Etiologi Sarkoma Kaposi
Etiologi sarkoma Kaposi adalah infeksi human herpesvirus-8 (HHV-8) pada kondisi imunodefisiensi. Meskipun begitu, penyakit ini dapat pula terjadi pada pasien imunokompeten, seperti pada sarkoma Kaposi klasik dan endemik. Faktor lainnya seperti genetik atau lingkungan diduga ikut memengaruhi terjadinya sarkoma Kaposi.
Infeksi Human Herpesvirus-8 (HHV-8)
Virus ini ditemukan pada >90% pasien dengan sarkoma Kaposi. HHV-8 ditemukan pada saliva dan semen, sehingga kemungkinan besar transmisinya terjadi melalui berciuman dan aktivitas seksual. Sifat onkogenik HHV-8 dapat mengganggu protein p53 dan memediasi onkogenesis.
Virus ini masuk ke sel endotel melalui beberapa reseptor, lalu berdiam di dalam nukleus sel sebagai episome dan akan memasuki fase selanjutnya, yaitu fase latensi atau fase litik reaktivasi.[4,8,10]
Seperti virus herpes lainnya, HHV-8 dapat hidup lama di dalam tubuh manusia dengan membentuk fase laten. Gen laten terekspresi pada mayoritas sel tumor dan dicurigai merupakan salah satu promotor tumorigenesis. Gen laten HHV-8 akan membentuk episome dan berikatan dengan kromosom inang, lalu ikut mengalami replikasi bersamaan dengan gen inang.[4]
Fase litik adalah fase terjadinya reaktivasi spontan dari HHV-8. Reaktivasi ini terjadi secara sporadik yang belum dapat dijelaskan stimulusnya. Pada fase ini, terjadi replikasi dari genom virus dan terdapat produksi dari infectious viral progeny. Gen dari fase litik juga ditemukan pada sarkoma Kaposi dan diduga berkontribusi dalam terjadinya tumorigenesis. Beberapa protein pada fase litik dapat bekerja secara parakrin untuk menstimulasi pertumbuhan tumor. Namun, gen pada fase litik ditemukan dalam jumlah yang relatif rendah bila dibandingkan dengan fase laten. [4]
Hampir semua bentuk dari sarkoma Kaposi disebabkan oleh virus HHV-8, meskipun manifestasinya dapat berbeda. Perbedaan dari manifestasi klinis ini menunjukkan adanya faktor lain yang juga memengaruhi sarkoma Kaposi, seperti factor imunitas pasien dan faktor lingkungan. [2]
Defisiensi Imun
Kondisi defisiensi imun menjadi salah satu faktor penyebab penting dari sarkoma Kaposi, terutama pada iatrogenic (akibat penggunaan obat imunosupresif, termasuk penggunaan kortikosteroid) dan sarkoma Kaposi terkait infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Peningkatan prevalensi dari sarkoma Kaposi terutama pada pasien dengan riwayat transplantasi dan HIV menunjukkan pentingnya defisiensi imun terhadap sarkoma Kaposi. Dengan imunitas yang rendah, menyebabkan HHV-8 dapat tetap tumbuh dan berproliferasi. [2,8,10]
Penurunan jumlah limfosit B diketahui dapat menyebabkan progresi sarkoma Kaposi klasik dari stadium awal menuju akhir. Selain itu, penggunaan steroid topikal juga dapat menjadi faktor risiko sarkoma Kaposi klasik. [10]
Tidak hanya defisiensi imunitas sistemik yang dapat menjadi faktor risiko, gangguan imunitas lokal juga diketahui dapat menjadi predisposisi terjadinya sarkoma Kaposi. Sebuah studi menunjukkan adanya hubungan antara sarkoma Kaposi dan limfedema.
Gangguan aliran limfe menyebabkan inflamasi pada limfonodi regional dan menyebabkan gangguan kontrol imun pada kaki. Hal ini menyebabkan daerah dengan limfedema menjadi sebuah area yang imunokompromais yang berisiko terhadap infeksi oportunistik. Trauma terlokalisir juga diketahui dapat berkembang menjadi sarkoma Kaposi.[8,10]
Faktor Risiko Sarkoma Kaposi
Tidak semua pasien dengan infeksi HHV-8 akan bermanifestasi menjadi sarkoma Kaposi. Hal ini menunjukkan adanya faktor risiko lain yang ikut berpengaruh dalam insidensi sarkoma Kaposi.
Faktor Genetik
Gen MDM2 diketahui memiliki pengaruh pada fungsi dari protein penghambat tumor p53. Seseorang dengan polimorfisme pada gen tersebut memiliki risiko lebih tinggi terhadap kejadian sarkoma Kaposi. [2]
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan diketahui berperan meningkatkan risiko keganasan. Beberapa faktor karsinogen dapat menyebabkan kerusakan pada gen, bekerja sebagai promotor untuk menginduksi kanker, atau menyebabkan mutasi. [8]
Faktor Obat-Obatan
Beberapa obat juga diketahui merupakan kofaktor sarkoma Kaposi. Antimalaria golongan quinine dan analognya diketahui meningkatkan insidensi sarkoma Kaposi. Hal ini diduga berkaitan dengan efek imunosupresif dari quinine, chloroquine, dan hydroxychloroquine yang sering digunakan sebagai terapi pada pasien autoimun.
Selain itu, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, seperti captopril, juga memiliki efek imunomodulator dan diketahui dapat menyebabkan gangguan imunitas (imunosupresif). ACE inhibitor juga diduga memiliki efek angiogenesis.
Namun, beberapa studi juga menemukan adanya efek protektif dari quinine dan ACE inhibitor terhadap sarkoma Kaposi. Bagaimana kofaktor dapat memberikan efek yang baik atau buruk tergantung pada interaksinya dengan predisposisi genetik dan interaksi berbagai faktor lainnya.[2,8]