Diagnosis Adenoma Pituitari
Diagnosis adenoma pituitari atau adenoma hipofisis sering secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologi kepala, misalnya CT scan atau MRI otak dengan indikasi pemeriksaan lain. Gejala klinis adenoma pituitari dapat terjadi akibat efek kompresi tumor, serta efek perubahan hormonal. MRI otak merupakan pemeriksaan pilihan untuk mendeteksi dan mengevaluasi terapi.[1,15]
Klasifikasi Adenoma pituitari
Secara anatomis dari temuan pemeriksaan radiologi, adenoma pituitari diklasifikasikan berdasarkan ukuran, yaitu mikroadenoma (<10 mm), makroadenoma (≥10 mm), dan giant tumor (≥40 mm). Sebagian besar adenoma pituitari adalah mikroadenoma.[1,3]
Sementara berdasarkan tipe selnya, adenoma pituitari dibedakan menjadi adenoma pituitari non-fungsional dan fungsional. Adenoma pituitari fungsional terdiri dari sel yang mensekresi satu atau lebih hormon, sehingga gejala dan tanda penyakit dipengaruhi oleh kadar hormon yang meningkat.[1,3]
Anamnesis
Presentasi klinis adenoma pituitari tergantung pada ukuran tumor dan status fungsionalnya. Pasien adenoma pituitari umumnya asimtomatik, kecuali makroadenoma dan giant tumor yang umumnya menunjukkan gejala desakan. Gejala juga terjadi jika timbul kelebihan atau defisiensi hormon.[1,5]
Pemeriksaan Fisik
Umumnya tidak terdapat temuan yang spesifik dari pemeriksaan fisik pasien adenoma pituitari, karena massa tumor tidak dapat teraba ataupun terlihat dari luar. Temuan pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh gangguan mekanik atau hormonal akibat adenoma pituitari.[1,3]
Gejala dan Tanda Akibat Efek Kompresi Tumor
Gejala dan tanda adenoma pituitari tipe non fungsional dapat disebabkan efek kompresi/desakan massa tumor. Secara anatomi, pertumbuhan adenoma pituitari dapat menekan kelenjar pituitarinya sendiri dan dorsum sela. Selain itu, adenoma dapat tumbuh keluar dari sela tursika sehingga menginvasi chiasma opticum dan menekan hipotalamus. Bahkan adenoma dapat meluas ke lobus temporalis, ventrikel tiga, dan fosa posterior.
Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan dilaporkan terjadi pada 40‒60% pasien adenoma pituitari. Perpanjangan suprasellar adenoma pituitari dapat menekan chiasma opticum yang menyebabkan defek lapang pandang. Pada pemeriksaan lapang pandang dapat ditemukan defek bitemporal, atau defek homonim (homonymous hemianopia).[1,5]
Pada area chiasma opticum, terdapat saraf kranial IV (trochlear motor) dan VI (abduscent motor). Adenoma pituitari yang menekan saraf kranial tersebut akan menyebabkan gangguan okulomotor, seperti diplopia dan strabismus. [1,5]
Nyeri Kepala
Nyeri kepala tidak spesifik adalah gejala yang cukup sering dilaporkan oleh pasien adenoma pituitari. Selain itu, terdapat saraf kranial V (trigeminal sensory) di area chiasma opticum. Penekanan pada saraf kranial tersebut dapat menyebabkan trigeminal neuralgia.[1,5]
Defisiensi Hormonal
Makroadenoma pituitari yang mendesak kelenjar pituitari itu sendiri dapat menyebabkan defisiensi satu atau lebih hormon pituitari anterior, yaitu:
- Defisiensi hormon gonadotropin, menyebabkan amenorrhea pada wanita dan disfungsi ereksi pada pria
- Defisiensi growth hormone (GH), memicu fatigue dan penambahan berat badan
- Defisiensi thyroid stimulating hormone (TSH), menyebabkan penambahan berat badan, fatigue, intoleransi dingin, dan konstipasi
- Defisiensi adrenocorticotropic hormone (ACTH), mengakibatkan gejala fatigue, arthralgia, penurunan berat badan, hipotensi, pusing, mual, muntah, dan nyeri perut[1,5]
Apopleksi Pituitari
Diagnosis apopleksi seringkali tertunda karena 80% pasien tidak menunjukkan gejala yang khas. Gejala baru muncul jika terdapat peningkatan tekanan intrasellar dan adanya tekanan terhadap struktur saraf lainnya. Gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala hebat dengan onset mendadak, mual dan muntah, defisit penglihatan, oftalmoplegia, gangguan kesadaran, dan disfungsi hormonal.[5]
Apopleksi pituitari adalah gangguan suplai darah akut ke kelenjar pituitari. Kondisi ini merupakan salah satu komplikasi dari adenoma pituitari, dan memerlukan penanganan segera karena termasuk kasus gawat darurat. Sebagian kasus memerlukan terapi hormonal dan tindakan operasi. Apopleksi pituitari tidak memiliki etiologi yang jelas, tetapi salah satu teori menduga akibat desakan dari tumor yang memicu kompresi arteri.[5]
Gejala dan Tanda Akibat Peningkatan Hormon
Adenoma yang disertai peningkatan sekresi hormon pituitari anterior disebut adenoma fungsional. Gejala dan tanda adenoma pituitari fungsional dapat bervariasi, tergantung hormon yang disekresikan oleh tumor.
Adenoma yang Mensekresi Hormon Prolaktin
Adenoma yang mensekresi prolaktin dapat memicu peningkatan level hormon prolaktin yang akan menekan level hormon gonadotropin. Hiperprolaktinemia dapat menyebabkan infertilitas, penurunan gairah/libido, dan osteoporosis baik pada pasien pria dan wanita. Wanita juga dapat mengalami amenorrhea dan galactorrhea. Sedangkan pada pria mungkin mengalami disfungsi ereksi dan ginekomastia.[1,5]
Adenoma yang Mensekresi GH (Akromegali)
Tanda dan gejala akibat peningkatan growth hormone (GH) antara lain sakit kepala, gangguan penglihatan, peningkatan ukuran cincin dan sepatu, arthritis, carpal tunnel syndrome, dan hiperhidrosis. Secara klinis pasien memiliki fitur wajah yang kasar, frontal bossing, hidung membesar, prognathisme, lidah membesar, dan skin tag. Komorbiditas lain seperti hipertensi, kardiomiopati, obstructive sleep apnea, dan polip kolon multipel mungkin ada pada saat diagnosis.[1,3]
Adenoma yang Mensekresi ACTH (Penyakit Cushing)
Adenoma dengan peningkatan produksi adrenocorticotropic hormone (ACTH) akan menyebabkan pelepasan kortisol berlebih dari kelenjar adrenal. Kondisi ini merupakan penyebab penyakit Cushing endogen yang paling utama. Beberapa gejala dan tanda adalah penambahan berat badan, kelemahan otot, gangguan mood, mudah memar, dan patah tulang patologis. Gambaran klinis meliputi obesitas, moon face, facial plethora, lemak berlebih di supraklavikula, ekimosis, dan striae ungu pada area perut dan ketiak.[1,16]
Adenoma yang mensekresi TSH
Adenoma yang mensekresi thyroid stimulating hormone (TSH) merupakan penyebab hipertiroidisme yang paling jarang dijumpai. Insidensinya kurang dari 1% dari semua jenis adenoma pituitari. Beberapa gejala hipertiroid adalah palpitasi, aritmia, dan penurunan berat badan. Pada saat pemeriksaan, pasien mungkin akan menunjukkan gejala tremor dan goiter.[1,17]
Diagnosis Banding
Mengingat penderita adenoma pituitari memiliki gejala dan tanda yang tidak spesifik, maka diagnosis seringkali tertunda. Selain itu, adenoma seringkali asimtomatik sehingga penemuan kasus secara insidental. Diagnosis banding adenoma pituitari di antaranya tumor intrakranial lain, seperti kista arachnoid, craniopharyngioma, dan aneurisma serebral.[1,5]
Kista Arachnoid
Kista arachnoid merupakan kantong berisi cairan yang berkembang di ruang arachnoid. Kemungkinan disebabkan oleh terbelahnya membran arachnoid yang melapisi otak dan sumsum tulang. Efek desakan massa dari kista arachnoid dapat menimbulkan gejala serupa dengan adenoma pituitari.[1,18]
Craniopharyngioma
Craniopharyngioma merupakan tumor yang berkembang di dekat kelenjar pituitari, yaitu di basis cranii. Pembesaran craniopharyngioma dapat menimbulkan efek desakan massa pada kelenjar pituitari.[1,19]
Aneurisma Serebral
Aneurisma serebral/intrakranial adalah pelebaran/dilatasi pembuluh darah serebral. Bentuk yang paling sering dari aneurisma serebral adalah aneurisma arterial sakular, yang merupakan proses degeneratif progresif pada dinding arteri. Aneurisma serebral dapat menimbulkan efek desakan terhadap jaringan otak di dekatnya, atau kompresi saraf kranial yang menyerupai gejala adenoma pituitari.[1,20]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam menegakkan diagnosis dari adenoma pituitari mencakup pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan histopatologi.[3,5]
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi berperan penting dalam lokalisasi serta menilai ukuran adenoma pituitari. Pemeriksaan radiologi dapat berupa CT scan kepala dan MRI otak.[1,5]
CT Scan Kepala:
Pemeriksaan computed tomography scanning atau CT scan kepala cukup spesifik dan dapat mendeteksi adenoma pituitari, terutama gambaran di regio sella. CT scan dapat gagal mendeteksi mikroadenoma pituitari, karena umumnya tidak sedetil MRI. Namun, hasil CT scan dan MRI dapat saling melengkapi.[1,5]
MRI otak:
Brain magnetic resonance imaging (MRI otak) dan regio sella dengan irisan tipis multiplanar (aksial, koronal, sagital) merupakan modalitas pilihan untuk mendiagnosis kelainan pada pituitari, karena memiliki enhancement kontras jaringan lunak yang baik. Mikroadenoma pituitari biasanya dapat dideteksi pada pemeriksaan MRI contrast-enhanced sebagai less-enhanced mass (temuan langsung) dan/atau asymmetric convex configuration dari pituitari dan deviasi batang (temuan tidak langsung).[3,5]
MRI otak juga dapat dengan mudah melihat hubungan antara massa tumor, chiasma opticum, dan jaras penglihatan. Pemeriksaan MRI sebelum dan sesudah pemberian kontras gadolinium direkomendasikan untuk memastikan tidak ada lesi yang terlewat, membedakan massa adenoma pituitari dan aneurisma, serta menilai ada tidaknya perdarahan pada masa.[3,5]
Penggunaan MRI diffusion weighted (DW MRI) dalam memprediksi konsistensi tumor dan keberhasilan reseksi transsphenoidal. DW MRI berguna untuk memprediksi konsistensi tumor dan kandungan kolagen. Selain itu, untuk menilai kemungkinan pengangkatan makroadenoma pituitari melalui operasi transsphenoidal endoskopi, sehingga direkomendasikan untuk pasien sebelum operasi.[21,22]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berperan penting untuk menentukan adenoma pituitari tipe non-fungsional atau fungsional. Pemeriksaan laboratorium dapat berupa pemeriksaan kadar prolaktin serum, insulin-like growth factor 1 (IGF-1), tes toleransi glukosa oral (TTGO), pemeriksaan kadar kortisol, dexamethasone suppression test, pemeriksaan TSH dan hormon tiroid, dan pemeriksaan hormon gonadotropin (LH dan FSH).[1,3,5]
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi berguna untuk menilai karakteristik dan jenis tumor. Gambaran histopatologi menunjukkan perbedaan adenoma pituitari yang mensekresi prolaktin, growth hormone (GH), adrenocorticotropic hormone (ACTH), atau thyroid stimulating hormone (TSH).[1,5,17]