Penatalaksanaan Kanker Kolorektal
Penatalaksanaan kanker kolorektal meliputi endoskopi, operasi reseksi, kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi. Pemilihan terapi berdasarkan stadium kanker, gambaran histopatologi, efek samping obat, serta kondisi klinis dan preferensi pasien.[1,5,6]
Pembedahan
Terapi pembedahan lebih dipilih untuk kanker kolorektal stadium I‒III. Tujuan utama dari tindakan ini adalah mengambil jaringan tumor dan limfatik yang terkena, sebagai tindakan kuratif dan pencegahan invasi lebih lanjut. Prosedur pembedahan yang dipilih tergantung pada lokasi lesi.[1,6]
Total Abdominal Colectomy
Total abdominal colectomy dipilih untuk kasus hereditary nonpolyposis colon cancer syndrome (HNPCC), attenuated familial adenomatous polyposis (FAP), dan metachronous cancer pada segmen kolon yang terpisah.[6]
Tindakan pembedahan diusahakan mengangkat semua sel kanker dengan margin reseksi negatif (all negative circumferential resection margins). Hal ini akan mempengaruhi kesintasan pasien. Apabila terdapat keterlibatan kelenjar getah bening, reseksi dari kelenjar getah bening akan mempengaruhi prognosis pasien, terutama pada stadium II dan III. Pedoman yang ada sekarang merekomendasikan reseksi setidaknya 12 nodus limfe.[1]
Endoskopi untuk Eksisi Lokal
Eksisi lokal dilakukan untuk polip kolon dan polip rektum. Polipektomi endoskopik harus dilakukan apabila struktur morfologi polip memungkinkan. Kontraindikasi relatif polipektomi kolonoskopi antara lain adalah pasien yang mendapat terapi antikoagulan, memiliki kecenderungan perdarahan, mengalami kolitis akut, dan secara klinis terdapat bukti yang mengarah pada keganasan invasif.[1]
Kolektomi dan Reseksi Kelenjar Getah Bening En-Bloc
Tindakan ini diindikasikan untuk kanker kolon yang resectable dan tidak ada metastasis jauh. Luas kolektomi disesuaikan dengan lokasi tumor, jalan arteri yang berisi kelenjar getah bening, serta kelenjar lainnya yang berasal dari pembuluh darah yang ke arah tumor dengan batas sayatan bebas tumor (R0). Bila ada kelenjar getah bening yang mencurigakan di luar jalan vena yang terlibat, sebaiknya dilakukan reseksi juga.[1]
Reseksi Transabdominal
Reseksi abdominoperineal dan reseksi sphincter saving anterior atau anterior rendah merupakan tindakan bedah untuk kanker rektum. Studi yang ada menunjukkan bahwa 81‒95% dari jaringan kanker tidak menyebar melebihi 1 cm. Studi juga menemukan tidak ada perbedaan bermakna terkait rekurensi lokal dan kesintasan antara pasien yang menjalani reseksi dengan batas 1‒2 cm dengan >5 cm.
Hasil ini menunjukkan bahwa prosedur sphincter saving sebaiknya lebih diutamakan pada kanker rektum dibandingkan reseksi abdominoperineal dengan kolostomi permanen.[1]
Kolektomi Laparoskopik
Kolektomi laparoskopik merupakan tata laksana bedah pilihan untuk kanker kolorektal. Hasil uji klinis dan kohort menunjukkan bahwa tindakan bedah laparoskopik untuk kanker kolorektal memiliki kelebihan berupa skala nyeri yang lebih rendah pascaoperasi, penurunan keperluan penggunaan analgesik, pengurangan lama rawat, dan lebih sedikit risiko perdarahan. Selain itu, angka kekambuhan dan kesintasan pasien yang menjalani tindakan ini dilaporkan sebanding dengan mereka yang menjalani bedah terbuka.[1]
Kemoterapi
Kemoterapi kurang dianjurkan bagi pasien kanker kolorektal stadium I dan stadium II risiko rendah. Kemoterapi direkomendasikan untuk pasien kanker kolorektal stadium II risiko tinggi dan seluruh pasien stadium III. Pedoman yang ada menyarankan kemoterapi adjuvan diberikan dalam 6‒8 minggu setelah reseksi bedah, tergantung pada keadaan klinis pasien.
Kemoterapi adjuvan dapat mengurangi risiko rekurensi jarak jauh setelah operasi. Terdapat beberapa regimen kemoterapi yang dapat digunakan seperti oxaliplatin, fluorouracil-leucovorin (FU/LV), dan capecitabin. Terapi kombinasi dengan dasar oxaliplatin lebih disenangi dibandingkan monoterapi dengan FU/LV ataupun capecitabin. Pemberian terapi adjuvan disarankan selama 6 bulan.[1,6]
Regimen Kemoterapi Tunggal
Regimen kemoterapi tunggal yang dapat digunakan untuk kanker kolorektal antara lain :
- Capecitabine 850-1250 mg/m2, 2 kali sehari pada hari ke 1‒14, diberikan setiap 3 minggu selama 24 minggu
- Leucovorin 500 mg/m2 intravena selama 2 jam pada hari ke-1, 8, 15, 22, 29, dan 36. Dikombinasikan dengan pemberian FU 500 mg/m2 bolus intravena 1 jam setelah dimulai leucovorin, diulang setiap 8 minggu
- Leucovorin 20 mg/m2 intravena selama 2 jam pada hari ke-1, lalu FU 500 mg/m2 bolus injeksi intravena 1 jam setelah dimulai leucovorin, diulang setiap minggu
- Fluorouracil 2600 mg/m2 dalam infus 24 jam ditambah leucovorin 500 mg/m2, diulang setiap minggu[1,14]
Regimen Kemoterapi Doublet
Regimen kemoterapi kombinasi yang dapat digunakan adalah:
- Oxaliplatin 85 mg/m2 intravena selama 2 jam hari ke-1
- Leucovorin 400 mg/m2 intravena selama 2 jam hari ke-1
- Fluorouracil 400 mg/m2 intravena bolus pada hari ke-1, kemudian 1200 mg/m2/hari selama 2 hari secara intravena infus kontinyu, ulangi setiap 2 minggu[1,14]
Pilihan regimen kombinasi lain adalah:
- Oxaliplatin 130 mg/m2 selama 2 jam hari ke-1
- Capecitabine 1.000 mg/m2 2 kali sehari per oral hari ke-1 sampai ke-14, ulangi setiap 3 minggu selama 24 minggu [1,14]
Ablasi
Terapi dengan metode ablasi merupakan salah satu pilihan terapi pada kanker kolon dengan metastasis. Metode terapi ablasi yang digunakan yaitu krioterapi dan radiofrequency ablation (RFA). Krioterapi dilakukan dengan melakukan pembekuan pada jaringan tumor dan parenkim sekitar. RFA dilakukan dengan cara memanaskan tumor dan jaringan sekitarnya untuk membentuk jaringan nekrosis koagulasi.[1,6]
Terapi Suportif
Terapi suportif yang dilakukan pada kanker kolorektal terutama rehabilitasi medis pascaoperasi. Terapi suportif ini meliputi penanggulangan nyeri, latihan pernafasan, latihan kardiopulmonal, tata laksana gangguan defekasi (konstipasi) dan buang air kecil, serta adaptasi aktivitas sehari-hari. [1]
Follow Up
Pasien kanker kolorektal yang sudah diterapi perlu menjalani pemantauan agar rekurensi dapat dideteksi secara dini. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyarankan pemantauan sebagai berikut:
- Anamnesis untuk mendeteksi gejala pasien yang mengarah kepada kemungkinan kekambuhan dan metastasis, serta pemeriksaan fisik umum dan colok dubur, dilakukan setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama. Kemudian, jika tidak ada rekurensi ataupun metastasis dapat dilakukan setiap 6 bulan dalam 5 tahun pertama
Carcinoembryonic antigen diperiksa 4-8 minggu pasca tindakan bedah untuk menilai kurabilitas, selanjutnya setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama, dan 6 bulan dalam 5 tahun berikutnya
- Kolonoskopi ulang dilakukan 1 tahun setelah tindakan pembedahan. Jika hasil baik, lakukan lagi setelah 3 tahun, lalu setelah 5 tahun[14]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini