Prognosis Kanker Payudara
Prognosis kanker payudara dipengaruhi oleh subtipe kanker, lokasi, derajat penyakit, dan jenis terapi. Komplikasi yang dapat terjadi akibat kanker payudara meliputi metastasis pada organ berdekatan ataupun metastasis jauh, hingga rekurensi dan kematian.[1,3,4]
Komplikasi
Kanker payudara dapat menyebabkan komplikasi yang berhubungan dengan metastasis serta efek samping terapi. Terapi pembedahan dapat menyebabkan risiko komplikasi infeksi, nyeri, skar permanen, dan perubahan sensitivitas saraf di area dada. Umumnya, kemoterapi, radioterapi, dan terapi hormonal dapat menyebabkan gejala mual muntah, diare, kerontokan rambut, vaginal dryness, gangguan menopause dan infertilitas, serta neuropati.
Fibrosis payudara dapat muncul dengan onset 4–12 bulan pascaradiasi dengan tingkat insiden sekitar 10–15%. Risiko munculnya malignansi sekunder ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ukuran target radiasi, dan dosis radiasi. Komplikasi yang lebih berat dapat terjadi dan umumnya menyebabkan gangguan pada kelenjar getah bening, tulang, dan jantung.[1]
Komplikasi Kelenjar Getah Bening
Limfedema dapat terjadi sebagai komplikasi kanker payudara. Komplikasi ini sering terjadi pada lengan yang sesisi dengan payudara yang mengalami kanker. Faktor risko limfedema pada pasien kanker payudara meliputi usia lebih tua saat terdiagnosis kanker, stadium penyakit, derajat pembedahan terhadap kelenjar getah bening aksila, pembentukan seroma pasca operasi, riwayat radiokemoterapi adjuvan, trauma pada dinding dada pasca terapi, kegemukan, diabetes melitus, dan hipertensi.[17–19]
Komplikasi Tulang
Pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi adjuvan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mineralisasi tulang dan osteoporosis. Faktor risiko osteoporosis mencakup usia di atas 50 tahun, riwayat keluarga dengan osteoporosis, bentuk badan kurus, riwayat fraktur, menopause dini, gaya hidup sedenter, kelebihan asupan protein, sodium, dan gula, serta kurangnya asupan kalsium dan vitamin D3, merokok, dan konsumsi alkohol.
Penggunaan inhibitor aromatase, glukokortikoid, penghambat pompa proton, psikotropika, terapi pengganti hormon tiroid, antidepresan, antikoagulan, dan antikonvulsan turut meningkatkan risiko osteoporosis.[1,5]
Komplikasi Kardiovaskular
Komplikasi kardiovaskular terutama terjadi pada pasien kanker yang menerima kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal, serta terapi target. Komplikasi ini dipengaruhi oleh jenis obat, dosis terapi, maupun komorbiditas pasien sebelumnya.[1,36]
Komplikasi Jantung terkait Kemoterapi:
Kemoterapi dapat menyebabkan efek kardiotoksik jangka panjang. Antrasiklin, seperti doxorubicin dan epirubicin, diketahui meningkatkan gagal jantung kongestif dan kardiomiopati sebesar 2% dan meningkat hingga 4% saat digunakan bersama trastuzumab.[1,36]
Agen alkilasi seperti siklofosfamid juga menimbulkan komplikasi berupa gagal jantung pada hampir 30% pasien. Kerusakan jantung ini berhubungan dengan dosis pemberian dan risikonya meningkat pada pasien yang pernah mendapat antrasiklin, riwayat radioterapi pada mediastinum, serta usia yang lanjut.
Aritmia, khususnya bradikardia, merupakan efek samping yang sering pada pasien kanker payudara yang mendapat terapi golongan taxane, seperti paclitaxel dan docetaxel, walaupun gagal jantung kongestif juga dapat dialami oleh 2-3% pasien ini.[1]
Komplikasi Jantung terkait Radioterapi:
Radioterapi pada pasien kanker payudara dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang terhadap kerusakan miokard dan arteri koroner hingga infark miokard . Risiko komplikasi ini semakin meningkat pada pasien wanita dengan faktor risiko kardiak sebelumnya. Pneumonitis juga dapat terjadi pada pasien yang mendapat radioterapi adjuvan. Pneumonitis dapat muncul hingga 1 tahun pascaradiasi dan membutuhkan terapi steroid, oksigen hingga intubasi.[1]
Komplikasi Jantung terkait Terapi Hormonal:
Tamoxifen berpotensi meningkatkan toksisitas warfarin yang sering kali justru dibutuhkan oleh pasien kanker payudara yang memerlukan terapi antikoagulan jangka panjang.[36]
Komplikasi Jantung terkait Terapi Target:
Risiko toksisitas jantung akibat penggunaan trastuzumab meningkat apabila terdapat faktor risiko kardiovaskuler lain yang menyertai seperti riwayat penyakit jantung koroner dan gangguan fungsi ventrikel kiri. Namun, efek kardiotoksik trastuzumab bersifat reversibel jika diketahui lebih dini.[36]
Prognosis
Data studi Surveillance, Epidemiology, and End Results Program (SEER) yang dilakukan oleh National Cancer Institute di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kesintasan relatif pasien kanker payudara pada 5 tahun pertama mencapai 91,2%.[36]
Berdasarkan derajat penyakit, kesintasan 5 tahun untuk pasien dengan kanker payudara lokal (61% dari total pasien) mencapai 99,6%, kanker payudara regional (32% total pasien) mencapai 86,7%; dan pasien dengan kanker payudara metastatik (5% total pasien) hanya 31,9%.[37]
Secara keseluruhan, kanker payudara dengan stadium IIB dan IIIA memiliki prognosis yang lebih baik daripada kanker payudara terlokalisasi stadium lebih lanjut (stadium IIIB dan III C) dan kanker payudara invasif (III B dan T4d). Prognosis kanker payudara juga dipengaruhi subtipe molekularnya:
- Luminal A: prognosis baik dengan tingkat rekurensi terendah
- Luminal B: prognosis cukup baik dengan tingkat rekurensi lebih sering dibandingkan subtipe Luminal A. Meskipun begitu, rekurensi tipe ini dapat muncul bahkan setelah 10 tahun.
- HER-2 positive: prognosis umumnya buruk dan memiliki risiko tinggi rekurensi lokal dan regional. Tak hanya kurang responsif terhadap terapi antibodi monoklonal anti-HER2, resistensi juga muncul pada kebanyakan pasien
- Tripel negatif (basal): prognosis buruk dengan tingkat rekurensi lokal dan regional yang tinggi. Subtipe ini tidak responsif terhadap terapi hormon atau HER-2.[1,4,5,23]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita Sp.PK