Etiologi Brucellosis
Etiologi brucellosis adalah bakteri Brucella spp, terutama B. melitensis, B suis, B. abortus, dan B. canis. Brucella spp merupakan bakteri Gram negatif intraseluler fakultatif. Transmisi pada manusia dapat terjadi melalui hewan yang terinfeksi, seperti sapi, kambing, domba, unta, dan babi.[8]
Karakteristik Bakteri Brucella
Brucellosis adalah infeksi zoonosis yang disebabkan bakteri dari genus Brucella. Transmisi penyakit ini dari hewan ke manusia melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi, kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, atau inhalasi gas aerosol.
Bakteri Brucella adalah bakteri kokobasilar aerobik intraseluler yang terletak pada organ reproduksi hewan inang. Brucella adalah patogen intraseluler. Bakteri ini bertahan dan berkembang biak dalam makrofag dengan beradaptasi terhadap pH asam, tingkat oksigen yang rendah, dan tingkat nutrisi yang rendah.
Brucella mampu menghasilkan sitokrom oksidase, katalase, dan mampu menghidrolisis urea. Brucella tidak menghasilkan faktor patogen klasik, seperti eksotoksin, sitolisin, eksoenzim, eksoprotein, kapsul, plasmid, ataupun fimbria. Sel bakteri ini mampu bertahan dalam waktu lama di air, janin yang diaborsi, tanah, produk susu, daging, kotoran, maupun debu.[8,9]
Faktor Risiko
Infeksi brucellosis pada manusia tergantung pada faktor-faktor seperti praktik peternakan, kebiasaan diet, metode pengolahan susu dan produk susu, serta sanitasi lingkungan. Brucellosis dapat ditularkan dari ternak yang terinfeksi ke manusia melalui konsumsi (susu yang tidak dipasteurisasi atau produk susu), inhalasi, konjungtiva, atau lecet kulit.
Brucellosis biasanya dianggap sebagai penyakit okupasi karena kebanyakan terjadi pada pekerja rumah potong hewan, dokter hewan, teknisi laboratorium, pemburu, petani, dan produsen ternak. Kebanyakan kasus brucellosis tidak terjadi dari orang ke orang. Meski demikian, brucellosis dapat ditularkan melalui transfusi darah, transplantasi sumsum tulang, atau kontak seksual.[1,2]