Prognosis Askariasis
Prognosis askariasis tanpa komplikasi cukup baik karena infeksi ini umumnya berespons baik terhadap pengobatan. Namun, pada beberapa keadaan dapat timbul komplikasi. Komplikasi tersering pada orang dewasa adalah nyeri abdomen dan pankreatitis akut, sedangkan komplikasi pada anak-anak adalah obstruksi intestinal dan malnutrisi.
Komplikasi
Pada orang dewasa, dapat terjadi komplikasi bilier akibat perpindahan cacing dewasa, yang biasa dicetuskan oleh penyakit lain, misalnya malaria. Selain itu, komplikasi lain yang paling sering adalah nyeri abdomen, pankreatitis akut, jaundice akibat obstruksi, dan memuntahkan cacing (worm emesis).
Pada anak-anak, komplikasi tersering adalah obstruksi intestinal, biasanya di ileum terminal. Obstruksi intestinal dapat menyebabkan kematian. Selain obstruksi, toksin yang dilepaskan oleh cacing, baik hidup atau mati, dapat menyebabkan inflamasi usus, iskemia, dan fibrosis.[3,5]
Malnutrisi
Askariasis diketahui berhubungan dengan malnutrisi, gagal tumbuh, dan gangguan perkembangan kognitif pada anak-anak usia sekolah. Beban infeksi yang tinggi dapat menyebabkan gangguan absorpsi protein, laktosa, serta vitamin A dan C. Anak yang menerima pengobatan askariasis memiliki status gizi yang lebih baik, dinilai dengan kecepatan pertumbuhan, toleransi terhadap laktosa, vitamin A dan C, serta kadar albumin, dibandingkan anak yang menderita askariasis, tetapi tidak diobati.[16,18]
Prognosis
Infeksi tanpa komplikasi memiliki respons yang baik terhadap terapi antelmintik. Apabila tidak ditangani, askariasis dapat mengakibatkan komplikasi akibat jumlah dan migrasi cacing, seperti obstruksi saluran pencernaan dan traktus bilier, serta gangguan absorbsi makanan. Obstruksi saluran pencernaan bersifat gawat darurat yang butuh penanganan segera, sedangkan gangguan absorbsi makanan jika terjadi pada anak kecil dengan infeksi kronis akan membuat malnutrisi dan gangguan tumbuh kembang.
Reinfeksi dapat terjadi sangat cepat setelah terapi diberikan, terutama di negara berkembang dan tropis. Maka dari itu, dibutuhkan terapi antelmintik secara berkala, untuk mencegah reinfeksi.[12]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra