Patofisiologi Flat Foot
Patofisiologi flat foot atau pes planus berawal dari masalah pada arkus longitudinal medial kaki. Struktur ini terdiri dari calcaneus, navicular, talus, 3 cuneiformis pertama, dan metatarsal 1-3, dengan dikelilingi jaringan lunak seperti tendon, ligamen, dan otot. Disfungsi dari salah satu atau beberapa struktur ini akan menyebabkan kolaps dari arkus longitudinal medial dan menyebabkan flat foot.[2,4]
Flat Foot pada Anak
Bayi umumnya lahir dengan flat foot fleksibel akibat struktur pada kaki yang belum berkembang sempurna. Bantalan lemak akan tampak pada area arkus longitudinal medial. Seiring waktu, struktur otot, tulang dan ligamen berkembang, dan pada usia 2 tahun arkus medial ini sudah tampak ketika duduk. Flat foot fleksibel pada sebagian besar kasus akan hilang sekitar usia 10 tahun, sehingga tidak memerlukan koreksi dengan ortosis.[5,6]
Hubungan Flat Foot dan Gangguan Berjalan
Pada fase berjalan normal, terjadi eversi kaki yang menempatkan sendi tarsal transversal berdampingan satu sama lain. Kemudian tendon posterior tibia menarik kaki menjadi inversi, sehingga sendi tarsal transversal menjauhi satu sama lain dan membuat hindfoot menjadi tegang. Hal ini membuat kontraksi dari tendon Achilles menjadi efektif ketika berjalan.[7]
Ketika tendon posterior tibia tidak mampu bekerja dengan baik, tidak ada struktur yang bersifat antagonis terhadap peroneus brevis. Hal ini menyebabkan hindfoot menjadi valgus dan abduksi. Arkus longitudinal medial yang terbebani kemudian akan mengganggu fungsi dari kompleks gastrocnemius-soleus, yang menyebabkan posisi valgus semakin parah. Inilah penyebab gangguan berjalan yang sering dialami pasien flat foot.[7,8]