Diagnosis Kanker Endometrium
Diagnosis dari kanker endometrium membutuhkan proses anamnesis hingga pemeriksaan penunjang secara menyeluruh, karena umumnya pasien dengan kanker endometrium hanya mengeluhkan adanya perdarahan pervaginam. Keluhan ini paling sering terjadi pada wanita pasca menopause. Kesulitan lainnya adalah pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan tanda yang bermakna.
Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pada kanker endometrium. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi ultrasonografi, biopsi jaringan endometrium (histeroskopi, dilatasi dan kuretase), pemeriksaan pencitraan seperti foto rontgen toraks, CT scan, maupun MRI.[1,2]
Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan pada pasien dengan kanker endometrium dimulai dari menanyakan keluhan utama yang dialami pasien. Pada umumnya keluhan utama yang ditemukan berupa perdarahan uterus abnormal (PUA).[1,2]
Perdarahan vagina pasca menopause adalah gejala yang paling umum terjadi, dan semua wanita pasca menopause dengan PUA perlu menjalani pemeriksaan untuk mengeksklusi kanker endometrium.[1,2]
Keluhan lainnya yang bisa ditemukan pada pasien dengan kanker endometrium yakni nyeri abdomen-pelvis, kembung, dan penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak biasa.[1,2]
Selain keluhan utama, pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai beberapa hal seperti:
- Riwayat konsumsi obat-obatan: hormon estrogen, tamoxifen
- Riwayat hiperplasia endometrium
- Riwayat kanker: kanker ovarium, kanker kolon, kanker payudara
- Riwayat penyakit endokrinopati: obesitas, diabetes, disfungsi tiroid, tumor hypersecreting
- Riwayat operasi di masa lalu
- Riwayat keluarga dengan penyakit kanker[1,2]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan pelvis, periksa apakah terdapat lesi, benjolan, serta evaluasi daerah yang terasa nyeri. Pada pemeriksaan fisik, perlu diperiksa juga adakah tanda-tanda metastasis dari kanker, baik ke jaringan sekitar, kelenjar getah bening, atau metastasis ke organ lain.
Mengingat sumber perdarahan pada kanker endometrium berasal dari endometrium, seringkali hasil pemeriksaan fisik pada pasien ini tidak memberikan tanda yang signifikan. Pada pemeriksaan pelvis dapat normal tanpa adanya temuan tumor yang terlihat di daerah serviks, selain itu uterus juga tetap berukuran normal.[1,2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kanker endometrium mencakup penyakit-penyakit yang menyebabkan keluhan perdarahan uterus abnormal lainnya, sebagai berikut:
- Kanker ginekologi: kanker tuba falopi, kanker serviks, kanker pada vagina, uterus, atau organ ginekologi lainnya, karsinoma endometrioid ovarium, kanker ovarium sel granulosa
- Kelainan struktural pada uterus dan serviks: mioma uteri, adenomiosis, polip endometrium, malformasi arteriovenosa uteri, polip endoserviks, displasia serviks
- Kehamilan: implantasi pada kehamilan, kehamilan ektopik, abortus
- Penyebab eksogen: trauma, penggunaan IUD, penggunaan obat hormonal, antikoagulan, atau obat penginduksi hiperprolaktinemia
- Penyakit infeksi: endometritis kronik, infeksi pasca persalinan atau abortus, penyakit menular seksual
- Kelainan sistemik: anoreksia, obesitas, penyakit polikistik ovarium, koagulopati, hipertiroidisme[1,12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis kanker endometrium antara lain ultrasonografi, biopsi jaringan endometrium, pemeriksaan pencitraan seperti foto rontgen toraks, CT scan, maupun MRI.[1,2]
Ultrasonografi (USG)
USG umumnya merupakan pemeriksaan yang pertama dilakukan pada wanita yang memiliki masalah ginekologis. Tujuan utama dilakukannya USG adalah untuk melihat uterus, ovarium dan tuba falopi. USG dapat dilakukan secara transvaginal atau hydroultrasonography.
Jika didapatkan penebalan endometrium, lakukan hydroultrasonography untuk memastikan hasil penebalan endometrium tersebut bukan merupakan hasil positif palsu. Masukkan cairan salin ke dalam kavitas endometrial sebelum melakukan USG transvaginal ulang.[1]
Biopsi Jaringan Endometrium
Pemeriksaan baku emas untuk menegakkan diagnosis kanker endometrium adalah biopsi, karena dokter dapat mengetahui secara pasti perubahan yang terjadi pada jaringan endometrium. Pengambilan sampel jaringan dapat dilakukan dengan cara biopsi atau dengan cara dilatasi dan kuretase dengan atau tanpa histeroskopi.[1,2]
Klasifikasi tipe histopatologi kanker endometrium berdasarkan WHO adalah sebagai berikut.
- Karsinoma endometrioid: adenokarsinoma, varian-adenokarsinoma (dengan diferensiasi skuamosa, varian sekretorik, varian villo-glandular, dan varian sel bersilia).
- Adenokarsinoma musinosa
- Adenokarsinoma serosa
- Adenokarsinoma clear cell
Undifferentiated karsinoma
- Tumor neuroendokrin
- Karsinoma campuran (lebih dari 1 tipe)[13]
Pemeriksaan Pencitraan
Apabila dicurigai kanker sudah stadium lanjut, maka pemeriksaan pencitraan dapat dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya penyebaran kanker tersebut. Pilihan pencitraan mencakup rontgen toraks, CT scan, MRI, positron emission tomography (PET) Scan, serta sistoskopi dan proktoskopi.[2]
Staging
Berikut ini adalah klasifikasi staging kanker endometrium berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 2023:
Tabel 1. Stadium Kanker Endometrium - International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 2023
Stadium FIGO | Temuan Patologis |
I | Tumor terbatas pada korpus uteri dan ovarium |
IA | Tumor terbatas pada endometrium ATAU tipe histologi non-agresif, (endometrioid low grade), dengan invasi <50% miometrium tanpa keterlibatan ruang limfovaskular fokal (LVSI) ATAU prognosis penyakit yang baik |
I B | Tipe histologi non-agresif dengan invasi ≥50% miometrium, dengan atau tanpa LVSI fokal |
IC | Tipe histologi agresif (terbatas pada polip atau terbatas pada endometrium) |
II | Tumor menginvasi stroma serviks namun belum extend hingga luar uterus ATAU substansial LVSI ATAU tipe histologi agresif dengan invasi miometrium |
IIA | Invasi pada stroma serviks dengan tipe histologi non-agresif |
IIB | Substansial LVSI dengan tipe histologi non-agresif |
IIC | Tipe histologi agresif dengan keterlibatan miometrium |
III | Perluasan tumor secara lokal dan atau regional, dengan subtipe histologi apapun |
III A | Tumor menginvasi serosa uterus, adneksa, atau keduanya, disertai ekstensi langsung atau metastasis |
III B | Metastasis ke vagina dan atau parametrial atau peritoneum pelvis |
III C | Metastasis kelenjar getah bening pelvis dan / atau paraaorta |
IV | Tumor menginvasi mukosa kandung kemih dan atau mukosa usus dan atau metastasis jauh |
IV A | Tumor menyerang mukosa kandung kemih dan / atau mukosa usus |
IV B | Metastasis peritoneal abdomen di luar pelvis |
IVC | Metastasis jauh (termasuk metastasis ke kelenjar getah bening ekstra atau intra-abdomen di atas pembuluh ginjal, paru-paru, hati, otak, atau tulang) |
Sumber: The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), 2023.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Sheeny Oktaviany