Penatalaksanaan Trigger Finger
Penatalaksanaan trigger finger dapat berupa terapi konservatif maupun pembedahan. Terapi konservatif umumnya dipilih sebagai lini pertama pada kasus trigger finger tanpa komplikasi. Namun, pada kasus yang kronis atau yang tidak berhasil diterapi secara konservatif, pembedahan dapat dipertimbangkan.[1]
Terapi Konservatif
Pada trigger finger yang bersifat akut, obat yang dapat diberikan adalah analgesik dan antiinflamasi. Selain itu, terapi suportif seperti kompres dingin dan imobilisasi dengan bidai juga bisa dilakukan.
Analgesik
Contoh analgesik yang dapat diberikan adalah golongan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti natrium diklofenak 75–150 mg/hari, meloxicam 7,5–15 mg/ hari, atau ketoprofen 75 mg/hari. Jika keluhan menetap setelah penatalaksanaan ini, maka injeksi steroid perlu dipertimbangkan.[3,9]
Injeksi Kortikosteroid
Injeksi kortikosteroid dilakukan pada selubung pembungkus tendon. Jika dibandingkan dengan pembedahan, terapi ini bersifat lebih sederhana, berbiaya lebih terjangkau, serta bersifat kurang invasif.
Triamcinolone merupakan kortikosteroid sintetis yang menjadi pilihan utama untuk kasus trigger finger. Dosis yang direkomendasikan adalah 5–10 mg, yang diinjeksikan dengan beberapa pilihan lokasi, yakni palmar proksimal, palmar distal, dan sela-sela jari (web space). Injeksi steroid dapat diulang dalam jangka waktu 6 minggu bila keluhan belum membaik.[1,6]
Angka keberhasilan terapi injeksi kortikosteroid dilaporkan sebesar 57% pada pasien yang mendapat 1 suntikan dan meningkat menjadi 86% setelah suntikan kedua dalam rentang waktu 6 bulan. Injeksi triamcinolone dikatakan dapat memperbaiki keluhan dengan lebih baik daripada dexamethasone. Namun, injeksi kortikosteroid kurang efektif untuk kasus trigger finger dengan onset keluhan >6 bulan.[6,12]
Imobilisasi
Imobilisasi dengan bidai bertujuan untuk mengurangi inflamasi dengan cara membatasi pergerakan pada tendon. Prinsip bidai ini adalah imobilisasi sendi metakarpofalangeal dalam posisi fleksi 10–15 derajat.
Metode ini bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki disabilitas, khususnya pada pasien dengan onset keluhan <6 bulan. Durasi imobilisasi sendi yang dianjurkan adalah 6–10 minggu. Selain injeksi kortikosteroid dan imobilisasi, fisioterapi juga dapat memperbaiki luaran klinis pada trigger finger.[1,6]
Pembedahan
Tindakan bedah perlu dilakukan apabila keluhan tidak membaik setelah menjalani terapi konservatif, umumnya setelah 2 kali injeksi kortikosteroid. Indikasi lainnya adalah trigger thumb pada bayi atau anak, karena berisiko menimbulkan deformitas permanen pada sendi interfalangeal.[1,6]
Tujuan pembedahan adalah membebaskan tendon dan selubungnya yang terkunci. Metode baku emas penatalaksanaan trigger finger adalah pembedahan secara terbuka atau open release. Metode ini memiliki tingkat keberhasilan sebesar 99%. Alternatif metode lainnya adalah percutaneous release, yaitu insersi jarum langsung ke dalam tendon dan mengandalkan pergerakan jarum untuk membebaskan selubung dan tendon yang terkunci.
Metode perkutan memiliki tingkat keberhasilan antara 74–94%. Meskipun memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah, metode perkutan yang minimal invasif dapat mengurangi risiko infeksi, terbentuknya jaringan parut, dan kekakuan pada jari. Komplikasi iatrogenik yang dapat timbul pada metode perkutan adalah cedera saraf. Cedera ini lebih mudah dicegah pada prosedur operasi terbuka.[1,6]