Penatalaksanaan Askariasis
Penatalaksanaan askariasis umumnya cukup dengan medikamentosa, misalnya albendazole dan mebendazole. Apabila didapatkan komplikasi, seperti obstruksi intestinal, maka pasien perlu dirujuk untuk tata laksana bedah.
Medikamentosa
Penatalaksanaan askariasis menggunakan medikamentosa bisa menggunakan albendazole, mebendazole, dan pirantel pamoat, dengan dosis sebagai berikut:
Albendazol (lini pertama) dengan dosis tunggal 400 mg untuk pasien dewasa dan anak usia >2 tahun. Dosis dikurangi menjadi 200 mg untuk anak usia 12–24 bulan
Mebendazol (lini kedua) dengan dosis tunggal 500 mg atau dengan dosis 100 mg 2 kali sehari selama 3 hari, untuk pasien dewasa dan anak usia >2 tahun
Pirantel pamoat dengan dosis tunggal 10–11 mg/kgBB, maksimal 1 gram[10,13,14]
Terapi pada Kehamilan
Albendazol, mebendazol, dan pirantel pamoat masuk ke dalam kategori C berdasarkan Food and Drug Administration (FDA). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan ketiga obat ini tidak boleh diberikan pada trimester pertama, tetapi dapat diberikan pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga. Dosis yang diberikan sama seperti dosis di atas.[10,13,14]
Penanganan askariasis pada wanita hamil dapat menggunakan pirantel pamoat dengan dosis tunggal 11 mg/kgBB, dengan dosis maksimal 1 gram, atau piperazin 50 mg/kg/hari selama 5 hari, adalah terapi pilihan pada ibu hamil trimester kedua atau ketiga.[10,13,14]
Obat-obatan yang diberikan akan membunuh cacing dewasa. Oleh karena itu, pengobatan sebaiknya diulang setelah 1–3 bulan, sesuai dengan waktu maturasi larva menjadi cacing dewasa.[6]
Non-medikamentosa
Jika terjadi obstruksi usus parsial, lakukan pemasangan nasogastric tube (NGT), jangan berikan makanan atau minuman per oral, dan berikan cairan infus, serta piperazine. Pada obstruksi usus total, mungkin dibutuhkan tata laksana pembedahan, seperti laparotomi untuk mengeluarkan cacing. Apabila pada laparotomi tampak bagian usus yang nekrosis, mungkin dibutuhkan reseksi usus dan anastomosis. Postoperatif, berikan antelmintik untuk membunuh telur cacing yang tersisa.[6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra