Patofisiologi Kanker Payudara
Patofisiologi kanker payudara berhubungan dengan interaksi kompleks dari mutasi genetik, pengaruh hormonal, dan faktor risiko eksternal. Mutasi genetik yang paling sering dilaporkan terjadi pada gen BRCA1 dan BRCA2. Mutasi genetik ini umumnya bersifat herediter dan dapat meningkatkan risiko karsinogenesis jaringan payudara. Mutasi genetik juga dapat dipicu oleh paparan berlebih estrogen pada jaringan payudara.
Mutasi genetik pada onkogen dan gen supresor tumor dapat menimbulkan disrupsi mekanisme pertumbuhan sel hingga proliferasi sel yang tidak terkontrol. Proliferasi sel kanker ini kemudian memicu pertumbuhan neoplasma pada massa payudara yang terlokalisasi.[1,4,8]
Pertumbuhan massa tumor primer dapat terbatas dalam saluran duktus atau menyebar hingga jaringan sekitarnya. Tumor primer kemudian dapat berkembang menjadi kanker payudara invasif hingga menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening hingga menyebabkan metastasis ke organ lain.[1,4]
Kanker Payudara Primer
Sebagian besar kanker payudara ditandai dengan fibrosis jaringan stroma dan epitel payudara. Seiring pertumbuhan kanker dan invasi kanker ke jaringan sekitar, respon desmoplastik menyebabkan pemendekan ligamentum suspensorium Cooper sehingga terjadi gambaran retraksi kulit payudara. Saat aliran limfatik dari kulit ke kelenjar getah bening lokal terhambat, terjadilah edema lokal yang ditandai oleh tampilan kulit jeruk (peau d’orange).
Kanker akan menyebabkan luka spontan pada kulit ketika sel kanker mulai menginvasi kulit. Invasi lebih lanjut ke sel-sel kulit di sekitar luka akan menyebabkan pembentukan nodul satelit di sekitar luka. Selain itu, lebih dari 60% rekurensi kanker payudara terjadi pada organ jauh. 20% kanker payudara mengalami rekurensi lokal-regional, dan 20% merupakan campuran (lokal-regional dan metastasis jauh).[1,3,7]
Metastasis
Saat kanker payudara primer membesar, sel kanker menyusup ke celah antar sel dan pindah ke sistem limfatik menuju kelenjar getah bening regional, terutama kelenjar getah bening aksila. Kelenjar getah bening yang terlibat awalnya teraba lunak namun menjadi keras dan mengalami konglomerasi seiring pertumbuhan sel kanker.
Sel kanker mampu tumbuh hingga kapsul kelenjar getah bening dan memfiksasi struktur lain di ketiak dan dinding dada. Semakin banyak kelenjar getah bening aksila yang terlibat, maka semakin kecil peluang kesintasan.[1,3,7]
Pasien yang tidak memiliki keterlibatan kelenjar getah bening aksila berisiko < 30% mengalami rekurensi dibandingkan pasien yang memiliki keterlibatan kelenjar getah bening yang berisiko 75% terhadap rekurensi.[1,3,7]
Metastasis jauh terjadi secara hematogen setelah neovaskularisasi. Pasien tanpa ekspresi reseptor estrogen (ER-) memiliki risiko lebih besar mengalami rekurensi dalam 3–5 tahun pertama dibanding pasien dengan ekspresi reseptor estrogen (ER+).[3,4]
Subtipe Kanker Payudara
Berdasarkan analisis histopatologinya, kanker payudara dapat dikategorikan sebagai noninvasif dan invasif. Kanker payudara noninvasif hanya tumbuh dalam area lobulus dan duktus tanpa menginfiltrasi jaringan di sekitarnya.
Ductal carcinoma in situ (DCIS) adalah jenis kanker payudara non atau preinvasif yang paling sering ditemukan. Lobular carcinoma in situ (LCIS) lebih jarang ditemukan daripada DCIS, tetapi umumnya dapat muncul secara bilateral. Pada pemeriksaan imunohistokimia, DCIS dan LCIS umumnya menunjukkan ekspresi positif reseptor hormon dan negatif HER-2.[1,5,7]
Kanker payudara invasif memiliki karakteristik infiltrasi sel tumor melebihi membran basal. Berdasarkan ekspresi imunohistokimia dan ekstensi tumornya, kanker payudara invasif diklasifikasikan menjadi:[1,3,7]
Adenokarsinoma Duktal
Infiltrating ductal carcinoma (IDC) atau adenokarsinoma duktal memiliki karakteristik lesi yang menjangkau unit duktal-lobular terminal disertai dengan sel epitelial abnormal. Sel tumor ini menginfiltrasi hingga keluar dari membran basal duktus payudara dan cenderung bermetastasis melalui pembuluh limfatik.
Tipe ini merupakan jenis kanker payudara yang paling sering ditemukan dengan insiden hingga 50–70% dari seluruh kasus kanker payudara invasif. Sekitar 70% dari kasus wanita dengan IDC merupakan positif reseptor hormon dan negatif HER-2.[1,3,7]
Karsinoma Lobular
Infiltrating lobular carcinoma (ILC) atau karsinoma lobular infiltrasi lebih sering ditemukan pada wanita menopause dan memiliki risiko lebih tinggi untuk tumbuh secara bilateral. Umumnya jenis kanker ini positif reseptor hormon estrogen dan progesteron. Jenis ini dapat ditemukan pada 15–20% dari total kasus kanker payudara invasif.[1,7]
Karsinoma Meduler
Medullary carcinoma atau karsinoma meduler memiliki insiden sekitar 5% dari total kanker payudara invasif dan lebih umum terjadi pada wanita muda dengan insiden. Tipe karsinoma ini bersifat lebih agresif dengan umumnya negatif reseptor hormon estrogen, progesteron, dan HER-2. Tipe kanker ini juga umumnya menunjukkan ekspresi mutasi gen BRCA1 dan TP53.[1,7]
Tipe yang Lebih Jarang
Selain tipe di atas, terdapat jenis kanker payudara invasif lain yang lebih jarang terjadi seperti kanker payudara inflamatori, Penyakit Paget, tumor filodes, serta kanker tubular, papiler, dan musinus. Kanker payudara inflamatori jarang terjadi namun lebih agresif dan memiliki prognosis yang lebih buruk dari tipe kanker payudara lain. Penyakit Paget payudara merupakan adenokarsinoma yang menyerang puting dan areola payudara.[1,7]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita Sp.PK