Patofisiologi Tumor Mediastinum
Patofisiologi tumor mediastinum berhubungan erat dengan proses multiplikasi sel-sel tumor yang tidak terkendali, sehingga ukuran tumor semakin membesar dan akhirnya menyebabkan kompresi (penekanan) pada struktur-struktur di sekitarnya. Hal ini bisa menimbulkan manifestasi klinis bervariasi tergantung pada ukuran dan letak tumor.
Anatomi Mediastinum
Mediastinum adalah rongga dalam toraks yang berisi jantung, esofagus, trakea, timus, dan aorta. Di bagian superior, rongga ini dibatasi oleh thoracic inlet, sedangkan di bagian posterior, rongga ini dibatasi oleh diafragma. Di sisi lateral dekstra dan sinistra, rongga mediastinum dibatasi oleh paru-paru. Rongga mediastinum ini kemudian dapat dibedakan lagi menjadi mediastinum anterior, medial, dan posterior.
Bagian superior mediastinum merupakan tempat percabangan aorta, yakni menjadi trunkus brakiosefalika, arteri karotis komunis kiri, dan arteri subklavia kiri. Sementara itu, pada mediastinum anterior, terdapat timus, cabang-cabang arteri torasika interna, dan kelenjar limfa parasternal.
Pada mediastinum medial, terdapat jantung, aorta asenden, vena kava superior, vena pulmonalis, trakea, cabang utama bronkus, nervus vagus, dan nervus frenikus. Sementara itu, pada mediastinum posterior, terdapat esofagus, aorta torasika desenden, vena azygos, duktus torasikus, nervus vagus, dan nervus splanknikus.[1]
Patofisiologi Tumor dalam Rongga Mediastinum
Mediastinum merupakan rongga yang sempit dan tidak dapat berekspansi. Oleh karena itu, massa dalam rongga mediastinum akan menekan organ di sekitarnya dan dapat mengakibatkan bermacam gejala. Kompresi dapat terjadi pada jalan napas, esofagus, jantung kanan, dan vena-vena besar.
Selain itu, tumor ganas juga dapat menginvasi organ sekitarnya. Gangguan-gangguan lokal akibat tumor dapat berupa pneumonia, hemoptysis, disfagia, sindroma vena kava superior, efusi pleura, paresis pita suara, sindroma Horner, paraplegia, nyeri persarafan, dan paralisis diafragma.
Sementara itu, gangguan sistemik akibat tumor mediastinum dapat bervariasi, misalnya terjadinya produksi hormon tiroid yang berlebihan pada kasus kanker tiroid, terjadinya hiperkalsemia akibat limfoma, terjadinya penurunan berat badan, demam, keringat pada malam hari, dan lemas.[2,3]