Diagnosis Spine Curvature Disorder
Diagnosis spine curvature disorder dapat dibuat berdasarkan temuan klinis adanya kurvatur pada tulang belakang melalui pemeriksaan fisik. Selain menentukan diagnosis, membedakan antara kelainan bersifat idiopatik atau adanya kondisi/kelainan yang menjadi penyebab sangat penting. Pemeriksaan penunjang yang wajib dilakukan adalah pemeriksaan radiografi polos untuk mengukur Cobb angle pada tulang belakang pasien.
Anamnesis
Gejala yang sering muncul pada pasien spine curvature disorder adalah nyeri, kaku, dan deformitas pada bagian punggung. Pada bagian tungkai bawah, gejala yang dapat timbul adalah nyeri, paraesthesia maupun kelemahan. Gejala lain yang dapat muncul adalah retensi urin, impoten, dan faecal incontinence, yang terjadi apabila terdapat penekanan cauda equina.[1,4]
Nyeri umumnya muncul secara tajam dan terlokalisir atau kronik dan difus. Lokasi nyeri biasanya terjadi pada bagian punggung bawah dan terkadang merambat ke bagian punggung atas maupun hingga paha bawah. Nyeri yang muncul akan terasa lebih nyeri pada saat beraktivitas yang melibatkan jaringan lunak, seperti otot maupun ligamen yang menyokong tulang belakang. Sedangkan rasa kaku tulang belakang yang dialami oleh pasien, akan muncul tiba-tiba atau muncul secara terus menerus dan memburuk pada saat pagi hari.[1,4]
Paraesthesia dapat muncul dimana saja berdasarkan peta dermatomnya, terutama sering terjadi pada tungkai bawah pada kasus deformitas lumbosakral. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah memburuk pada saat berjalan atau berdiri, untuk membedakan dengan spinal stenosis.[1,4]
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi pasien spine curvature disorder harus sudah dilakukan saat pasien berjalan masuk ke ruang pemeriksaan. Penilaian cara berjalan (gait) harus diperhatikan ataxic gait, berjalan dengan kesakitan atau gejala kerusakan neurologis lain, serta keseimbangan. Pemeriksaan fisik berikutnya dapat dilakukan dengan posisi berdiri, pronasi, dan supinasi.[1,4]
Posisi Berdiri
Pasien tanpa menggunakan baju atasan, diminta untuk berdiri tegak untuk pemeriksaan sebagai berikut:
- Melihat kulit pasien apakah ada skar yang menandakan bekas operasi atau cedera sebelumnya, pigmentasi dan rambut yang tumbuh secara abnormal untuk melihat kelainan tulang belakang lainnya seperti spina bifida
- Melihat postur dan bentuk tulang belakang dari depan dan belakang. Pada pasien skoliosis tampak asimetris dari dada dan pelvis. Hal ini dapat terlihat lebih jelas pada saat pasien membungkuk ke depan
- Melihat dari samping, tampak lengkungan yang berlebihan (hiperkifosis atau hiperlordosis). Pada hiperkifosis, umumnya ditandai dengan bagian vertebra toraks yang sangat menonjol disebut kifos atau gibus[1,4]
Setelah pemeriksaan inspeksi (look), dilanjutkan dengan perabaan (feel), yaitu meraba prosesus spinosus dan ligamen interspinosus, apakah ada penonjolan ataupun cekungan, serta perhatikan nyeri tenderness yang terlokalisir pada struktur tulang, jaringan intervertebralis, otot, maupun ligamen paravertebral.[1,4]
Kemudian pasien diminta untuk melakukan gerakan (move), yaitu :
- Fleksi panggul dengan cara membungkuk ke depan memegang jari kaki. Perhatikan cara pasien melakukan fleksi apakah terdapat tahanan atau tidak. Pada pasien dengan instabilitas lumbal, pasien akan kembali ke posisi berdiri dengan cara mendorong paha atas untuk membantunya berdiri tegak
- Ekstensi dengan cara posisi bersandar ke belakang dengan kaki tegak lurus dan perhatikan apakah terdapat nyeri
- Pemeriksaan lainnya adalah wall test, fleksi ke arah lateral dan rotasi
- Pemeriksaan kekuatan otot juga dapat dilakukan dengan cara meminta pasien untuk berdiri dengan jari kaki (plantarfleksi) dan tumit (dorsofleksi)[1,4]
Posisi Pronasi
Pada posisi ini lihat kembali apakah ada deformitas yang terlokalisir, spasme otot serta perhatikan apakah terdapat gluteal wasting pada bagian bokong, Kemudian raba tulang belakang dan perhatikan apakah terdapat tonjolan maupun cekungan yang tidak normal serta periksa konsistensi ataupun nyeri. Lakukan juga femoral nerve stretch test dengan cara melakukan fleksi pada lutut pasien, apabila positif maka akan terdapat nyeri pada bagian depan paha.[1,4]
Posisi Supinasi
Pada posisi supinasi perhatikan bagian tiroid, dada, dan abdomen pasien. Juga dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah ada keterlibatan saraf, yaitu pemeriksaan straight leg raising test untuk melihat keterlibatan saraf pada bagian lumbosacral. Pada pasien yang mengalami prolaps pada diskus tidak dapat melakukan pemeriksaan ini lebih dari 30o . Lakukan juga pemeriksaan neurologi lengkap pada tungkai bawah pasien.[4,18,19]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding kelainan spine curvature disorder berkaitan dengan keluhan utama yaitu nyeri di daerah tulang belakang. Nyeri tulang belakang dapat berasal dari nyeri yang berkaitan dengan otot, tulang maupun diskus.
Nyeri Terkait Otot
Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh otot yang digunakan secara terus menerus ataupun akibat cedera akut. Nyeri ini umumnya terjadi secara lokal pada otot paraspinal regio torakal atau lumbal. Hal-hal umum yang dikaitkan dengan kondisi ini misalnya menggunakan tas yang berat, kasur yang terlalu empuk, payudara yang besar, depresi, gangguan cemas, dan gangguan psikososial.[20,21]
Nyeri Terkait Tulang
Diagnosis banding dari spine curvature disorder juga dapat disebabkan oleh tulang seperti spondilolisis. Hal ini dapat diakibatkan fleksi dan ekstensi lumbal secara repetitif. Nyeri ini dapat bersifat menjalar ke area bokong dan paha belakang. Pada spondylosis, hasil pemeriksaan radiografi terlihat gambaran scotty dog pada posisi oblik.[20,21]
Nyeri Terkait Diskus
Nyeri terkait diskus terjadi pada 10% pasien dengan nyeri punggung belakang yang persisten. Nyeri ini dapat disebabkan oleh herniasi diskus atau kalsifikasi diskus. Lokasi paling sering terjadinya herniasi adalah pada L4-L5 dan L5-S1 dengan gejala nyeri lumbal yang menjalar hingga di bawah dengkul, nyeri ini juga disertai dengan fleksibilitas dari tulang belakang yang terbatas, serta limitasi dari straight leg raising pasif.[20,21]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang wajib dilakukan bagi penderita spine curvature disorder adalah pemeriksaan radiografi polos sesuai dengan kebutuhan patologisnya, sedangkan pemeriksaan CT dan MRI diindikasikan untuk melihat penyakit penyebab dari spine curvature disorder tersebut.
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi x-ray polos dengan posisi berdiri dapat dilakukan untuk mendiagnosis abnormalitas kelengkungan tulang belakang secara kasar. Posisi yang dilakukan untuk pemeriksaan awal adalah anteroposterior dan lateral tulang belakang. Untuk melihat region lumbar dapat dengan posisi oblique. Gambaran lain yang dibutuhkan adalah posisi anteroposterior pada bagian pelvis dan posteroanterior pada bagian sendi sacroiliac.[4,22]
Gambaran x-ray posisi tegak/erect paling baik untuk melihat skoliosis, dimana tampak perubahan struktur vertebra seperti asimetris dan kolaps. Perhatikan juga bentuk pedikel vertebra, apabila terdapat perubahan dari bentuk pedikel maka dapat dicurigai adanya erosi dari infeksi, neurofibroma ataupun keganasan.
Pada gambaran x-ray posisi oblique, perlu diperhatikan adanya spondylolisthesis, deformitas yang disebabkan oleh osteoporosis, atau cedera lama, yang dapat berkaitan dengan etiologi dari lumbal lordosis ataupun torakal kifosis. Sedangkan posisi lateral baik untuk melihat densitas tulang dan trabekular.[4,22]
Pada pemeriksaan radiografi vertebra, penting untuk mengukur derajat kelengkungannya dengan Cobb angle. Cobb angle digunakan untuk mengukur derajat kelengkungan tulang punggung, dimana pasien dikatakan memiliki skoliosis apabila Cobb angle lebih dari 10o . Sedangkan Cobb angle dari gambaran lateral yang lebih dari 5o , yang melibatkan 3 tulang vertebra toraks, didiagnosis memiliki kifosis. Perhitungan Cobb angle dapat dilihat pada Gambar 1.[4,22,29]
Gambar 1. Cobb angle (CA) pada kifosis. WA= wedge angle; AVH = anterior vertebral height; PVH = posterior vertebral height. Sumber: Openi, 2015.[29]
Langkah mengukur Cobb angle adalah :
- Menentukan tulang punggung bagian atas yang paling miring dan tarik garis sejajar dengan tulang vertebra superior
- Tentukan tulang punggung bagian bawah yang paling miring dan tarik garis sejajar dengan tulang vertebra inferior
- Buat garis potong tegak lurus dari dua baris sejajar kemudian ditentukan derajat sudutnya[22]
CT Scan dan MRI
Tujuan utama dari pemeriksaan CT scan dan MRI adalah untuk mengetahui penyebab dari deformitas ini, dengan cara melihat adanya perubahan pada struktur tulang atau kompresi saraf dari tulang belakang. Pemeriksaan CT scan umumnya dilakukan untuk melihat penyebab spine curvature disorder, seperti skoliosis yang disebabkan oleh osteoblastoma. Pemeriksaan MRI wajib dilakukan pada pasien deformitas tulang belakang yang dicurigai disebabkan oleh penyebab neuropati.[23]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja