Penatalaksanaan Amebiasis
Penatalaksanaan amebiasis, dikenal juga sebagai amubiasis, amoebiasis, atau disentri ameba, dibagi menjadi penatalaksanaan untuk infeksi asimtomatik, amebiasis kolitis, dan amebiasis hepar. Sampai saat ini, tidak ada panduan khusus penatalaksanaan amebiasis pada organ selain intestinal dan hepar.[2]
Terapi pada Infeksi Asimtomatik
Infeksi asimtomatik diberikan tata laksana untuk menurunkan risiko transmisi dan mencegah progresi penyakit. Ada beberapa obat yang dapat diberikan sebagai terapi pasien asimtomatik.Paromomisin dinilai lebih baik dalam mengatasi infeksi daripada diloksanid furoat.[1,8]
Tabel 1. Tata Laksana Infeksi Asimtomatik
Obat | Dosis Dewasa | Dosis Anak | Durasi | Efek Samping |
Paromomisin* | 25‒35 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis (konsumsi bersama dengan makanan) | 25‒35 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis (konsumsi bersama dengan makanan) | 7 hari | Mual, muntah, diare, dan kram |
Diloksanid furoat | 500 mg, diberikan 3 kali sehari | 20 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis | 10 hari | Flatulens |
Iodoquinol | 650 mg, diberikan 3 kali sehari | 30‒40 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis (maksimal 2 gr/hari) | 20 hari | Mual, muntah, dan nyeri kepala. Jika diberikan melebihi dosis rekomendasi, dapat menimbulkan kerusakan nervus optikus dan periferal neuropati |
*obat pilihan utama untuk infeksi luminal asimtomatik
Sumber: Shofa, 2018.[1,8]
Terapi pada Amebiasis Kolitis
Amebiasis kolitis ditatalaksana dengan golongan 5-nitroimidazole yang bersifat amebicide jaringan diikuti dengan amebicide intraluminal. Jika tidak diikuti dengan tata laksana amebicide intraluminal, sekitar 40‒60% pasien masih ditemukan parasit di intestinal.[2,3,5]
Tabel 2. Tata Laksana Amebiasis Kolitis
Obat | Dosis Dewasa | Dosis Anak | Durasi |
Metronidazole | 500‒750 mg PO atau IV, diberikan 3 kali sehari | 35‒50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis | 7–10 hari |
Tinidazol | 2 gram PO, diberikan 1 kali sehari | 50 mg/kgBB/hari PO pada anak usia ≥ 3 tahun | 3 hari untuk derajat ringan atau sedang dan 5 hari untuk derajat berat |
Sumber: Shofa, 2018.[8]
Tinidazol dinilai lebih efektif dibandingkan dengan metronidazole, dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Pemberian tinidazol berhubungan dengan penurunan kegagalan terapi pada 15‒60 hari pascaterapi. Tinidazol juga dinilai memiliki waktu paruh yang lebih lama dan ditoleransi lebih baik.[8]
Terapi dengan nitazoksanid dapat digunakan sebagai terapi alternatif metronidazole dan tinidazol, dengan dosis:
- Dewasa dan anak ≥12 tahun: 500 mg, 2 kali sehari
- Anak <12 tahun: sediaan suspensi dengan komposisi 100 mg nitazoksanid/5 mL. Dosis anak usia 4‒11 tahun adalah 10 mL, sedangkan usia 1‒3 tahun adalah 5 mL, masing-masing 2 kali sehari[8]
Obat ini diberikan selama 3 hari. Pada hari ke-7, gejala intestinal terselesaikan 94% pada kelompok nitazoksanid dan 44% pada kelompok plasebo. Setelah pemberian amebicide jaringan, amebicide intestinal dapat diberikan. Jika digunakan secara bersamaan, efek samping diare pada amebicide intestinal akan menyulitkan penilaian respon klinis pasien.[8]
Terapi pada Amebiasis Hepar
Penatalaksanaan amebiasis hepar sama dengan amebiasis kolitis, yaitu pemberian amebicide jaringan diikuti dengan amebicide intestinal. Akan tetapi, dosis obat yang diberikan sedikit berbeda.[2]
Tabel 3. Tata Laksana Amebiasis Hepar
Obat | Dosis Dewasa | Dosis Anak | Durasi |
Metronidazole | 750 mg PO atau IV, diberikan 3 kali sehari | 35‒50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis | 7‒10 hari |
Tinidazol | 2 gram PO, diberikan 1 kali sehari | 50 mg/kgBB/hari PO pada anak usia ≥ 3 tahun | 5 hari |
Sumber: Shofa, 2018.[8]
Alternatif lain yang dapat diberikan adalah Satranidazole yang memiliki efektivitas yang sama dengan metronidazole. Namun, efek samping yang timbul, seperti mual dan rasa metalik, lebih rendah.[8]
Terapi Suportif
Penambahan probiotik sebagai terapi suportif pada tata laksana amebiasis kolitis dinilai memberikan efek yang baik. Uji kontrol acak pada 50 anak yang mengalami amebiasis menemukan bahwa pemberian metronidazole ditambah dengan probiotik S. Boulardii 250 mg sebanyak 2 kali sehari memiliki durasi diare berdarah yang lebih pendek dibandingkan kelompok metronidazole saja (46,1 jam vs 72 jam). Kista amebiasis sudah tidak ditemukan lagi pada kelompok dengan probiotik pada hari ke-5 (0% vs 24%).[8]
Pada pasien amebiasis kolitis fulminan, pemberian resusitasi cairan diperlukan untuk mengatasi dehidrasi. Pemberian antibiotik spektrum luas untuk terapi peritonitis juga dapat diberikan.[16]
Pembedahan
Tindakan pembedahan dibutuhkan untuk komplikasi intestinal, seperti abses, obstruksi, perforasi, striktur, atau toksik megakolon.[2]
Drainase atau aspirasi abses pada kasus abses hepar amebik dapat dilakukan, jika pasien tidak berespon terhadap metronidazole, abses pada lobus kiri, pasien tampak sakit berat, dan infeksi bakteri sekunder. Penilaian pasien tidak berespon dengan metronidazole adalah demam atau nyeri perut yang menetap setelah 4 hari. Sementara itu, abses pada lobus kiri berisiko tinggi terjadi ruptur ke perikardium.[2,8]
Peninjauan ulang dengan ultrasonografi abdomen dapat dilakukan setelah selesai penatalaksanaan. Ukuran abses mengecil secara perlahan, biasanya dalam 3‒12 bulan.[2]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini