Penatalaksanaan Fraktur Radius Distal
Penatalaksanaan bertujuan untuk fraktur distal radius mengembalikan fungsi gerak normal semaksimal mungkin. Akan tetapi perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu untuk menentukan ada tidaknya kondisi emergensi berupa gangguan neurovaskular distal. Jika terdapat kondisi tersebut perlu dilakukan reduksi segera. Reduksi dilakukan agar posisi tulang kembali sesuai posisi anatomis.[1]
Pemilihan cara reduksi memperhatikan tipe fraktur (ada tidaknya keterlibatan artikular, pergesaran tulang), tingkat fungsional pasien serta risiko maupun komplikasi tiap tindakan. [4] Pilihan reduksi pada kasus fraktur radius distal adalah sebagai berikut:
Reduksi Tertutup dan Imobilisasi dengan Gips
Teknik reduksi tertutup dan imobilisasi dengan gips berbeda antara fraktur Colles dan Smith.
Fraktur Colles tanpa Pergeseran
Imobilisasi dengan gips setinggi bawah siku selama 4 minggu atau 5 minggu [1,2]. Pada hari pertama atau hingga hari kedua pasca fraktur cukup dipasang bidai setelah itu kemudian dipasang gips pasca bengkak berkurang. Lakukan pengecekan posisi tulang untuk memastikan tidak timbul pergeseran fraktur dengan rontgen pada hari ke 10-14.[1,2]
Fraktur Colles dengan Pergeseran Fragmen Tulang
Periosteum tetap intak pada salah satu sisi fraktur memungkinkan reduksi tertutup. Reduksi dilakukan dengan anestesi lokal maupun umum. Prosedur reduksi dengan cara memegang erat tangan pasien kemudian lakukan traksi longitudinal. Kemudian lakukan penekanan dorsum bagian tulang yang bergeser secara kuat disertai manipulasi posisi pergelangan tangan menjadi fleksi, deviasi ke arah ulnar serta pronasi.[1] Periksa posisi reduksi dengan menggunakan x-ray. Jika posisi sudah tepat pasang slab gips dorsal.
Gips dipasang dari bawah siku hingga leher os metacarpal dan mengelilingi pergelangan tangan tersebut. Awasi neurovaskular distal. Jika tampak sianosis atau sangat nyeri, gips terlalu kencang.[2]
Reduksi tertutup biasanya berhasil tetapi biasanya cenderung bergeser hingga mengakibatkan malunion.[2] Lakukan pengecekan radiologi ulang pada minggu pertama atau kedua untuk memastikan posisi reduksi.[1]
Pada fraktur kominutif yang tidak stabil, terutama pasien-pasien dengan pergerakan tangan sangat aktif seperti pasien muda, sebaiknya reduksi dengan fiksasi eksternal. Gips dipertahankan selama 6 minggu.[1]
Fraktur Smith
Reduksi tertutup berupa supinasi pergelangan tangan. Kemudian dipasang gips hingga melewati siku selama 6 minggu.[2]
Pinning Perkutan
Studi meta analisis Cochrane menunjukkan pinning perkutan memberikan benefit dalam perbaikan fungsi motorik pada fraktur radius distal.[14] Pinning perkutan merupakan pilihan terapi yang tepat pada fraktur tipe A2, A3, B1 dan C1 pada klasifikasi AO.[15] Prosedur meliputi pemasangan K wire minimal 2 buah.
Studi menunjukkan kualitas reduksi baik walaupun kesalahan penempatan pin mungkin terjadi (sekitar 19%).[15] Akan tetapi komplikasi pinning perkutan dengan teknik Kapandji dan penggunaan materi biodegradable masih cukup tinggi.[14]
Reduksi Terbuka dan Fiksasi Internal / ORIF dengan Volar Locking Plate (VLP)
Reduksi terbuka dan fiksasi VLP merupakan salah satu pilihan teknik pembedahan pada kasus ini. Komplikasi yang sering terjadi yakni ruptur tendon fleksor.
Dengan mempertimbangkan anatomi, prosedur VLP yang aman adalah sebagai berikut:
- Prosedur diawali dengan mengeksplorasi zona fibrosa intermediate dan area distal otot pronator quadratus pada volar distal radius untuk memberikan area pandang yang luas sehingga mencegah penempatan plate yang tidak tepat.
- Langkah selanjutnya reduksi anatomi korteks volar hingga tercapai posisi anatomis semaksimal mungkin (inklinasi maupun panjang radius, volar tilt serta tidak ada deformitas yang tersisa).
- Dilanjutkan dengan penempatan VLP tanpa ada celah antara plate dengan radius. [16]
Direkomendasikan pemasangan VLP dengan memperhatikan area penonjolan os ulnar sebagai landmark. Hal ini disebabkan tendon fleksor pollicis longus terletak di antar penonjolan os ulna dan os radial. Pemasangan screw serta tindakan artroskopi atau fluoroskopi dalam rangka memastikan reduksi dan posisi plate sudah tepat. Selanjutnya penutupan VLP dengan jaringan lunak sekitar termasuk zona fibrosa intermedia dan otot pronatus quadrator.[16]
Mobilisasi dini segera pasca tindakan fiksasi VLP menunjukkan hasil yang lebih positif terhadap perbaikan rentang gerak serta kekuatan genggaman pada follow up 6 bulan jika dibandingkan dengan imobilisasi selama 5 minggu.[17]
Meta analisis komparasi antara tindakan VLP dan pinning perkutan menunjukkan VLP lebih dipilih dalam penanganan fraktur tidak stabil. Luaran pada kelompok VLP lebih baik meliputi skor disabilitas yang lebih rendah, supinasi dan kekuatan genggaman yang lebih baik dengan komplikasi yang sebanding dengan kelompok pinning perkutan.[18]
VLP memberikan luaran yang baik pada pasien geriatri serta pasien muda dengan fraktur yang tidak stabil.
Hemiarthroplasty
Hemiarthroplasty dapat menjadi tambahan pilihan penatalaksanaan pada pasien lansia yang mandiri.[19]
Rehabilitasi
Rehabilitasi terbagi dalam tiga fase yakni: pembidaian, mobilisasi dan penguatan.
Periode Pembidaian
Pada periode pembidaian, latihan rentang gerak berupa gerakan pasif dan aktif jari.siku serta bahu sementara pergelangan tangan diimobilisasi. Latihan bertujuan untuk mengurangi edema dan menghindari kekakuan. [20]
Periode Mobilisasi
Jika diterapi dengan pemasangan gips mobilisasi sebaiknya setelah 6 minggu. Jika mendapat terapi pembedahan seperti VLP , latihan gerak dimulai hari ke-7 -10 pasca operasi.[20]
Periode Penguatan
Rehabilitasi meliputi latihan penguatan serta aktivitas stimulasi agar pasien perlahan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari sebagaimana sedia kala.[20]