Penatalaksanaan Demam Rematik
Penatalaksanaan demam rematik dilakukan dengan pemberian terapi untuk eliminasi infeksi group A beta-hemolytic Streptococcus (GABHS), terapi manifestasi klinis yang muncul, dan tata laksana umum pada episode akut. Pemberian terapi pada demam rematik tidak mencegah progresi penyakit, namun dapat meringankan gejala yang muncul.[1,3,5]
Terapi Eliminasi
Terapi antibiotik diberikan pada pasien demam rematik untuk mengeliminasi adanya residu GABHS. Meskipun tidak terbukti meningkatkan luaran 1 tahun atau tidak menurunkan risiko menjadi penyakit jantung rematik, namun pemberian antibiotik dapat meminimalisir kemungkinan transmisi strain GABHS. Terapi antibiotik diberikan tanpa bergantung pada hasil kultur.[3,6]
Pilihan Antibiotik
Pada pasien dewasa, dapat diberikan injeksi benzathine penicillin G (BPG) intramuskular dengan dosis tunggal 1.200.000 U atau diberikan phenoxymethylpenicillin (penicillin V) 500 mg setiap 12 jam per oral selama 10 hari.
Pada pasien dengan hipersensitivitas ringan terhadap penicillin, dapat diberikan cephalexin 1 gr setiap 12 jam per oral selama 10 hari. Di sisi lain, pada pasien dengan hipersensitivitas sedang terhadap penicillin, dapat diberikan azithromycin 500 mg/hari per oral selama 5 hari.
Pada pasien anak dapat diberikan injeksi BPG intramuskular dengan dosis tunggal 1.200.000 U untuk anak dengan berat badan ≥20 kg dan 600.000 U untuk anak dengan berat badan <20 kg. Pilihan lain adalah phenoxymethylpenicillin 15 mg/kg/12 jam, maksimal 500 mg, per oral selama 10 hari.[1,2,4]
Penatalaksanaan Karditis pada Demam Rematik
Terapi diuretik dan vasodilator dapat diberikan sesuai derajat keparahan karditis. Pada pasien dewasa, dapat diberikan furosemide 20-40 mg dosis tunggal per oral atau intravena, dilanjutkan 20-40 mg setiap 8-12 jam per oral atau intravena, kemudian dosis selanjutnya dapat menyesuaikan progresi klinis dan fungsi renal.
Spironolactone 12,5-25 mg/hari per oral dapat ditambahkan pada pasien dengan respon yang terbatas terhadap loop-diuretic. Nitrat dapat ditambahkan pada pasien dengan respon diuretik terbatas, dengan syarat tekanan sistolik >90 mmHg. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, seperti captopril, direkomendasikan pada pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri yang berat, kecuali ada kontraindikasi.[1,3,4]
Dosis Anak
Pada pasien anak, dapat diberikan furosemide 1-2 mg/kg dosis tunggal per oral, dilanjutkan 0,5-1 mg/kg setiap 6-24 jam per oral hingga dosis maksimal 6 mg/kg setiap 6-24 jam. Pilihan lain adalah spironolactone 1-3 mg/kg/hari, dosis maksimal 100 mg, terbagi dalam 1-3 dosis.
ACE inhibitor dapat diberikan berdasarkan penilaian klinis oleh spesialis jantung anak, yaitu enalapril 0,1 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis terbagi per oral, ditingkatkan secara bertahap selama 2 minggu hingga dosis maksimal 1 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis terbagi per oral.[1]
Penambahan Steroid
Pada kasus karditis yang berat dapat ditambahkan prednison dengan dosis 1-2 mg/kg/hari sekali sehari atau dalam dosis terbagi per oral hingga dosis maksimal 80 mg/hari.[1-3]
Pemantauan
Pasien dengan miokarditis aktif perlu dimonitor terkait munculnya aritmia. Munculnya atrial fibrilasi memerlukan tata laksana yang agresif untuk mencegah terjadinya stroke.[1,3]
Penatalaksanaan Artritis pada Demam Rematik
Terapi simtomatik diberikan pada pasien dengan manifestasi atralgia atau artritis setelah diagnosis demam rematik terkonfirmasi. Terapi tidak boleh diberikan sebelum diagnosis demam rematik ditegakkan karena dapat menutupi (masking) gejala demam rematik yang penting untuk diagnosis.[1,3]
Pada pasien dewasa dapat diberikan naproxen immediate-release 250-500 mg, 2 kali sehari per oral, dengan dosis maksimal 1250 mg/hari. Pilihan lain adalah ibuprofen 200-400 mg 3 kali sehari per oral dengan dosis maksimal 2400 mg/hari, atau aspirin 50-60 mg/kg/hari dalam 4-5 dosis terbagi dengan dosis maksimal 80-100 mg/kg/hari dalam 4-5 dosis terbagi.
Pada pasien anak dapat diberikan naproxen immediate-release 10–20 mg/kg/hari terbagi menjadi 2 dosis, atau ibuprofen 5-10 mg/kg 3 kali sehari per oral. Aspirin bisa diberikan dalam dosis 50-60 mg/kg/hari dalam 4-5 dosis terbagi, dengan dosis maksimal 80-100 mg/kg/hari
Terapi diberikan selama 1-4 minggu. Resolusi gejala mulai terjadi dalam 48-72 jam setelah pemberian terapi.[1,3,4]
Penatalaksanaan Korea Sydenham pada Demam Rematik
Pasien dengan manifestasi korea harus ditempatkan di ruangan tenang sehingga tidak terstimulasi. Terapi diberikan berdasarkan derajat keparahan korea.
Pada korea derajat sedang-berat diberikan carbamazepine 3,5-10 mg/kg, 2 kali sehari per oral. Jika diperlukan efek sedasi, dapat diberikan asam valproat 7,5-10 mg/kg 2 kali sehari per oral.
Pada korea derajat sangat berat atau paralisis korea, diberikan terapi korea derajat sedang-berat ditambah prednison 1-2 mg/kg sekali sehari atau dalam dosis terbagi, dengan dosis maksimal 80 mg/hari.[1,3,4]
Penatalaksanaan Umum Pada Episode Akut
Penatalaksanaan umum pada episode akut meliputi tirah baring, pemberian analgesik atau antipiretik, dan asupan makan.[1,3]
Tirah Baring
Tirah baring merupakan bagian dari tata laksana demam rematik, terutama pada pasien dengan manifestasi karditis. Tirah baring dilakukan beberapa minggu selama fase akut penyakit. Aktivitas fisik dapat dilakukan secara bertahap jika laju endap darah (LED) mulai normal.[1,3]
Analgesik dan Antipiretik
Analgesik dan antipiretik diberikan untuk mengatasi gejala demam dan nyeri. Untuk gejala demam dan nyeri ringan-sedang, dapat diberikan paracetamol dengan dosis dewasa 1000 mg setiap 4 jam per oral, maksimal 4000 mg/hari. Dosis anak 15 mg/kg per 4 jam per oral, maksimal 60 mg/kg/hari.
Untuk nyeri berat, dapat diberikan tramadol immediate-release dengan dosis dewasa 50-100 mg setiap 4 jam per oral, maksimal 400 mg/hari. Dosis anak adalah 1-2 mg/kg setiap 4 jam per oral.[1,3,6]
Asupan Makan
Tidak ada pengaturan diet pada demam rematik, namun pada pasien dengan gagal jantung kongestif diperlukan pembatasan asupan garam.[1,3]
Rujukan
Rujukan ke spesialis penyakit dalam atau anak diperlukan untuk tata laksana lebih lanjut. Konsultasi lebih lanjut ke spesialis jantung diperlukan untuk menangani blokade jantung, aritmia, dan gagal jantung kongestif. Konsultasi ke spesialis saraf dan psikiatri diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan tata laksana korea. Konsultasi ke ahli penyakit infeksi dan rematologi juga dapat membantu diagnosis.[1,3,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani