Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Brucellosis general_alomedika 2022-06-09T07:35:26+07:00 2022-06-09T07:35:26+07:00
Brucellosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Brucellosis

Oleh :
dr.Bianda Dwida Pramudita MSc
Share To Social Media:

Brucellosis adalah penyakit zoonosis yang dapat disebabkan oleh bakteri Brucella. Transmisi pada manusia dapat terjadi melalui hewan yang terinfeksi, seperti sapi, kambing, domba, unta, dan babi. Media penularan adalah melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi, misalnya produk mengandung susu yang tidak dipasteurisasi. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan atau jaringan kontaminan.[1]

Penyakit ini juga dikenal dengan beberapa istilah lain, yaitu Mediterranean fever, Malta fever, Gibraltar fever, Crimean fever, gastric remittent fever, goat fever, undulant fever, dan Bang disease. Di Indonesia, brucellosis lebih dikenal dengan sebutan penyakit Keluron Menular.[1,2]

Brucellosis-min

Pasien brucellosis bisa mengalami tanda dan gejala seperti demam, malaise, keringat dingin di malam hari, dan nyeri sendi. Penting untuk menggali riwayat yang relevan, seperti konsumsi produk susu yang tidak dimasak, paparan hewan pada area endemis, dan paparan lingkungan kerja. Penegakan diagnosis secara definitif dapat dilakukan melalui kultur darah atau jaringan tubuh dan peningkatan titer antibodi Brucella.[1,3,4]

Regimen tata laksana brucellosis akut pada orang dewasa adalah rifampicin 600-900 mg ditambah doxycycline 100 mg selama 6 minggu. Kombinasi terapi lain adalah doxycycline dengan gentamicin intramuskular selama 7 hari; ataupun kombinasi doxycycline dengan streptomycin selama 14 hari.[1,4-7]

Referensi

1. Hasanjani Roushan MR, Ebrahimpour S. Human brucellosis: An overview. Caspian J Intern Med. 2015;6(1):46-47.
2. Golshani M, Buozari S. A review of Brucellosis in Iran: Epidemiology, Risk Factors, Diagnosis, Control, and Prevention. Iran Biomed J. 2017 Nov;21(6):349-59. doi: 10.18869/acadpub.ibj.21.6.349.
3. Adetunji SA, Ramirez G, Foster MJ, Arenas-Gamboa AM. A systematic review and meta-analysis of the prevalence of osteoarticular brucellosis. PLoS Negl Trop Dis. 2019 Jan 18;13(1):e0007112. doi: 10.1371/journal.pntd.0007112.
4. Bosilkovski M. Brucellosis: Epidemiology, microbiology, clinical manifestations, and diagnosis. UpToDate, 2021.
5. Meng F, Pan X, Tong W. Rifampicin versus streptomycin for brucellosis treatment in humans: A meta-analysis of randomized controlled trials. PLoS One. 2018;13(2):e0191993. Published 2018 Feb 20. doi:10.1371/journal.pone.0191993
6. Solera J, Solís García Del Pozo J. Treatment of pulmonary brucellosis: a systematic review. Expert Rev Anti Infect Ther. 2017 Jan;15(1):33-42. doi: 10.1080/14787210.2017.1254042.
7. Fatani DF, Alsanoosi WA, Badawi MA, Thabit AK. Ceftriaxone use in brucellosis: A case series. IDCases. 2019 Sep 5;18:e00633. doi: 10.1016/j.idcr.2019.e00633.

Patofisiologi Brucellosis
Diskusi Terbaru
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 11 September 2025, 08:08
Ikuti Webinar ber-SKP Kemenkes - Silent Pandemic: Resistensi Antibiotik pada TB, Pneumonia, ISK, dan Gonore - Rabu, 24 September 2025, pkl 14.00-15.30 WIB
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter! Webinar ALOMEDIKA hadir kembali dengan topik yang menarik dan akan sangat membantu praktik klinis Kita - "Silent Pandemic: Resistensi Antibiotik...
dr.m rizky
Dibalas 12 September 2025, 16:23
Tb paru
Oleh: dr.m rizky
2 Balasan
Alo dok, mau bertanyaPada SS dibawah ini, dibagian  TB paru kasus lalai berobat dan  mghntikan pgobatan di atas 2 minggu, di poin 1 sampai 5 ada mgnai...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 10 September 2025, 15:40
Tebus Resep Tanpa Antri, Lebih Praktis dengan MyPatient!
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter.Di tengah kesibukan yang padat setiap hari, banyak pasien tidak punya waktu untuk menebus resep ke apotek. Dokter dapat mempermudah pasien...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.