Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Askariasis general_alomedika 2024-01-24T09:18:01+07:00 2024-01-24T09:18:01+07:00
Askariasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Edukasi dan Promosi Kesehatan Askariasis

Oleh :
dr. Tanessa Audrey Wihardji
Share To Social Media:

Edukasi pada askariasis terutama perlu ditekankan untuk upaya pencegahan. Sebab, mayoritas pasien askariasis akan mengalami reinfeksi. Menjaga higienitas, misalnya dengan mencuci tangan, memasak makanan hingga matang, dan tidak membuang tinja sembarangan, merupakan beberapa langkah sederhana yang dapat diterapkan untuk mencegah transmisi askariasis.

Edukasi Pasien

Edukasi pasien perlu mencakup pencegahan reinfeksi. Diperkirakan, 80% pasien askariasis akan mengalami reinfeksi

Langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat sebelum memegang makanan
  • Mengajarkan pada anak pentingnya mencuci tangan untuk mencegah terjadinya infeksi dan reinfeksi
  • Selalu cuci, kupas, dan masak dengan matang sayuran atau buah sebelum dimakan, khususnya sayuran dan buah yang ditanam dengan pupuk feses manusia
  • Hindari bermain di tanah yang dekat dengan tempat pembuangan tinja atau jamban, gunakan alas kaki, dan jangan memasukkan tangan kedalam mulut apabila ada kontak dengan tanah yang berpotensi mengandung telur askaris[2]

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, pengendalian faktor risiko cacingan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan.[10]

Menjaga Kebersihan Perorangan

Mencuci tangan pada saat-saat penting yaitu cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun. Cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting, yaitu sebelum makan, setelah ke jamban, sebelum menyiapkan makanan, setelah menceboki anak, dan sebelum memberi makan anak. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi.

Pasien disarankan untuk mengonsumsi air yang memenuhi syarat untuk diminum, dan mencuci dan memasak bahan pangan sebelum dimakan.

Pasien diminta mandi dan membersihkan badan pakai sabun paling sedikit dua kali sehari, memotong dan membersihkan kuku, memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.

Selain itu, biasakan menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut. Tidak hanya mencegah askariasis, menjaga kebersihan perorangan juga membantu pencegahan penyakit lainnya, misalnya gastroenteritis dan tifoid.[10]

Menjaga Kebersihan Lingkungan

Berikan edukasi agar pasien buang air besar di jamban, jangan membuang tinja dan sampah di sungai, membuat saluran pembuangan air limbah, membuang sampah pada tempat sampah, serta menjaga kebersihan rumah, sekolah/madrasah dan lingkunganya.[1,10]

Kontrovesi Pemberian Terapi Empirik Deworming

Terapi empirik dewarming merupakan pemberian antelmintik sebagai upaya menurunkan infeksi soil-transmitted helminths (STH) pada daerah endemis. Pemberian obat secara massal bertujuan untuk memutus rantai hidup parasit. Namun, deworming tidak dapat menghentikan parasit seluruhnya, sehingga risiko reinfeksi masih tinggi.

Menurut World Health Organization (WHO), pengobatan massal sebenarnya tidak begitu bermanfaat pada tingkat populasi. Namun, WHO masih menerapkan metode ini pada area endemis, karena bukti klinis mendukung bahwa anak-anak yang terinfeksi parasit akan mendapatkan keuntungan dari deworming.

Rekomendasi dari WHO adalah melakukan pengobatan berkala dengan jarak 6 atau 12 bulan. Pengulangan pengobatan harus berdasarkan prevalensi infeksi cacing di daerah masing-masing. Daerah dengan prevalensi di atas 50%, atau disebut prevalensi tinggi, perlu mengulang pengobatan setiap 12 bulan. Pada daerah dengan prevalensi di bawah 20%, pengobatan ulang tidak perlu dilakukan.[15,16]

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Kementerian Kesehatan RI. Rencana aksi program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Direktorat Jenderal PP dan PL. 2015. http://p2p.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2017/01/RAP-2015-2019.pdf
2. Centers of Disease Control and Prevention. Ascariasis. U.S. Department of Health & Human Services. 2020. https://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/index.html
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._15_ttg_Penanggulangan_Cacingan_.pdf
15. Mejia R. Mass drug administration for control of parasitic infections. Uptodate. 2021.
16. World Health Organization. Eliminating Soil-Transmitted Helminthiases as a Public Health Problem in Children: Progress Report 2001–2010 and Strategic Plan 2011–2020. World Health Organization Press, Geneva, Switzerland 2012. http://whqlibdoc.who.int/publications/2012/9789241503129_eng.pdf.

Prognosis Askariasis
Panduan e-Prescription Askariasis

Artikel Terkait

  • Penanganan Ascariasis pada Kehamilan
    Penanganan Ascariasis pada Kehamilan
  • Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
    Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
  • Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
    Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
Diskusi Terkait
dr. Novia Mulia Pertiwi
Dibalas 16 Februari 2024, 11:29
Keluar ulat di sela jari kuku kaki
Oleh: dr. Novia Mulia Pertiwi
4 Balasan
Alo dokter, ijin untuk berdiskusi.Seorang pasien berusia 60th, laki2.Awalnya mengeluhkan terasa gatal dan berair pd bagiam sela kuku jari jempol kaki, yg...
Anonymous
Dibalas 18 Desember 2023, 07:59
Obat cacing untuk bayi usia 11 bulan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin konsul dok, apakah obat cacing sudah bisa diberikan pada anak usia 11 bulan, dg bb 8,5 kgAnak mengeluh mudah diare, BB susah naik, conjungtiva sedikit...
dr.Rivia Pricillia Pantow
Dibalas 01 Juni 2023, 18:02
Apakah obat cacing bisa diberikan pada anak usia di bawah 2 tahun?
Oleh: dr.Rivia Pricillia Pantow
2 Balasan
Alo dokter. Ijin berdiskusi yah saya mendapatkan pasien bayi 6 bln, untuk keluhannya keluar cacing kremi pada waktu bab, dan ada yang keluar lewat anus....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.