Patofisiologi Kanker Kolorektal
Patofisiologi kanker kolorektal dimulai dari transformasi sel epitel normal kolon menjadi lesi prekanker dan pada akhirnya menjadi karsinoma invasif. Proses transformasi tersebut diduga melibatkan mutasi genetik, baik bersifat somatik maupun turunan.[1,6,7]
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa kanker kolon ataupun kanker rektum sering kali berasal dari polip adenomatosa yang berubah menjadi invasif, dalam waktu 10‒15 tahun. Oleh karena itu, pengangkatan polip adenomatosa dilaporkan mampu menurunkan risiko kanker kolorektal.[1,6,7]
Sejauh ini, terdapat 3 jalur molekular utama yang dihubungkan dengan patofisiologi kanker kolorektal, yaitu instabilitas kromosom, mismatch repair, dan hipermetilasi. Analisis genetik molekuler ini menjadi dasar perkembangan kit tes molekuler dan manajemen kanker kolorektal.[1,6-8]
Instabilitas Kromosom
Bukti ilmiah menyebutkan bahwa 85% dari kanker kolorektal mengalami instabilitas kromosom, yang meliputi jumlah kromosom dan perubahan struktur kromosom. Instabilitas kromosom ini akan menyebabkan gangguan keseimbangan terkait onkogen dan supresor tumor, sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal.[1,7]
Mismatch Repair
Sel dengan defisiensi DNA mismatch repair akan mengalami akumulasi error genomik yang menyebabkan tingginya level instabilitas mikrosatelit. Instabilitas mikrosatelit berbeda dengan instabilitas kromosom. Instabilitas mikrosatelit ditandai dengan adanya lokus mikrosatelit tidak stabil minimal 30% pada 5‒10 lokus, yang terdiri dari traktus mono dan dinukleotida. Perubahan ini dilaporkan ditemukan pada 15% kasus kanker kolorektal.[7]
Hipermetilasi
Hipermetilasi pada DNA dapat mengaktivasi atau menginhibisi ekspresi berbagai gen. Dalam kasus kanker kolorektal, gen yang mengalami hipermetilasi adalah BRAF dan MLH1.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini