Diagnosis Brucellosis
Diagnosis brucellosis perlu dicurigai pada pasien dengan demam, malaise, keringat dingin di malam hari, dan nyeri sendi, yang disertai dengan riwayat yang relevan seperti konsumsi produk susu yang tidak matang, paparan hewan pada area endemis, dan paparan lingkungan kerja.
Meskipun kultur darah merupakan baku emas dalam diagnosis brucellosis, pemeriksaan ini memakan waktu yang lama. Uji serologi untuk mendeteksi titer antibodi terhadap Brucella merupakan modalitas diagnostik alternatif.[1,2]
Anamnesis
Masa inkubasi brucellosis umumnya 2-4 minggu, namun dapat bervariasi dari 5 hari hingga 6 bulan. Berdasarkan perjalanan penyakit, brucellosis dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk:
- Brucellosis akut ditandai dengan malaise, undulant fever, sakit kepala, mialgia, ruam merah halus, splenomegali, hepatomegali, dan gejala gastrointestinal. Fase akut dapat berakhir dengan kematian, penyembuhan, ataupun transisi ke bentuk sub-akut atau kronis
- Brucellosis sub-akut ditandai dengan gejala yang serupa dengan penyakit akut tetapi lebih ringan
- Brucellosis kronis ditandai dengan gejala jangka panjang yang dapat mencakup malaise, demam berulang, radang sendi, endokarditis, dan spondilitis
Berkeringat, mialgia, dan malaise telah dilaporkan sebagai gejala yang sangat prediktif untuk temuan tes serologi positif. Selain itu, perlu diketahui bahwa infeksi Brucella pada kelenjar tiroid juga pernah dilaporkan.[2]
Gejala Klinis
Seperti yang telah disebutkan di atas, brucellosis biasanya ditandai dengan onset demam yang naik perlahan, malaise, keringat dingin, dan nyeri sendi. Demam terjadi pada sekitar 80% kasus Pola demam bisa bervariasi, dapat berupa demam yang memuncak disertai menggigil atau bisa berupa demam ringan yang naik turun dalam waktu lama. Demam bisa muncul dengan bradikardia relatif. Sekitar 80% disertai menggigil.
Keringat dingin dapat disertai bau badan khas menyerupai jamur atau jerami basah. Gejala lain yang mungkin muncul berupa penurunan berat badan, nyeri sendi, nyeri punggung bawah, sakit kepala, pusing, anoreksia, dispepsia, nyeri perut, batuk, dan depresi.[1-3]
Faktor Risiko
Anamnesis perlu mengevaluasi faktor risiko pasien. Faktor risiko dapat berupa pekerjaan yang sering berkontak dengan hewan terinfeksi, seperti sapi, kambing, domba, unta, dan babi. Jenis pekerjaan yang mengalami peningkatan risiko brucellosis antara lain pekerja rumah potong hewan, dokter hewan, teknisi laboratorium, pemburu, petani, dan produsen ternak.
Faktor risiko lain dapat berupa konsumsi susu atau produk susu yang tidak dipasteurisasi, riwayat bepergian ke area endemis, dan paparan dengan aerosol hewan yang terinfeksi.[1-3,8]
Manifestasi Osteoartikular
Manifestasi osteoartikular adalah bentuk brucellosis fokal yang terjadi pada hingga 70% pasien dengan brucellosis. Pasien dapat mengalami artritis perifer, sakroiliitis, dan spondilitis. Sakroiliaka (80%) dan spinal (54%) adalah yang paling sering terkena.
Spondilitis adalah komplikasi serius brucellosis. Kondisi ini lebih sering dilaporkan pada pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit kronik. Vertebra lumbal lebih sering terkena daripada vertebra toraks dan servikal. Spondilitis dapat menimbulkan sekuele.[4]
Manifestasi Genitourinaria
Manifestasi genitourinaria merupakan benttuk fokal kedua yang paling umum yang terjadi pada hingga 10% kasus. Pada laki-laki, orkitis atau epididimitis adalah gejala yang paling sering. Sementara itu, abses tuboovarium dapat terjadi pada wanita. Bentuk lain dpat berupa sistitis, nefritis interstisial, glomerulonefritis, dan abses ginjal.[4]
Manifestasi Neurologi
10% pasien brucellosis bisa mengalami keterlibatan neurologi. Manifestasi brucellosis neurologi mencakup meningitis, ensefalitis, abses otak, mielitis, radikulitis, atau neuritis.[4]
Manifestasi Kardiovaskular
Komplikasi kardiovaskular dapat terjadi dalam bentuk endokarditis, miokarditis, perikarditis, endarteritis, ataupun tromboflebitis. Endokarditis paling sering terjadi dan merupakan penyebab utama mortalitas.[4]
Manifetasi Pulmonal
Brucellosis pada paru telah dilaporkan pada 2% kasus. Pasien dapat mengalami bronkitis, pneumonitis interstisial, pneumonia lobar, nodul paru, efusi pleura, limfadenopati hilus, empiema, ataupun abses.[4]
Manifestasi Intraabdomen
Abses hati atau limpa, kolesistitis, pankreatitis, ileitis, kolitis, dan peritonitis dapat dialami oleh pasien brucellosis meskipun jarang.[4]
Manifestasi Okular
Uveitis merupakan manifestasi okular brucellosis yang paling banyak ditemukan. Meski demikian, keterlibatan mata cukup jarang terjadi.[4]
Manifestasi Dermatologi
Erupsi makula, makulopapular, skarlatiniformis, papulonodular, eritema nodosum, ulserasi, petechiae, purpura, vaskulitis granulomatosa, dan abses dapat terjadi pada 10% pasien brucellosis.[4]
Brucellosis pada Kehamilan
Pada wanita hamil, brucellosis meningkatkan risiko abortus, intrauterine fetal death, kelahiran prematur, dan infeksi intrauterin dengan kemungkinan kematian janin. Abortus spontan adalah komplikasi yang paling umum (6%).[4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan hasil yang bervariasi dan tidak spesifik. Pada beberapa pasien dapat ditemukan pemeriksaan fisik dalam batas normal, namun ada juga pasien yang mengalami limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali. Perubahan bising jantung menandakan endokarditis, sedangkan pericardial rub menandakan perikarditis.
Temuan pemeriksaan neurologi tergantung dari lesi pada saraf. Pada meningitis, tanda yang bisa ditemukan adalah kaku kuduk, tanda Kernig, dan Brudzinski. Peningkatan tekanan intrakranial atau abses otak dapat menghasilkan tanda papilledema, cranial nerve palsy, dan defisit neurologis fokal.
Lesi kulit akibat brucellosis dapat berupa erupsi maculopapular, eritema nodosum, abses, dan panniculitis. Temuan pada organ mata dapat berupa uveitis, keratokonjungtivitis, iridosiklitis, neuritis optik, dan katarak.[1,2,4,14]
Diagnosis Banding
Karena manifestasi klinis brucellosis cukup luas, maka diagnosis banding juga sangat beragam tergantung presentasi pasien. Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah malaria, tuberkulosis, leishmaniasis, spondiloartritis, dan sarkoidosis.
Malaria
Tanda dan gejala malaria mencakup demam, malaise, mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri otot, dan anemia. Hal ini cukup serupa dengan brucellosis. {enegakan diagnosis bisa ditentukan dari konteks epidemiologis yang paling relevan, misalnya apakah kasus terjadi di daerah endemis malaria atau brucellosis. Selain itu, dapat dilakukan apusan darah tepi untuk identifikasi parasit malaria.[4]
Tuberkulosis
Tanda dan gejala tuberkulosis yang menyerupai brucellosis adalah batuk, limfadenopati, demam, keringat dingin, dan penurunan berat badan. Tuberkulosis juga dapat menampilkan gejala ekstrapulmonal, seperti pada muskuloskeletal dan sistem saraf pusat. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan sputum dan rontgen dada.[4]
Leishmaniasis
Pada kasus leishmaniasis viseral, pasien dapat mengalami malaise, demam, penurunan berat badan, dan splenomegali. Penularan terjadi melalui gigitan lalat pasir dan area endemik mencakup Mediterania, Afghanistan, Iran, Pakistan, Afrika Timur, India, Nepal, Bangladesh, dan Brasil. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, kultur, atau serologi.[4]
Spondiloarthritis
Spondiloarthritis mempunyai gejala klinis berupa nyeri punggung bawah kronis, heel enthesitis, dactilitis, dan oligoarthritis. Penegakan diagnosis berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan radiologi, dan laboratorium.[4]
Sarkoidosis
Sarkoidosis adalah penyakit multisistemik yang belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini terutama menyerang organ paru, namun dapat pula menyerang organ lainnya. Penegakan diagnosis menggunakan pemeriksaan radiologi dan histopatologi.[4]
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis brucellosis memerlukan kultur darah atau jaringan tubuh. Dokter juga bisa melakukan pengecekan titer antibodi Brucella
Kultur
Pada kultur, pertumbuhan bakteri membutuhkan waktu 3–5 hari, namun proses ini perlu ditunggu hingga lebih dari 10 hari sebelum suatu sampel bisa dinyatakan negatif. Untuk meningkatkan akurasi, sampel kultur perlu diambil dari area infeksi fokal.
Kultur darah dapat ditemukan negatif pada kasus kronik. Teknik pemeriksaan kultur darah yang dilakukan adalah teknik Ruiz-Castaneda.
Kultur sumsum tulang lebih sensitif dibandingkan darah, dan merupakan baku emas untuk brucellosis.[1-4,14]
Serologi
Pemeriksaan serologi merupakan metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis brucellosis. Saat ini, ada berbagai metode tes serologis yang bisa digunakan, misalnya tes aglutinasi serum dan ELISA.
Tes aglutinasi serum merupakan standar pemeriksaan untuk diagnosis dan dapat mendeteksi IgM, IgG, dan IgA. ELISA juga memiliki sensitivitas yang cukup baik dan dapat mendeteksi IgM dan IgG. Pemeriksaan serologis dapat dilakukan secara serial jika titer awal rendah. Gejala klinis disertai titer lebih dari 1:160 menandakan infeksi. Titer lebih dari 1:320 lebih spesifik, terutama di daerah endemis.[1-4,14]
Pencitraan
Pencitraan dapat digunakan untuk mengevaluasi pasien brucellosis terutama dengan keluhan sendi dan tulang, namun tidak bisa dijadikan alat diagnostik definitif. Beberapa tanda yang bisa didapatkan dari pemeriksaan radiografi adalah tanda Pedro Pons dan erosi aspek anteriosuperior vertebra lumbalis dengan osteofitosis. Pada pasien yang mengalami spondilitis bisa didapatkan penyempitan spasial diskus, destruksi tulang, dan skelosis.
MRI dapat dipilih untuk mengevaluasi adanya peradangan atau abses pada otak atau jaringan lain. Modalitas lain yang mungkin bermanfaat dalam diagnosis brucellosis adalah CT scan atau bone scintigraphy.[1-4,14]
Histopatologi
Biopsi sumsum tulang dan hepar dapat menunjukkan granuloma nonkaseosa pada infeksi akibat B. melitensis dan B. abortus. Pada infeksi B melitensis, ukuran granuloma sangat kecil. Infeksi.[1-4,14]
Polymerase Chain Reaction
PCR telah dikembangkan agar dapat mendeteksi dan mendiagnosis brucellosis secara cepat pada spesimen darah manusia. Target genetik tes PCR ada 2, yaitu gen Brucella BCSP31 dan operon 16S-23S rRNA.[1-4,14]
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pada pemeriksaan penanda inflamasi, pasien brucellosis dapat mengalami peningkatan C-reactive protein (CRP), tingkat sedimentasi eritrosit, serum lactate dehydrogenase, dan alkalin fostatase. Peningkatan enzim hati juga dapat terjadi dan akan semakin tinggi seiring keparahan hepatomegali.[1-4,14]