Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Amebiasis general_alomedika 2024-02-22T11:18:46+07:00 2024-02-22T11:18:46+07:00
Amebiasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Penatalaksanaan Amebiasis

Oleh :
dr.Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan amebiasis, dikenal juga sebagai amubiasis, amoebiasis, atau disentri ameba, dibagi menjadi penatalaksanaan untuk infeksi asimtomatik, amebiasis kolitis, dan amebiasis hepar. Sampai saat ini, tidak ada panduan khusus penatalaksanaan amebiasis pada organ selain intestinal dan hepar.[2]

Terapi pada Infeksi Asimtomatik

Infeksi asimtomatik diberikan tata laksana untuk menurunkan risiko transmisi dan mencegah progresi penyakit. Ada beberapa obat yang dapat diberikan sebagai terapi pasien asimtomatik.Paromomisin dinilai lebih baik dalam mengatasi infeksi daripada diloksanid furoat.[1,8]

Tabel 1. Tata Laksana Infeksi Asimtomatik

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi Efek Samping
Paromomisin* 25‒35 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis (konsumsi bersama dengan makanan) 25‒35 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis (konsumsi bersama dengan makanan) 7 hari Mual, muntah, diare, dan kram
Diloksanid furoat 500 mg, diberikan 3 kali sehari 20 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis 10 hari Flatulens
Iodoquinol 650 mg, diberikan 3 kali sehari 30‒40 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis (maksimal 2 gr/hari) 20 hari Mual, muntah, dan nyeri kepala. Jika diberikan melebihi dosis rekomendasi, dapat menimbulkan kerusakan nervus optikus dan periferal neuropati

*obat pilihan utama untuk infeksi luminal asimtomatik

Sumber: Shofa, 2018.[1,8]

Terapi pada Amebiasis Kolitis

Amebiasis kolitis ditatalaksana dengan golongan 5-nitroimidazole yang bersifat amebicide jaringan diikuti dengan amebicide intraluminal. Jika tidak diikuti dengan tata laksana amebicide intraluminal, sekitar 40‒60% pasien masih ditemukan parasit di intestinal.[2,3,5]

Tabel 2. Tata Laksana Amebiasis Kolitis

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi
Metronidazole 500‒750 mg PO atau IV, diberikan 3 kali sehari 35‒50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis 7–10 hari
Tinidazol 2 gram PO, diberikan 1 kali sehari 50 mg/kgBB/hari PO pada anak usia ≥ 3 tahun 3 hari untuk derajat ringan atau sedang dan 5 hari untuk derajat berat

Sumber: Shofa, 2018.[8]

Tinidazol dinilai lebih efektif dibandingkan dengan metronidazole, dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Pemberian tinidazol berhubungan dengan penurunan kegagalan terapi pada 15‒60 hari pascaterapi. Tinidazol juga dinilai memiliki waktu paruh yang lebih lama dan ditoleransi lebih baik.[8]

Terapi dengan nitazoksanid dapat digunakan sebagai terapi alternatif metronidazole dan tinidazol, dengan dosis:

  • Dewasa dan anak ≥12 tahun: 500 mg, 2 kali sehari
  • Anak <12 tahun: sediaan suspensi dengan komposisi 100 mg nitazoksanid/5 mL. Dosis anak usia 4‒11 tahun adalah 10 mL, sedangkan usia 1‒3 tahun adalah 5 mL, masing-masing 2 kali sehari[8]

Obat ini diberikan selama 3 hari. Pada hari ke-7, gejala intestinal terselesaikan 94% pada kelompok nitazoksanid dan 44% pada kelompok plasebo. Setelah pemberian amebicide jaringan, amebicide intestinal dapat diberikan. Jika digunakan secara bersamaan, efek samping diare pada amebicide intestinal akan menyulitkan penilaian respon klinis pasien.[8]

Terapi pada Amebiasis Hepar

Penatalaksanaan amebiasis hepar sama dengan amebiasis kolitis, yaitu pemberian amebicide jaringan diikuti dengan amebicide intestinal. Akan tetapi, dosis obat yang diberikan sedikit berbeda.[2]

Tabel 3. Tata Laksana Amebiasis Hepar

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi
Metronidazole 750 mg PO atau IV, diberikan 3 kali sehari 35‒50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis 7‒10 hari
Tinidazol 2 gram PO, diberikan 1 kali sehari 50 mg/kgBB/hari PO pada anak usia ≥ 3 tahun 5 hari

Sumber: Shofa, 2018.[8]

Alternatif lain yang dapat diberikan adalah Satranidazole yang memiliki efektivitas yang sama dengan metronidazole. Namun, efek samping yang timbul, seperti mual dan rasa metalik, lebih rendah.[8]

Terapi Suportif

Penambahan probiotik sebagai terapi suportif pada tata laksana amebiasis kolitis dinilai memberikan efek yang baik. Uji kontrol acak pada 50 anak yang mengalami amebiasis menemukan bahwa pemberian metronidazole ditambah dengan probiotik S. Boulardii 250 mg sebanyak 2 kali sehari memiliki durasi diare berdarah yang lebih pendek dibandingkan kelompok metronidazole saja (46,1 jam vs 72 jam). Kista amebiasis sudah tidak ditemukan lagi pada kelompok dengan probiotik pada hari ke-5 (0% vs 24%).[8]

Pada pasien amebiasis kolitis fulminan, pemberian resusitasi cairan diperlukan untuk mengatasi dehidrasi. Pemberian antibiotik spektrum luas untuk terapi peritonitis juga dapat diberikan.[16]

Pembedahan

Tindakan pembedahan dibutuhkan untuk komplikasi intestinal, seperti abses, obstruksi, perforasi, striktur, atau toksik megakolon.[2]

Drainase atau aspirasi abses pada kasus abses hepar amebik dapat dilakukan, jika pasien tidak berespon terhadap metronidazole, abses pada lobus kiri, pasien tampak sakit berat, dan infeksi bakteri sekunder. Penilaian pasien tidak berespon dengan metronidazole adalah demam atau nyeri perut yang menetap setelah 4 hari. Sementara itu, abses pada lobus kiri berisiko tinggi terjadi ruptur ke perikardium.[2,8]

Peninjauan ulang dengan ultrasonografi abdomen dapat dilakukan setelah selesai penatalaksanaan. Ukuran abses mengecil secara perlahan, biasanya dalam 3‒12 bulan.[2]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Roy SL. Chapter 3: Infectious Diseases Related to Travel Amebiasis. In: Brunette GW, ed. CDC Health Information for International Travel; 2016. New York, NY: Oxford University Press, 2016
2. Zulfiqar H, Mathew G, Horrall S. Amebiasis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519535/
3. Carrero JC, Reyes-López M, et al.. Intestinal amoebiasis: 160 years of its first detection and still remains as a health problem in developing countries. Int J Med Microbiol. 2020 Jan;310(1):151358. doi: 10.1016/j.ijmm.2019.151358. Epub 2019 Sep 19. PMID: 31587966.
5. Moonah SN, Jiang NM, Petri WA Jr. Host immune response to intestinal amebiasis. PLoS Pathog 2013; 9:e1003489
8. Dhawan VK. Amebiasis. Medscape. April 2022. https://emedicine.medscape.com/article/212029-overview

Diagnosis Amebiasis
Prognosis Amebiasis

Artikel Terkait

  • Pedoman Penanganan Gastroenteritis dari IDSA 2017 dan Penerapannya di Indonesia
    Pedoman Penanganan Gastroenteritis dari IDSA 2017 dan Penerapannya di Indonesia
  • Gastroenteritis Akut pada Anak – Panduan E-Prescription Alomedika
    Gastroenteritis Akut pada Anak – Panduan E-Prescription Alomedika
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 5 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 5 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 5 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
1 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.