Penatalaksanaan Sarkoma Kaposi
Belum ada penatalaksanaan definitif pada sarkoma Kaposi. Tujuan terapi sarkoma Kaposi adalah untuk mengurangi gejala, mencegah progresi, memperbaiki kosmetik, mengatasi edema dan gangguan organ, dan mengatasi stres psikologis.
Perbaikan sistem imun berpengaruh besar terhadap manajemen, terutama pada pasien sarkoma Kaposi imunosupresif yang reversibel. Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam memilih terapi adalah kecepatan dan perluasan dari pertumbuhan tumor, gejala yang dialami, kondisi sistem imun, dan ada tidaknya komplikasi penyakit human immunodeficiency virus (HIV). [4-5,7-8,10]
Observasi
Observasi atau watchful waiting dapat dipertimbangkan pada lesi sarkoma Kaposi yang terbatas, yang tidak disertai dengan disfungsi sistem imun, riwayat transplantasi ginjal yang memungkinan kondisi imunosupresif.
Terapi spesifik dapat tidak diperlukan dalam masa observasi pada pasien dengan lesi terbatas, asimtomatik, dan tidak mengalami gangguan fungsi. Adanya edema pada ekstremitas bawah dapat dikurangi dengan penggunaan elastic compression stocking. [10]
Terapi Lokal
Lesi yang berukuran kecil dan terlokalisir memerlukan terapi khusus bila menyebabkan gangguan kosmetik, ketidaknyamanan, atau untuk membatasi pertumbuhan tumor. Terapi lokal bersifat aman, cost-effective, dan dipertimbangkan pada pasien dengan lesi yang minimal atau pada pasien dengan advanced stage yang tidak respons terhadap terapi sistemik sebagai terapi paliatif. Pada umumnya, sarkoma Kaposi klasik cukup diterapi dengan terapi lokal. Beberapa terapi tersebut di antaranya:
- Krioterapi dengan cairan nitrogen
- Injeksi antikanker intralesi dengan vinblastine 0,1 mL (0,1 mg/mL) atau interferon α
- Radioterapi merupakan pilihan terapi terutama bila lesi tidak cukup luas untuk terapi sistemik, tetapi tidak cukup diterapi dengan injeksi intralesi. Terapi ini paling efektif untuk sarkoma Kaposi klasik
- Bedah eksisi
- Terapi laser dengan pulsed dye laser atau pulsed carbon dioxide laser.
- Terapi topikal alitretinoin gel 0.1%[5-10]
Electrochemotherapy
Electrochemotherapy adalah kombinasi dari kemoterapi dan elektropolasi. Elektropolasi bermanfaat untuk meningkatkan uptake dari obat ke sel tumor dan potensiasi efek sitotoksisitas dari antikanker yang tidak permeabel atau memiliki permeable yang rendah, seperti bleomycin atau cisplatin.[8,10]
Terapi Sistemik
Sarkoma Kaposi endemik pada umumnya memerlukan terapi sistemik dengan agen sitotoksik, sedangkan antiretroviral dibutuhkan pada sarkoma Kaposi endemik. Terapi sistemik terutama diberikan pada lesi yang luas, progresif, edema yang berat, dan adanya keterlibatan organ viseral.[10]
Antiretroviral
Antiretroviral merupakan pilihan terapi pada sarkoma Kaposi epidemik, baik sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada kasus sarkoma Kaposi yang terkait dengan AIDS, pengobatan terhadap infeksi HIV dengan antiretroviral kombinasi diperlukan untuk menekan replikasi HIV dan mencegah progresi dari tumor.
Perbaikan dari fungsi sistem imun juga akan mengurangi level tumour growth-promoting proteins. Beberapa antiretroviral yang memiliki aktivitas khusus sebagai anti HHV-8 diantaranya foscarnet, ganciclovir, cidofovir, dan adefovir. [4,7-9]
Pada pasien dengan stage awal T0 dan T1 dengan slowly progressive disease, penggunaan antiretroviral merupakan satu-satunya terapi yang diperlukan dan dikonsumsi hingga 10 tahun. Lesi akan berkurang dan akan hilang sepenuhnya dalam beberapa minggu atau bulan. Evaluasi dari efektivitas obat yakni lesi mengecil hingga mencapai ≥50% dalam ukuran dan/atau jumlah selama 6–12 bulan. [4,8]
Pada awal terapi dengan antiretroviral, dapat timbul keadaan yang disebut dengan IRIS (immune reconstitution inflammatory syndrome), yakni tampak sebagai sarkoma Kaposi flare, sebagai respons kembalinya sistem imun. Hal ini sering terjadi terutama pada pasien dengan kadar awal CD4 yang rendah dan viral load yang tinggi. [8,10]
Kemoterapi Sistemik
Pada kasus advanced, yakni kasus yang melibatkan organ viseral dan/atau rapidly progressive disease, penatalaksanaan dikombinasikan dengan kemoterapi. Beberapa indikasi kemoterapi sistemik pada sarkoma Kaposi yakni:
- Lesi kulit yang luas dengan jumlah lesi lebih dari 25 buah
- Lesi pada kavitas oral dan luas
- Edema yang simtomatik
- Penyakit berkembang secara progresif dan cepat
- Lesi viseral yang simtomatik dan mengancam jiwa
- Sarkoma Kaposi flare atau IRIS-associated flare [5,8]
Kemoterapi lini pertama yang saat ini digunakan adalah liposomal anthracyclines, yang terdiri dari doxorubicin atau daunorubicin. Paclitaxel dapat menjadi alternatif pada kasus yang refrakter terhadap anthracyclines atau rekuren setelah terapi lini pertama. Beberapa pengobatan lain yang dapat bermanfaat adalah interferon α, thalidomide, antiherpes, imatinib, dan matrix metalloproteinase inhibitor (COL-3).
Antiviral seperti ganciclovir dapat digunakan pada fase litik. Pada negara dengan sumber daya yang rendah, kombinasi bleomycin dan vincristine, diberikan setiap 3 minggu selama 6-9 kali siklus dapat memberikan respons parsial yang baik atau remisi. [4-7]
Pada kasus sarkoma Kaposi iatrogenik, pilihan terapi adalah mengurangi atau menghentikan penggunaan agen imunosupresan atau penggantian dengan agen yang lain.[4,7]