Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan E-Prescription Alomedika Amebiasis monika-natalia 2024-02-22T11:19:03+07:00 2024-02-22T11:19:03+07:00
Amebiasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Panduan E-Prescription Alomedika Amebiasis

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Panduan e-prescription amebiasis ini dapat digunakan Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Amebiasis (amubiasis, amoebiasis, atau disentri ameba) merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa Entamoeba histolytica, yang ditularkan melalui jalur fekal-oral. Walaupun infeksi awal biasanya bersifat asimtomatik, tetapi amebiasis dapat bermanifestasi di intestinal dengan gejala diare cair dan berdarah, nyeri perut, serta demam. Selain itu, E. histolytica dapat menyerang organ ekstraintestinal, seperti hepar, jantung, otak, ginjal, dan limpa.[1,2]

Tanda dan Gejala

Pada anamnesis, gejala pada pasien amebiasis bervariasi, mulai dari demam, nyeri perut, diare berair, sampai ke kolitis berat yang ditandai diare berlendir dan berdarah. Gejala lain yang dapat muncul adalah konstipasi, tenesmus, demam, mual, anoreksia, dan penurunan berat badan. Pasien berusia muda cenderung mengalami gejala yang yang lebih berat daripada lansia.[1,3]

Kadang pasien dapat mengalami penyakit ekstraintestinal invasif, salah satunya adalah abses hati amuba atau amebiasis hepar. Gejalanya antara lain nyeri perut atau nyeri tekan pada kuadran kanan atas, demam, menggigil, rigor, diaforesis, mual, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Pasien yang sudah memiliki komplikasi pulmonal dapat menunjukkan gejala batuk, sesak napas, nyeri pleuritik, dan nyeri di daerah bahu akibat iritasi atau perforasi diafragma.[1,3]

Gali juga kemungkinan faktor risiko, yaitu riwayat konsumsi kortikosteroid jangka lama, riwayat kontak seksual, serta sanitasi dan higienitas pada tempat tinggal atau penyediaan makanan/minuman.[1,3]

Tentukan derajat dehidrasi pada pasien, apakah ringan, sedang, atau berat.  Tanyakan tanda dan gejala demam, mata cekung, mukosa mulut kering, pernapasan cepat, perfusi jaringan turun, dan turgor kulit kembali lambat. Pada dehidrasi berat dapat mempengaruhi tingkat kesadaran.[1,3]

Peringatan

Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan apabila pasien dengan dugaan amebiasis mengalami:

  • Tanda dehidrasi berat: mata cekung, mukosa mulut kering, pernapasan cepat, perfusi jaringan turun, turgor kulit kembali lambat, tidak urinasi >10 jam, dan pingsan
  • Diare lebih sering, muntah berulang, dan tidak nafsu makan/minum
  • Feses berdarah
  • Penurunan kesadaran
  • Nyeri perut tidak berkurang dalam 24 jam
  • Diare cair terus menerus dalam 3 hari[3,4]

Perhatian pada pemberian medikamentosa  adalah:

  • Tidak direkomendasikan pemberian obat-obatan antimotilitas, seperti loperamide, paregoric, kaolin pektin, atau diphenoxylate karena dapat memicu toksik megakolon.[2,3]

Medikamentosa

Kasus amebiasis yang dapat diberikan penanganan sementara adalah amebiasis asimtomatik dan amebiasis kolitis. Amebiasis asimtomatik diberikan tata laksana untuk menurunkan risiko transmisi dan mencegah progresi penyakit.  Sementara itu, penatalaksanaan amebiasis kolitis umumnya meliputi terapi rehidrasi, pemberian antibiotik, dan terapi suportif.[1,4]

Terapi Rehidrasi

Penanganan amebiasis yang utama adalah tindakan rehidrasi pada pasien dengan diare. Cairan yang digunakan untuk rehidrasi oral adalah oralit. Pada anak yang masih menyusui dapat tetap diberikan ASI atau susu formula sesering mungkin.

Pada dewasa, dianjurkan meminum cairan oralit sebanyak 300‒400 mL (1 gelas/cangkir besar) setiap kali selesai diare.

Panduan rehidrasi pada anak berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah:

  • Tanpa dehidrasi: 10 mL/kgBB setiap diare cair atau muntah
  • Dehidrasi ringan-sedang: 75 mL/kgBB dalam 3 jam awal, dan 5–10 mL/kgBB setiap diare cair atau muntah
  • Dehidrasi berat:
  • Pasien <12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 60 menit awal, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
  • Pasien >12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 30 menit awal, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya[1,3,5]

Pemberian Antibiotik

Antibiotik yang dapat digunakan sebagai antiprotozoa untuk pasien amebiasis kolitis adalah metronidazole, tinidazole, atau nitazoxanide. Namun, saat ini di Indonesia hanya tersedia metronidazole

Metronidazole tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan kaplet 250 mg dan 500 mg; serta sediaan sirup 125 mg/5 mL dan 250 mg/mL. Dosis pemberian:

  • Anak: 50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis, durasi 7‒10 hari
  • Dewasa: 500 mg sekali minum, diberikan 3 kali/hari, durasi 7‒10 hari[2,4]

Paromomycin adalah obat khusus antiamebiasis, yang tersedia dalam bentuk tablet salut selaput 250 mg dan sirup 125 mg/5 mL. Dosis pemberian adalah:

  • Anak dan dewasa: 25‒35 mg/kgBB/hari, peroral, dibagi menjadi 3 dosis, durasi 5‒10 hari [2,4,9]

Terapi Suportif

Terapi suportif di antaranya paracetamol jika terdapat demam dan nyeri abdomen. Dosis pemberian:

  • Anak: 15 mg/kgBB setiap pemberian, dengan dosis maksimal pemberian 4 kali/hari
  • Dewasa: 1.000 mg setiap 4–6 jam, dengan dosis maksimal 4.000 mg dalam 24 jam [1-3]

Pilihan Terapi pada Ibu Hamil dan Menyusui

Pilihan terapi amebiasis pada ibu hamil dan menyusui perlu mempertimbangkan  aspek benefit yang lebih besar dibandingkan risikonya. Terapi yang aman digunakan adalah terapi rehidrasi dan terapi suportif.[4,7,8]

Pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan pada ibu hamil dengan gejala berat. Antibiotik kategori B berdasarkan rekomendasi FDA adalah metronidazole.[7]

Metronidazole diekskresikan ke ASI. Studi pada hewan coba menunjukkan adanya potensi karsinogenik, sehingga perlu dipertimbangkan untuk tidak menyusui selama terapi metronidazole atau menghentikan metronidazole selama menyusui.[8]

Paromomycin belum dikategorikan oleh FDA maupun TGA dalam penggunaannya pad ibu hamil. Namun, obat ini diabsorpsi sangat sedikit setelah pemberian oral dan hampir 100% obat diekskresikan pada tinja. Oleh karena itu, diduga obat tidak akan mempengaruhi janin, serta tidak akan mempengaruhi ASI.[10]

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Roy SL. Chapter 3: Infectious Diseases Related to Travel Amebiasis. In: Brunette GW, ed. CDC Health Information for International Travel; 2016. New York, NY: Oxford University Press, 2016
2. Zulfiqar H, Mathew G, Horrall S. Amebiasis. Treasure Island (FL): StatPearls. 2022 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519535/
3. Carrero JC, Reyes-López M, et al. Intestinal amoebiasis: 160 years of its first detection and still remains as a health problem in developing countries. Int J Med Microbiol. 2020 Jan;310(1):151358.
4. Dhawan VK. Amebiasis. Medscape. April 2022. https://emedicine.medscape.com/article/212029-overview
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia. 2009.
6. Kaiser RWJ, Allgeier J, et al. Development of amoebic liver abscess in early pregnancy years after initial amoebic exposure: a case report. BMC Gastroenterol. 2020;20(1):424.
7. Nwosu OC, Bloom K. The safety of metronidazole in pregnancy. Health Care Women Int. 2021;42(4-6):726-738. doi: 10.1080/07399332.2021.1882462. Epub 2021 Mar 19. PMID: 33739240.
8. Drugs and Lactation Database (LactMed). Bethesda (MD): National Library of Medicine (US). Metronidazole. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK501315/
9. MIMS. Paromomycin. 2022. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/paromomycin?mtype=generic
10. Drug.com. Paromomycin Pregnancy and Breastfeeding Warnings. 2022. https://www.drugs.com/pregnancy/paromomycin.html

Edukasi dan Promosi Kesehatan Am...

Artikel Terkait

  • Pedoman Penanganan Gastroenteritis dari IDSA 2017 dan Penerapannya di Indonesia
    Pedoman Penanganan Gastroenteritis dari IDSA 2017 dan Penerapannya di Indonesia
  • Gastroenteritis Akut pada Anak – Panduan E-Prescription Alomedika
    Gastroenteritis Akut pada Anak – Panduan E-Prescription Alomedika
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 4 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
1 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.