Epidemiologi Mata Merah
Data epidemiologi mata merah menunjukkan bahwa sebanyak 4 dari 10 pasien yang datang dengan keluhan okuli ke praktik klinik sehari-hari memiliki keluhan mata merah. Penyebab paling sering mata merah adalah konjungtivitis, perdarahan subkonjungtiva, keratitis, glaukoma, trauma kimia mata, benda asing, iritis, dan skleritis.[33,78]
Global
Berdasarkan studi epidemiologi global, mata merah merupakan keluhan area okular yang paling sering ditemukan dalam klinik sehari-hari. Akan tetapi, belum ada data epidemiologi yang cukup jelas untuk menggambarkan insidens mata merah secara global. Di Amerika Serikat, 1% dari pasien yang datang dengan mata merah di diagnosis konjungtivitis, dengan perkiraan jumlah sekitar 6 juta pasien per tahun.[33,78,79]
Akan tetapi, kesalahan diagnosis menjadi konjungtivitis terjadi pada sebanyak 64–84% pasien yang datang dengan mata merah ke fasilitas kesehatan primer. Hal ini menyebabkan terjadinya komplikasi yang merugikan pada 12% pasien, seperti gangguan sampai kehilangan penglihatan.[79]
Indonesia
Belum terdapat data epidemiologi mata merah Indonesia. Konjungtivitis merupakan salah satu penyakit terbanyak yang membuat pasien datang ke dokter. Akan tetapi, berdasarkan studi oleh Tehamen et al. di Provinsi Sulawesi Utara periode Juni 2017–Juni 2019 terdapat 546 pasien dengan infeksi mata dengan kelompok utama berusia terbanyak 36–45 tahun, perempuan, dan seringkali unilateral. Dari jumlah tersebut, sekitar 42% mengalami konjungtivitis, 31% keratitis, 14% blefaritis, 9% ulkus kornea, 3% endoftalmitis, dan 0,4% mengalami uveitis.[59]
Mortalitas
Mata merah dapat terjadi pada mata merah yang disebabkan karena selulitis orbita karena komplikasi intrakranial dengan persentase 5–25%. Selain itu, keluhan mata merah yang sifatnya emergensi, yaitu yang disertai dengan nyeri sedang–berat, penurunan visus, dan fotofobia juga memiliki risiko morbiditas gangguan penglihatan sampai kebutaan, karena sifatnya vision threatening. Contoh keluhan mata merah yang vision threatening adalah glaukoma, skleritis, endoftalmitis, dan selulitis orbita.[18,36,59,78]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani