Prognosis Fraktur dan Dislokasi Tulang Belakang
Prognosis dari fraktur dan dislokasi tulang belakang bergantung pada terjadinya kerusakan dari spinal cord serta lokasi cideranya. Komplikasi pada fraktur dan dislokasi tulang belakang dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu komplikasi sekunder akibat cidera tulang belakang dan komplikasi berkaitan dengan prosedur pembedahan.
Komplikasi Cidera Tulang Belakang
Komplikasi dari cidera tulang belakang dapat berupa komplikasi mekanis, defisit neurologis, dan komorbid lain.[2-3]
Fraktur vertebra yang tidak distabilisasi dengan orthotic brace dapat menyebabkan deformitas yang terjadi secara progresif yang nantinya berakibat pada deteriorasi neurologis. Deformitas yang mungkin terjadi adalah tulang yang memendek, kifosis, dan kelemahan otot.[2,4]
Komplikasi berupa defisit neurologis terjadi 14-38% pada seluruh fraktur vertebra. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Leucht et al., defisit neurologis umumnnya terjadi akibat fraktur pada bagian servikal (34.2%), yang diikuti oleh torakal (26,5%) dan lumbar (19,8%).[7]
Komplikasi akibat cidera spinal cord dapat menyebabkan paraplegia yang dapat menyebabkan ulkus dekubitus di kemudian hari akibat imobilisasi yang berkepanjangan. Komplikasi paru juga dapat terjadi akibat cidera pada nervus phrenicus pada spina servikal setinggi C3 hingga C5 yang dapat menyebabkan berkurangnya volume tidal, atelektasis dan pneumonia. Selain itu cidera pada tulang belakang juga dapat menyebabkan ileus dan konstipasi yang diakibatkan oleh cidera pada spinal cord.[2-3]
Komplikasi Terkait Prosedur Pembedahan
Ekstravasasi cairan cement terjadi pada 3-75% pasien. Kebocoran yang terjadi pada kanalis spinalis dapat menyebabkan defisit neurologis seperti radikulopati atau kompresi spinal cord. Ekstravasasi yang terjadi pada vena, meskipun jarang dapat menyebabkan emboli pada pasien. Komplikasi intraoperatif lain yang dapat terjadi adalah perdarahan, dural tear dan peletakan instrumen operasi yang salah.[3,16,22]
Prognosis
Prognosis dari fraktur dan dislokasi tulang belakang bergantung pada kondisi neurologis pasien. Pasien yang tidak memiliki defisit neurologis ataupun defisit neurologis sebagian memiliki prognosis yang baik dibandingkan pasien dengan defisit neurologis komplit. Survival rate dari pasien dengan lesi komplit dari spinal cord lebih rendah dibandingkan pasien dengan lesi inkomplit.[27]
Lokasi dari cidera juga mempengaruhi nyeri dan kualitas hidup pasien. Cidera pada bagian lumbal memiliki kualitas hidup yang lebih rendah serta nyeri yang lebih berat dibandingkan pasien dengan cidera pada bagian torakal.
Perkembangan dari nyeri yang dialami pasien juga berbeda, pada defek bagian lumbal, nyeri yang dialami pasien akan lebih stabil dibandingkan torakal yang mengalami perburukan seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh hubungan antara terjadinya fraktur vertebra bagian torakal dengan kifosis dari vertebra torakal yang dapat menyebabkan nyeri dan disabilitas.[28]