Patofisiologi Sarkoma Kaposi
Patofisiologi sarkoma Kaposi berkaitan dengan proliferasi berlebihan dari sel spindel yang diduga berasal dari sel endotel. Meski asal sel ini belum diketahui secara pasti, ditemukannya antigen dari faktor endotelial VIIIa, marker sel spindel, dan marker makrofag memberikan kemungkinan adanya progenitor mesenkimal yang pluripoten.
Proliferasi dari sel spindel melibatkan dermis retikular (patch stage) atau seluruh ketebalan dari dermis yang akan tampak sebagai plak atau nodular.[2]
Keterlibatan Infeksi Human Herpesvirus-8 (HHV-8) dan Sistem Imun
Pada lebih dari 90% kasus, ditemukan adanya human herpesvirus-8 (HHV-8), sehingga dinyatakan bahwa patogenesis sarkoma Kaposi terjadi akibat infeksi virus tersebut. Infeksi ini dapat membentuk molekul yang berperan penting dalam transduksi sinyal untuk menstimulasi proliferasi sel dan menghambat apoptosis.
Namun, infeksi HHV-8 saja tidak cukup untuk menyebabkan sarkoma Kaposi. Kombinasi infeksi HHV-8, defek imunitas, dan inflamasi diperlukan untuk menyebabkan keganasan. Kondisi imunosupresi dan inflamasi menyebabkan HHV-8 dapat tetap tumbuh dan berproliferasi.[1-2,5]
Salah satu antigen dari HHV-8, yakni latency-associated nuclear antigen (LANA) berperan penting dalam mengikat genom virus ke sel inang. LANA diketahui akan berikatan dengan tumor suppressor antigen p53 dan menyebabkan perubahan kerja dari p53. Protein ini memiliki peran penting dalam mengatur siklus sel, menginduksi kematian sel dan perbaikan DNA, sebagai respons terhadap stres, agen genotoksik, hipoksia, maupun aktivasi onkogen.
Melalui ikatan dengan p53, LANA dapat berkontribusi dalam transformasi sel yang terinfeksi dan juga mempertahankan ketahanan sel tersebut dengan menghambat apoptosis.[1,5,8-9]
HHV-8 atau HHV-8 mengaktivasi mTOR, menyebabkan sel endotel berdiferensiasi menjadi sel mesenkimal, dan merangsang angiogenesis yang aberan. HHV-8 akan mengaktifkan NF-kB dan meningkatkan ekspresi sitokin. Activated NF-kB diikuti dengan terbentuknya protein onkogenik viral FLICE inhibitory protein yang bekerja sebagai onkogen. Terjadi pula upregulation dari VEGF dan bFGF yang mendukung angiogenesis.[1,9]