Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Sarkoma Kaposi general_alomedika 2023-05-03T14:35:35+07:00 2023-05-03T14:35:35+07:00
Sarkoma Kaposi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Sarkoma Kaposi

Oleh :
dr. Vania Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Sarkoma Kaposi merupakan penyakit proliferatif yang disebabkan oleh infeksi human herpesvirus-8 (HHV-8) atau yang dikenal pula sebagai kaposi sarkoma-associated herpesvirus (KSHV). Infeksi dari HHV-8 disertai dengan kondisi defek imunitas dan inflamasi memungkinkan perkembangan terjadinya keganasan.

Sarkoma Kaposi merupakan keganasan yang sering berkaitan dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan kondisi imunosupresi lainnya, seperti transplantasi ginjal.[1]

Sumber Gambar: OpenStax College, Wikimedia Commons, 2013. Sumber Gambar: OpenStax College, Wikimedia Commons, 2013.

Sebelum ditemukannya HIV, sarkoma Kaposi hanya ditemukan di Afrika Tengah, negara-negara di Mediterania, dan Timur Tengah. Data epidemiologi pada tahun 2018 menyatakan bahwa insidensi sarkoma Kaposi adalah 100.000 kasus per tahun dan berkaitan dengan HIV, terutama pada lelaki yang homoseksual dan biseksual. Sarkoma Kaposi merupakan keganasan terbanyak kedua yang ditemukan pada pasien HIV dengan CD4 <200 sel/mm3. [1-3]

Gejala klinis penyakit ini bervariasi dengan lesi tersering berupa lesi kutaneus, yang berbentuk makula, plak, hingga nodul yang berwarna merah muda atau ungu. Predileksi dari lesi kutaneus tersebut adalah regio ekstremitas bawah yang dapat disertai dengan limfedema akibat obstruksi kelenjar limfatik.

Selain itu, lesi viseral juga dapat muncul terutama pada kasus yang berkaitan dengan HIV atau pada stadium lanjut. Organ viseral yang sering terkena adalah paru-paru dan traktus gastrointestinal. [1-2,4]

Berdasarkan bentuk klinis dan keterlibatan kelenjar limfe, sarkoma Kaposi terbagi menjadi 4, yakni: sarkoma Kaposi klasik, sarkoma Kaposi endemik Afrika, sarkoma Kaposi yang berkaitan dengan HIV, dan sarkoma Kaposi iatrogenik.

Sarkoma Kaposi klasik banyak ditemukan pada laki-laki homoseksual dan pengguna obat terlarang intravena, dengan predileksi di ekstremitas bawah. Sarkoma Kaposi endemik Afrika dapat ditemukan pada orang dewasa dan anak-anak, dengan umumnya melibatkan limfonodus.

Sarkoma Kaposi yang berkaitan dengan HIV sering kali memberi gambaran lesi yang difus dan melibatkan organ viseral. Sedangkan jenis iatrogenik terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi imunosupresan untuk penyakit autoimun atau setelah menjalani transplantasi organ. Sarkoma Kaposi pada transplantasi organ dapat juga diakibatkan oleh reaktivasi HHV-8 yang berasal dari organ donor.[1,5-6]

Penatalaksanaan sarkoma Kaposi terdiri dari terapi lokal dan sistemik. Terapi lokal diutamakan pada lesi yang berukuran kecil dan terlokalisir, yang terdiri dari krioterapi, injeksi intralesi, radioterapi, bedah eksisi, terapi laser, dan pemberian alitretinoin gel. Terapi sistemik diberikan pada lesi yang luas, progresif, edema yang berat, dan adanya keterlibatan organ viseral. Antiretroviral direkomendasikan terutama pada kasus koinfeksi dengan HIV.[5,7-10]

Referensi

1. Bishop BN dan Lynch DT. 2020. Kaposi Sarcoma. Treasure Island: StatPearls Publishing.
2. Katz J dan Hibbs J. Kaposi Sarcoma [Artikel di internet]. [Diakses Januari 2021]. Dapat diakses melalui URL: https://emedicine.medscape.com/article/279734-overview#a4
3. Liu Z, Fang Q, Zuo J, Minhas V, Wood C, Zhang T. The world-wide incidence of Sarkoma kaposi in the HIV/AIDS era. HIV Medicine. 2018;19(5):355-364.
4. Cesarman E, Damania B, Krown SE, Martin J, Bower M, Whitby D. Kaposi sarcoma. Nature Reviews. 2019;5:1-21.
5. Radu O dan Pantanowitz L. Kaposi Sarcoma. Arch Pathol Lab Med. 2013; 137: 289-294.
6. Orem J. Cancer prevention and control: Sarkoma kaposi. Ecancermedicalscience. 2019;13:951.
7. Morgan J. Kaposi Sarcoma [Artikel di internet]. [Diakses Januari 2021]. Dapat diakses melalui URL: https://dermnetnz.org/topics/kaposi-sarkoma/
8. Ruocco E, Ruocco V, Tornesello ML, Gambardella A, Wolf R, Buonaguoro FM. Sarkoma kaposi: Etiology and pathogenesis, inducing factors, causal associations, and treatments: Facts and controversies. Clinic in Dermatology. 2013;31:413-422.
9. Sullivan RJ, Pantanowitz L, Casper C, Stebbing J, Dezube BJ. Epidemiology, pathophysiology and treatment of Kaposi sarcoma-associated herpesvirus disease: Kaposi sarcoma, primary effusion lymphoma, and multicentric Castleman disease. 2008; 47(9):1209-1215.
10. Karakas Y, Aksoy S, Gullu HI. Sarkoma kaposi Epidemiology, Risk Factors, Staging and Treatment: AN OVERVIEW. Acta Oncologica Turcica. 2017; 50(2):148-159

Patofisiologi Sarkoma Kaposi
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 22 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 21 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.