggerakkan bola mata Injeksi konjungtiva | ||
RAPD | ||
Oftalmoskop: choroidal folds dan papilledema | ||
Penurunan ketajaman visus | ||
Gejala sistemik: demam dan lemas | ||
Konjungtiva | Konjungtivitis | Konjungtivitis virus: seringkali unilateral, injeksi konjungtiva, sekret berair, dengan/tanpa lesi vesikuler pada palpebra, chemosis dan folikel pada konjungtiva palpebra inferior, dengan/tanpa limfadenopati preaurikular |
Konjungtivitis bakteri: seringkali unilateral, injeksi konjungtiva, sekret mukopurulen, dengan/tanpa chemosis dan edema palpebra, dengan/tanpa limfadenopati preaurikular yang nyeri tekan | ||
Konjungtivitis alergi: bilateral Injeksi konjungtiva, sekret berair, dengan/tanpa papila konjungtiva dan edema palpebra | ||
Perdarahan subkonjungtiva | Seringkali unilateral | |
Kemerahan karena ekstravasasi pembuluh darah, berwarna terang, terlokalisir berbatas tegas | ||
Dry eyes | Unilateral/bilateral | |
Dapat ditemukan sekret berair banyak (epifora) | ||
Blurry vision Injeksi konjungtiva ringan | ||
Tear film break-up time (TBUT) <10 detik | ||
Schirmer test <5 mm | ||
Sklera dan Episklera | Skleritis | Bilateral (berhubungan dengan penyakit autoimun, SLE dan RA) atau unilateral (biasanya berhubungan dengan infeksi |
Eritema difus/fokal, gelap keunguan, dengan/tanpa nodul yang immobile bila digerakkan dengan cotton bud | ||
Skleritis posterior: penurunan ketajaman visus, pemeriksaan oftalmoskop: choroidal folds, ablasio retina tipe eksudatif, papilledema | ||
Episkleritis | Biasanya unilateral | |
Mata merah salmon-red, terlokalisir dengan batas yang tidak tegas | ||
Dengan/tanpa nodul yang mobile bila digerakkan dengan cotton bud | ||
Kornea | Keratitis | Biasanya unilateral, injeksi siliar, terdapat lesi keputihan disertai kekeruhan pada kornea |
Keratitis bakterial: sekret mukopurulen, lesi kornea membentuk plak/infiltrat dengan batas tegas dan permukaan datar | ||
Keratitis fungal: lesi kornea membentuk tepi ireguler | ||
Keratitis viral: lesi kornea yang bercabang-cabang dan penurunan sensasi kornea dengan cotton applicator; infeksi varicella zoster dapat disertai lesi kulit vesikel berkelompok sesuai dermatom dan Hutchinson’s sign | ||
Abrasi kornea, trauma mekanik dan benda asing | Unilateral/bilateral tergantung trauma | |
Injeksi konjungtiva | ||
Kornea keruh karena edema, dengan lesi keputihan | ||
Kesulitan membuka mata karena nyeri dan fotofobia | ||
Dengan/tanpa hifema dan penurunan visus (tergantung gaya trauma dan penetrasi benda asing) | ||
Kamera okuli anterior (KOA) dan uvea (iris, badan siliar, koroid) | Glaukoma akut sudut tertutup | Unilateral |
Injeksi konjungtiva/siliar, edema kornea, iris bombe | ||
Kamera okuli anterior dangkal, TIO meningkat | ||
Pupil middilatasi, refleks cahaya menurun | ||
Penurunan ketajaman visus | ||
Segmen posterior didapatkan gambaran oftalmoskop: cup-to-disc ratio melebar | ||
Konsistensi mata yang lebih keras pada saat palpasi | ||
Uveitis anterior (Iritis) | Seringkali unilateral | |
Ciliary flush atau injeksi siliar | ||
Keratic precipitate | ||
Kamera okuli anterior: hipopion, cell and flare | ||
Pupil irregular, konstriksi, refleks cahaya menurun | ||
Fotofobia konsensual (tanda khas) | ||
Segmen posterior | Endoftalmitis | Seringkali unilateral |
Edema dan eritema periorbita disertai nyeri tekan | ||
Injeksi siliar dan konjungtiva, eritema sangat prominen, sekret purulen | ||
Dengan/tanpa keratic precipitate | ||
RAPD | ||
Kamera okuli anterior: hipopion, cell and flare, fibrin | ||
Dengan/tanpa intracapsular plaque | ||
Fotofobia dan penurunan ketajaman visus | ||
Segmen posterior dengan oftalmoskop: vitritis, mikroabses pada retina atau koroid, Roth spot | ||
Gejala sistemik: demam dan malaise | ||
Panoftalmitis | Seringkali unilateral, sekret purulen | |
Oftalmoplegia, biasanya komplit Injeksi siliar dan konjungtiva, eritema sangat prominen, chemosis | ||
Eritema dan edema periorbita disertai nyeri tekan, proptosis | ||
Perforasi kornea atau kekeruhan kornea | ||
Kamera okuli anterior: hipopion, cell and flare | ||
Penurunan visus dapat sampai 0 (tidak bisa mengidentifikasi cahaya) | ||
RAPD ada TIO menurun terutama bila sudah terjadi phthisis bulbi | ||
Trauma Kimia | Unilateral/bilateral | |
Injeksi siliar | ||
Kornea keruh/perforasi | ||
Hifema | ||
Perforasi bola mata | ||
Dengan/tanpa necrosis liquefactive | ||
Dengan/tanpa glaukoma dan penurunan ketajaman visus | ||
Pemeriksaan pH menggunakan kertas lakmus berwarna biru (basa) atau merah (asam) |
Sumber: dr. Sherly Kurniawan, 2022.[1,3,5-7,13,16,18,20,27,32,35,44,46,58,62,84]
Pemeriksaan Segmen Posterior dengan Oftalmoskop
Pemeriksaan dengan oftalmoskop dilakukan untuk mengidentifikasi adanya red reflex dan kelainan pada segmen posterior bola mata. Tidak didapatkannya red reflex menjadi penanda adanya kelainan pada jaras visual. Pemeriksaan segmen posterior bola mata meliputi retina, optic disc dan pembuluh darah.[85]
Pada keadaan dimana segmen posterior sulit dinilai dengan oftalmoskop, pemeriksaan awal dengan mengidentifikasi ada atau tidaknya red reflex cukup untuk melihat adanya kelainan patologis pada jaras penglihatan, yaitu kornea, lensa, badan vitreus, dan retina.[85]
Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)
Relative afferent pupillary defect (RAPD) atau Marcus Gunn pupil sesuai namanya, merupakan defek pada pupillary pathway pada jaras aferen (sensorik) relatif pada salah satu mata. Pupillary pathway adalah retina, saraf optik, chiasma optikum, traktus optik setelah chiasma optikum, dan nukleus pretektal. Maka dari itu, bila terdapat RAPD maka ada kelainan/lesi pada pupillary pathway.[82]
Normalnya pada saat dilakukan pemeriksaan refleks cahaya dan swing light test, kedua pupil konstriksi. Akan tetapi, pada RAPD, karena adanya defek aferen, seperti pada skleritis, maka saat dilakukan swing light test pada mata yang defek, kedua pupil dilatasi.[82]
Anisokoria bukan tanda RAPD, tetapi RAPD tetap dapat dicek pada pupil anisokor dengan melihat refleks cahaya tidak langsung pada mata yang normal. Misalnya, mata kanan normal dan mata kiri dilatasi (anisokor), lalu lakukan swing light test dari kanan ke kiri, apabila pupil kanan (yang normal) dilatasi, maka terdapat RAPD. Pemeriksaan ini dikenal dengan reverse testing RAPD.[83]
Diagnosa Banding
Diagnosa banding mata merah adalah berbagai penyakit dengan injeksi siliar, injeksi konjungtiva, gabungan keduanya, maupun mata merah yang terjadi karena ekstravasasi pembuluh darah.
Injeksi Siliar
Injeksi siliar terjadi karena dilatasi arteri siliaris anterior dengan gambaran mata merah, dimana eritema yang timbul seperti dari arah limbus ke perifer mata. Pada keadaan ini, maka diagnosis banding yang mungkin adalah kelainan yang melibatkan kornea (seperti keratitis dan abrasi kornea), sklera (seperti skleritis), iris dan badan siliar (seperti uveitis anterior/iritis) maupun KOA (seperti glaukoma akut sudut tertutup).[10,31,51,64,71,80]
Injeksi Konjungtiva
Injeksi konjungtiva terjadi karena dilatasi arteri konjungtiva posterior yang memberikan suplai bagian konjungtiva forniks maupun bulbar, sehingga memberikan gambaran eritema yang timbul dari perifer mata ke limbus.
Pada keadaan ini, diagnosis banding yang mungkin antara lain seperti kelainan pada area periorbita (seperti blefaritis dan selulitis orbita), dry eyes, dan konjungtiva (seperti konjungtivitis).[23,31,49,63,71,80]
Eritema Difus
Pada keadaan dimana terjadi eritema difus, injeksi konjungtiva dan siliar timbul bersamaan karena proses inflamasi melibatkan jaringan stroma intraokular yang lebih dalam. Pada keadaan ini, diagnosis banding yang mungkin adalah uveitis anterior difus, skleritis, endoftalmitis, maupun panoftalmitis. Keadaan ini juga mungkin terjadi pada selulitis orbita dimana reaksi inflamasi sudah meluas sampai ke intraorbita.[1,3,24,31,35,42,71,80]
Ekstravasasi Pembuluh Darah
Ekstravasasi pembuluh darah seringkali terjadi pada perdarahan subkonjungtiva. Pada keadaan ini, keluhan mata merah adalah terlokalisir, berwarna terang dan berbatas tegas. Keadaan ini berbeda dengan episkleritis, dimana keluhan mata merah berwarna seperti salmon-pink dan berbatas tidak tegas.[7,21,31,71,80]
Diagram 1. Diagnosis Banding Mata Merah berdasarkan Onset Gejala. Sumber: Alomedika, 2022[80]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada mata merah dapat dilakukan untuk identifikasi faktor risiko, etiologi, maupun pencitraan segmen posterior mata. Pada pasien dengan skleritis dan uveitis, dapat dilakukan pemeriksaan seperti darah lengkap, faktor rheumatoid, dan antinuclear antibody (ANA). Sedangkan pada kecurigaan infeksi, seperti selulitis orbita dan konjungtivitis, kultur identifikasi dan kepekaan mikroorganisme dapat dilakukan.
Kultur, Pewarnaan Gram, dan Pemeriksaan Lain untuk Identifikasi Etiologi Infeksi
Kultur, pewarnaan gram, maupun pemeriksaan lain seperti KOH 10% dapat dipertimbangkan pada kasus mata merah yang dicurigai karena infeksi.
Selulitis Orbita, Endoftalmitis dan Panoftalmitis:
Kultur darah seringkali diperlukan pada kasus selulitis orbita, endoftalmitis, dan panoftalmitis untuk keperluan pemberian terapi definitif, seperti antibiotik. Hal ini karena, prognosis visual maupun risiko komplikasi seperti penurunan penglihatan dan infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis salah satunya bergantung pada terapi definitif yang diberikan. Perlu diperhatikan bahwa pengambilan sampel kultur darah pada keadaan ini dilakukan sebelum antibiotik dimulai.[18]
Konjungtivitis:
Pasien dengan konjungtivitis, kultur dari apusan konjungtiva dapat dipertimbangkan pada kasus yang berulang atau kronis dan resisten terhadap terapi maupun dengan klinis reaksi inflamasi yang berat, misalnya hiperakut dengan sekret purulen yang banyak. Pada keadaan ini, infeksi gonore maupun klamidia dapat dicurigai. Akan tetapi, pada konjungtivitis ringan, kultur tidak harus dilakukan.[84]
Keratitis:
Pada keratitis, pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk identifikasi infeksi adalah pewarnaan gram, pemeriksaan dengan KOH 10%, dan kultur dengan bahan dari apusan kornea. Pemeriksaan ini dilakukan untuk identifikasi bakteri, fungal, maupun amoeba seperti Acanthamoeba.[51]
Pencitraan
Pencitraan diperlukan untuk mengevaluasi segmen posterior mata, seperti pemeriksaan B-scan ultrasonography dan optical coherence tomography (OCT) maupun kelainan intrakranial yang menyertai keluhan mata merah.
Optical coherence tomography (OCT):
Optical coherence tomography (OCT) dilakukan untuk visualisasi segmen posterior mata, termasuk pembuluh darah retina, zona avascular yaitu fovea, serta lapisan-lapisan retina. Pemeriksaan OCT dapat dilakukan pada keadaan dimana kelainan segmen posterior mungkin terjadi, seperti glaukoma akut sudut tertutup, uveitis, skleritis, endoftalmitis, panoftalmitis, dan selulitis orbita.[38]
B-scan Ultrasonography:
Pemeriksaan B-scan ultrasonography dilakukan untuk mengevaluasi segmen posterior maupun anterior mata. Akan tetapi, B-scan ultrasonography lebih mudah didapatkan dibanding OCT, sehingga lebih mudah digunakan.
B-scan ultrasonography dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai skleritis posterior. Pada keadaan ini, gambaran yang dapat ditemukan antara lain penebalan sklera dan lapisan koroid sehingga membentuk karakteristik T sign, nodul pada sklera, pelebaran diskus optikus, cairan pada kapsula Tenon, maupun ablasio retina.[13]
Pada mata merah, pemeriksaan B-scan ultrasonography juga dapat membantu melihat keadaan patologis lain seperti hifema, hipopion, ablatio retina, komplikasi trauma okuli termasuk perdarahan vitreus, maupun penetrasi benda asing.[86]
Computerized Tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI):
Pemeriksaan computerized tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI) kepala terutama diindikasikan pada kondisi dimana kelainan neurologis yang menyertai keluhan mata merah memungkinkan, seperti selulitis orbita.
Selulitis Orbita:
Pencitraan pada kasus selulitis orbita, seperti CT scan maupun magnetic resonance imaging (MRI) kepala seringkali diperlukan. Pilihan utama yang digunakan adalah MRI. Akan tetapi, karena MRI tidak selalu ada, maka CT scan menjadi pilihan.[18]
Gambaran klinis yang dapat diidentifikasi pada selulitis orbita, antara lain adalah inflamasi pada jaringan periorbita, seperti:
- Inflamasi otot-otot ekstraokular
- Inflamasi jaringan lemak yang ditunjukan dengan fat stranding (peningkatan densitas jaringan lemak periorbital karena proses inflamasi/infeksi/tumor/trauma)
- Letak bola mata yang seperti terdorong ke depan
- Tanda rhinosinusitis, terutama pada sinus ethmoid
Selain itu, komplikasi seperti abses subperiosteal dan abses orbita juga dapat diidentifikasi dari penurunan densitas pada CT scan.[18]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap, C-reactive protein (CRP), dan urinalisis dapat diindikasikan pada kecurigaan adanya infeksi sistemik yang menyertai keluhan mata merah, seperti selulitis orbita, endoftalmitis, skleritis, dan uveitis.
Selain itu, pemeriksaan autoantibodi serum seperti faktor rheumatoid dan anti nuclear antibody (ANA) juga dapat dipertimbangkan pada keadaan seperti skleritis dan uveitis. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan kemungkinan adanya reaksi inflamasi akibat autoantibodi.[3,13,42]
Biopsi
Biopsi dapat dilakukan pada keadaan yang dicurigai keganasan, misalnya pada blefaritis kronis terutama yang disertai dengan madarosis signifikan.[23]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani