Diagnosis Trigger Finger
Diagnosis trigger finger ditegakkan secara klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik status lokalis jari yang mengalami keluhan. Pemeriksaan penunjang laboratorium umumnya tidak diperlukan tetapi mungkin bermanfaat untuk menentukan ada tidaknya komorbid seperti diabetes mellitus. Pemeriksaan radiologis dapat membedakan trigger finger dengan diagnosis banding lain bila perlu.[1]
Anamnesis
Mayoritas pasien datang dengan keluhan rasa tidak nyaman, nyeri, atau gangguan gerak pada jari yang mengalami trigger finger. Secara spesifik, pasien mengeluhkan jari terasa kaku dan terkunci. Pasien sering kesulitan melakukan fleksi dan ekstensi pada jari dan mungkin mendengar bunyi “klik” saat jari digerakkan.
Pembengkakan atau benjolan pada jari mungkin muncul. Keluhan dapat timbul secara mendadak maupun progresif dan umumnya dirasakan mulai dari telapak tangan sampai sendi metakarpofalangeal dan interfalangeal.[1,2,9]
Selain gejala klasik trigger finger, adanya riwayat trauma dan riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan gout sangat penting ditanyakan. Faktor risiko okupasional juga perlu ditanyakan, misalnya apakah pasien bekerja dengan menggunakan alat-alat khusus yang membutuhkan gerakan menggenggam dalam waktu lama.[1,4]
Kriteria Diagnosis Trigger Finger
Berikut adalah kriteria diagnosis trigger finger menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia:
- Ada nyeri sendi interfalangeal proksimal yang dominan pada pagi hari
- Ada nyeri sendi metakarpofalangeal pada gerakan ekstensi jari serta kesulitan untuk melakukan gerakan ekstensi secara aktif pada jari dalam posisi fleksi
- Ada bunyi “klik” yang disertai nyeri saat dilakukan ekstensi secara pasif[3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik kasus trigger finger berfokus pada status lokalis jari yang terdampak. Jari tersebut tampak terfiksasi dalam posisi fleksi atau ekstensi. Pada inspeksi juga dapat terlihat edema dan nodul di sisi palmar dari sendi metakarpofalangeal.
Palpasi pada jari dan nodul dapat mencetuskan nyeri, begitu pula dengan gerakan pasif pada jari yang terdampak. Kontraktur sendi proksimal interfalangeal dapat ditemukan pada kasus yang kronis.[1,2]
Diagnosis juga dapat dikonfirmasi dengan injeksi lidokain topikal pada selubung pembungkus tendon. Setelah injeksi lidokain, nyeri dirasakan berkurang serta pasien dapat melakukan gerakan ekstensi jari secara aktif maupun pasif.[2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding trigger finger adalah penyakit yang bermanifestasi sebagai nyeri jari dan kekakuan jari. Contohnya adalah rheumatoid arthritis, tenosynovitis supuratif, dan kista ganglion.
Rheumatoid Arthritis
Trigger finger dapat menjadi salah satu manifestasi klinis rheumatoid arthritis tetapi kondisi ini tidak selalu disebabkan oleh rheumatoid arthritis. Pemeriksaan laboratorium faktor rheumatoid bisa berguna untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis pada pasien dengan trigger finger.[1,3,7]
Tenosinovitis Supuratif
Trigger finger disebut juga sebagai stenosing tenosynovitis, yaitu tenosynovitis yang terjadi akibat penebalan pulley akibat gerakan repetitif, trauma, atau faktor mekanik. Tenosynovitis supuratif merupakan jenis tenosynovitis lain yang terjadi akibat infeksi patogen yang berproliferasi dalam selubung pembungkus tendon.
Pemeriksaan fisik pada pasien tenosynovitis supuratif akan menunjukan tanda-tanda inflamasi seperti edema dan eritema yang lebih dominan daripada trigger finger. Selain itu, dokter mungkin menemukan luka terbuka yang menjadi jalur masuk patogen atau menemukan riwayat luka terbuka dari anamnesis.
Onset keluhan cenderung lebih akut daripada trigger finger, yakni berkisar dari hitungan jam sampai hari. Untuk mengonfirmasi diagnosis tenosynovitis supuratif, dokter perlu melakukan pemeriksaan kultur pus dari cairan sinovial.[4,7,10]
Kista Ganglion
Kista ganglion yang terletak di area volar di sekitar pergelangan tangan dan kista yang melibatkan selubung pembungkus tendon dapat mengganggu mobilitas sendi. Hal ini disebabkan oleh kompresi nervus medianus atau intrusi pada selubung pembungkus tendon fleksor.[1,7,11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis trigger finger. Namun, pemeriksaan penunjang dapat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding serta mengidentifikasi adanya komorbid yang berhubungan dengan trigger finger.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya faktor risiko trigger finger, seperti diabetes mellitus dan rheumatoid arthritis. Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan gula darah, HbA1C, dan faktor rheumatoid.[1,3,7]
Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen pada jari yang mengalami keluhan dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur serta melihat abnormalitas pada tulang sesamoid yang mungkin memengaruhi mobilitas sendi. Foto rontgen diindikasikan pada pasien dengan riwayat penyakit inflamasi atau trauma.[1,2,7]
Ultrasonografi (USG) dapat membantu menegakkan diagnosis pada pasien dengan presentasi klinis atipikal. Pada USG, trigger finger tampak sebagai penebalan pulley yang disertai inflamasi dan iregularitas pada tendon fleksor di bawahnya. Pemeriksaan MRI atau CT scan umumnya tidak diperlukan pada kasus trigger finger.[1,2,7]