Penatalaksanaan Mata Merah
Penatalaksanaan pada mata merah diawali dengan mengidentifikasi kegawatdaruratan lewat red flags seperti nyeri sedang-berat, fotofobia, dan penurunan penglihatan. Mata merah dengan red flags bersifat vision threatening dan harus segera mendapat penanganan awal sesuai penyakit seperti irigasi atau menurunkan tekanan intraokular, kemudian dirujuk ke dokter spesialis mata.
Pada mata merah tanpa red flags, seperti konjungtivitis tanpa komplikasi, benda asing konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva, dry eye syndrome (DES), dan episkleritis, penatalaksanaan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan primer sampai tuntas.
Berobat Jalan
Pada keluhan mata merah, keputusan berobat jalan di fasilitas kesehatan primer diindikasikan pada mata merah yang sifatnya ringan, yaitu tanpa red flags. Perlu diingat bahwa pemberian kortikosteroid baik sistemik maupun topikal tidak disarankan tanpa konsultasi dokter spesialis mata, karena pada kondisi tertentu dapat memperparah lesi, seperti pada keratitis virus.[65,78]
Pada pasien berobat jalan, selain terapi non-medikamentosa seperti kompres hangat, membersihkan kelopak mata dengan shampoo bayi untuk menjaga higienitas mata, serta artificial tears dapat diberikan.
Tata laksana medikamentosa diberikan sesuai etiologi. Pada pasien dengan blefaritis, masase kelopak mata diperlukan untuk memperbaiki sekresi kelenjar meibomian. Pada perdarahan subkonjungtiva, darah akan resorbsi spontan dalam 2–4 minggu, sehingga tidak diperlukan terapi agresif, tetapi kontrol penyebabnya seperti penggunaan antikoagulan dan antiinflamasi non steroid (NSAID) dapat dihentikan sementara sesuai pertimbangan klinis.[4,6,12,68,69,71,78,79]
Persiapan Rujukan
Persiapan rujukan pada mata merah harus dilakukan sesegera mungkin pada pasien dengan penurunan ketajaman visus, seperti keratitis, konjungtivitis gonore, glaukoma akut sudut tertutup, uveitis anterior, skleritis, endoftalmitis, selulitis orbita dan trauma okuli.[65]
Konjungtivitis Gonore
Pada pasien dengan konjungtivitis gonore, penanganan awal sebelum rujuk dilakukan dengan bilas akuades sesering mungkin dan berikan antibiotik definitif IV atau IM, yaitu ceftriaxone.[87]
Glaukoma Akut Sudut Tertutup
Pada glaukoma akut sudut tertutup, penurunan tekanan intraokular harus dilakukan sesegera mungkin, sehingga pasien dapat diberikan beta blocker topikal seperti timolol 0,5% atau acetazolamide peroral sesuai klinis pasien dengan memperhatikan kontraindikasi penggunaan obat.[19,39,45]
Keratitis, Uveitis Anterior, Skleritis, Endoftalmitis, dan Selulitis Orbita
Sedangkan pada pasien dengan blefaritis, keratitis, uveitis anterior, skleritis, endoftalmitis, dan selulitis orbita penanganan awal dapat dilakukan dengan pemberian analgetik, seperti paracetamol dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), seperti ibuprofen. Hal ini dilakukan untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien, karena keadaan ini sangat nyeri.[65,78]
Trauma Okuli
Pada pasien dengan trauma okuli, penanganan awal sebagai persiapan rujukan dilakukan berdasarkan jenis trauma, yaitu mekanik atau kimia. Irigasi mata dilakukan pada kedua jenis trauma dengan tujuan yang berbeda, dimana pada trauma mekanik, irigasi dilakukan untuk mendilusi bakteri dan menyingkirkan benda asing dari mata. Mata kemudian ditutup sementara sambil menunggu rujukan.
Sedangkan pada trauma kimia, irigasi harus dilakukan minimal dengan 2 liter dengan ringer laktat atau normal salin selama 20–30 menit dengan tujuan pH permukaan mata mendekati netral.[85]
Medikamentosa
Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi kemerahan pada mata, rasa nyeri dan keluhan penyerta lainnya.
Tabel 2. Tata Laksana Medikamentosa pada Mata Merah
Organ | Penyakit | Tata Laksana medikamentosa |
Palpebra dan Periorbita | Blefaritis | Antibiotik topikal seperti eritromisin dan basitrasin 1–2 kali sehari selama 4–8 minggu (untuk etiologi Staphylococcus) |
Selulitis periorbita | Antibiotik intravena spektrum luas seperti ceftriaxone dengan kombinasi metronidazole untuk kuman anaerob selama 2–4 minggu | |
Konjungtiva | Konjungtivitis | Terapi medikamentosa sesuai etiologi, terapi suportif lebih diutamakan
Konjungtivitis bakterial: antibiotik topikal seperti chloramphenicol dan ofloxacin, diberikan apabila tidak ada perbaikan klinis setelah terapi suportif 2 hari[89] Konjungtivitis gonore: ceftriaxone 25–50 mg/kgbb/hari single dose IV atau IM Konjungtivitis alergi: antihistamin generasi 2 seperti loratadine peroral |
Sklera dan Episklera | Skleritis | Analgetik golongan NSAID seperti ibuprofen, kortikosteroid, seperti prednisone 1 mg/kgbb/hari kemudian dilakukan tapering off sesuai klinis, imunomodulator, seperti cyclophosphamide (oleh dokter spesialis mata) |
Kornea | Keratitis | Suplementasi vitamin A 200.000 IU diikuti dengan dosis tambahan 200.000 IU keesokan harinya Keratitis bakterial: antibiotik topikal dapat dipertimbangkan, seperti ofloxacin 0,3% dengan dosis sesuai ukuran lesi dan sekret Keratitis fungal: antifungal topikal, seperti amfoterisin B Keratitis virus: antivirus topikal, seperti ganciclovir maupun oral seperti acyclovir dapat dipertimbangkan |
Kamera okuli anterior (KOA) dan Iris | Glaukoma akut sudut tertutup | Agen parasimpatomimetik topikal, seperti pilokarpin 2%, setiap 30 menit–3 jam sekali, sebanyak 1 tetes/hari. |
Carbonic anhydrase inhibitor (CAI), seperti acetazolamide peroral, 3-4 kali 1 tablet atau 250 mg/hari | ||
Beta-blocker topikal, seperti timolol 0,5% 2 kali 1 tetes/hari | ||
Manitol 20% intravena
| ||
Uveitis anterior (Iritis) | Analgetik golongan NSAID, seperti ibuprofen | |
Siklopegik, seperti cyclopentolate 1%, atropin 1% | ||
CAI untuk glaukoma sekunder | ||
Kortikosteroid sistemik, seperti prednison | ||
Segmen anterior | Endoftalmitis | Terapi antibiotik empiris dapat diberikan sambil menunggu hasil kultur, antibiotik sistemik harus dapat menembus intravitreal. Contoh antibiotik yang direkomendasikan seperti ceftazidim 2 g/8 jam dan amikasin 7,5 mg/kg dosis awal, 6 mg/kg per 12 jam IV (oleh dokter spesialis mata) |
Panoftalmitis | Terapi definitif seperti antibiotik sistemik ceftriaxone 2 g atau cefotaxime 1g dan gentamicin 2x80 mg intravena maupun antifungal seperti amfotericin B |
Sumber: dr. Sherly Kurniawan, 2022[1,3,6,7,11,14,16,18,20,21,27,35,46,52,54,57,62,63,18,88]
Pembedahan
Tindakan pembedahan pada mata merah tergantung penyakit yang mendasari, misalnya pada keratitis yang disertai dengan penipisan dan perforasi kornea, keratoplasti dan transplantasi membran amnion dapat dipertimbangkan.[51]
Sedangkan pada glaukoma akut sudut tertutup, apabila terapi medikamentosa sudah maksimal, tapi goal penurunan tekanan intraokular (TIO) belum tercapai (30% dari TIO awal) dalam 48 jam, tindakan operasi dapat dipertimbangkan. Contoh tindakan operasi pada glaukoma akut sudut tertutup adalah iridotomi atau trabekulotomi.[39]
Pada skleritis, pembedahan dapat dilakukan pada kondisi tertentu misalnya saat perforasi sklera terjadi dan mengekspos jaringan uvea di bawahnya. Pembedahan dapat dilakukan dengan pemberian scleral graft yang didapat dari donor sklera maupun glycerin-preserved sclera.[90]
Pasien dengan endoftalmitis, tindakan pars plana vitrektomi dapat diindikasikan pada keadaan dimana tidak terjadi perbaikan klinis dalam 48 jam tata laksana medikamentosa. Sedangkan pada selulitis orbita, drainase sinus dapat diindikasikan.[18,24,35]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani