Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Gigitan Hewan general_alomedika 2024-01-23T11:32:33+07:00 2024-01-23T11:32:33+07:00
Gigitan Hewan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Diagnosis Gigitan Hewan

Oleh :
dr. Luthfi Saiful Arif
Share To Social Media:

Diagnosis gigitan hewan diawali dengan anamnesis pasien tentang kondisi hewan yang menggigit, riwayat rabies, riwayat vaksin, serta diikuti dengan pemeriksaan luka yang mencakup posisi, kedalaman, luas, dan risiko infeksi luka. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah dapat dilakukan jika hewan diduga mengalami rabies.

Dokter perlu mendapatkan segala informasi terkait dengan kejadian gigitan sebelum melakukan pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut. Pastikan pasien stabil dan dalam kondisi tidak mengancam jiwa pada saat pemeriksaan dilakukan.

Anamnesis

Anamnesis lengkap pada kasus gigitan hewan dibutuhkan untuk memperkirakan tingkat keparahan, risiko infeksi, dan tata laksana yang dibutuhkan. Informasi mengenai lokasi, waktu, kondisi saat gigitan terjadi, serta hewan penyebab dapat membantu dokter dalam penanganan kasus gigitan hewan.

Gigitan Hewan Peliharaan

Jika hewan penyebab adalah hewan peliharaan, maka data pemilik, jenis hewan, kondisi kesehatan hewan, riwayat rabies, dan status vaksinasi harus ditelusuri lebih lanjut. Pada kasus gigitan kucing, perhatikan durasi onset hingga waktu pasien mencari pertolongan. Umumnya luka akibat gigitan kucing tidak terlalu berat, namun dapat mencapai kedalaman lapisan jaringan, dan menyebabkan keterlambatan dalam tata laksana awal.[3,5]

Gigitan Hewan Liar

Pada kasus gigitan hewan liar, gali secara mendalam mengenai jenis hewan penyebab, lokasi tempat kejadian, waktu kejadian, situasi pada saat gigitan terjadi, lokasi dan jumlah gigitan serta tindakan yang telah dilakukan oleh pasien. Perhatikan pula riwayat penyakit terdahulu pasien yang mungkin meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, seperti riwayat diabetes (DM tipe I dan DM Tipe II) dan penyakit imunokompromais.[2,5]

Keluhan yang dirasakan pasien dapat berupa nyeri, eritema, edema, munculnya pus yang dapat disertai dengan demam. Riwayat penyakit dahulu, riwayat penggunaan obat imunosupresan, riwayat operasi pengangkatan limpa, alergi dan status vaksinasi perlu ditanyakan kepada pasien maupun pengantar pasien untuk menentukan tatalaksana dan prognosis.[2,19]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat dimulai dengan pemeriksaan status lokalis gigitan yang dikeluhkan oleh pasien. Sebagian besar luka akibat gigitan hewan ditemukan pada anggota gerak atas dan bawah sebesar 70-80%. Luka pada kepala dan leher ditemukan pada 10-30% kasus, dan umumnya melibatkan anak berusia dibawah 10 tahun. Pada anak balita, 90% luka gigitan ditemukan pada regio wajah dan leher bagian depan.[19,31]

Luka gigitan hewan dapat menunjukan berbagai tingkat kerusakan, dari abrasi superfisial hingga hilangnya jaringan disertai tulang pembentuk bagian tubuh tersebut. Laporan juga menunjukan adanya perforasi dan avulsi pada regio kranial. Pada saat melakukan pemeriksaan, dokter harus memertimbangkan kerusakan jaringan akibat pergeseran lapisan anatomi pada saat gigitan terjadi. Luka gigitan dapat bergeser ke arah lain dan kemudian kembali ke lokasi semua, sehingga menyebabkan estimasi kedalaman luka tidak tepat.

Jika luka gigitan ditemukan pada regio telapak tangan, pertimbangkan juga terjadinya penetrasi pada periosteum dan sendi-sendi jari. Pada kasus gigitan yang disebabkan oleh kucing cedera dapat disertai inokulasi saliva.[19,26,32]

Tingkat kerusakan akibat gigitan hewan dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalaman luka pada struktur jaringan dan kehadiran vaskularisasi serta kerusakan saraf perifer. Umumnya luka akibat gigitan hewan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu luka punktur, laserasi dan cedera avulsi jaringan.[22]

Berikut adalah klasifikasi tingkat kerusakan luka akibat gigitan hewan berdasarkan Rueff et al., yaitu:

  • Stadium I: luka superfisial, goresan pada jaringan kulit, robekan kulit, kanal gigitan
  • Stadium II: Luka meluas hingga ke fascia, otot dan kartilago
  • Stadium III: Luka dengan nekrosis jaringan dan hilangnya sebagian jaringan[3]

Lakukan pemeriksaan pada area sekitar luka untuk kerusakan potensial yang mungkin timbul. Limfadenitis atau limfangitis dapat terjadi pada 20-30% pasien, sedangkan abses dapat ditemukan pada 12% pasien. Lakukan pemeriksaan neurologis untuk memastikan tidak adanya kerusakan pada saraf perifer pasien.[4,5,34]

Jika status lokalis pasien telah selesai dievaluasi, perhatikan pula tanda syok yang mungkin dialami pasien. Pastikan jalan napas dan sirkulasi intak. Jika pada saat pasien datang terjadi perdarahan hebat, fraktur, dekapitasi yang mengancam jiwa, terutama pada anak anak, segera lakukan pertolongan pertama. Kontrol perdarahan vena dengan bebat tekan. Jika terdapat perdarahan arteri, segera konsultasikan pada spesialis terkait.[2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada gigitan hewan dapat berupa gigitan manusia dan insect bite.

Gigitan Manusia

Luka gigitan manusia juga memiliki kemungkinan infeksi akibat flora normal dalam mulut. Eikenella corrodens, Viridans streptococci dan Streptococcus anginosus terkait erat dengan kasus infeksi akibat gigitan manusia. Selain infeksi akibat flora normal, gigitan manusia dikhawatirkan dapat menjadi sumber penularan hepatitis B, hepatitis C, dan HIV. Penularan dapat terjadi jika pada saat gigitan terdapat luka terbuka pada ginggiva penggigit.[22,35]

Gigitan manusia memiliki 2 kategori yaitu clenched fist injury yang terjadi pada saat kepalan tangan menghantam gigi dan menyebabkan luka, serta gigitan oklusif berupa gigitan dengan kekuatan yang mampu menembus dan merobek kulit. Prognosis pada gigitan manusia umumnya baik jika tidak disertai dengan cedera janis lain. Morbiditas dapat terjadi jika gigitan dilakukan pada area wajah yang menyebabkan gangguan pada aspek kosmetik seseorang.[35,36]

Insect Bite

Insect bite atau gigitan serangga merupakan kondisi yang disebabkan oleh gigitan maupun sengatan dari filum arthropoda yang terdiri dari chilopoda, diplopoda, insecta maupun araknid. Insect bite dapat menyebabkan terjadinya trauma, inflamasi pada regio yang digigit hingga terjadinya hipersensitivitas pada saliva arthropoda. Beberapa jenis arthropoda juga dapat menginjeksikan racun yang berasal dari kelenjar racunnya.[37,38]

Pada umumnya pasien tidak menyadari adanya gigitan atau sengatan serta tidak ditemukan adanya gejala khas pada kasus insect bite, namun pada beberapa kasus insect bite, distres kardiorespirasi dapat terjadi. Tatalaksana pada kasus anafilaksis perlu dilakukan jika ditemukan adanya urtikaria, angioedema, takikardia, hipotensi, distres pernafasan dan wheezing. Jika tanda tanda tersebut tidak ditemukan maka pasien perlu diperiksa menyeluruh dan diberikan tatalaksana konservatif seperti membersihkan luka, kompres es dan pemberian anti nyeri dan obat anti inflamasi steroid.[37.38]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus gigitan hewan dapat meliputi pemeriksaan laboratorium untuk memastikan infeksi dan pencitraan jika terdapat indikasi fraktur. Pemeriksaan laboratorium sebaiknya dilakukan pada pasien dan hewan penyebab gigitan.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium sebaiknya dilakukan jika terdapat kecurigaan terhadap infeksi bakterial. Pemeriksaan dapat mencakup pemeriksaan darah lengkap, serologi, dan kultur darah. Pemeriksaan laboratorium pada hewan penyebab sebaiknya dilakukan untuk memastikan adanya infeksi rabies atau tidak. Pemeriksaan dapat meliputi swab untuk kultur bakteri. Hewan penyebab gigitan dapat diambil sampelnya jika mati dalam masa observasi 10-14 hari.[8,19]

Pencitraan

Pencitraan dapat dilakukan jika terdapat adanya indikasi perdarahan intrakranial, fraktur, maupun kerusakan organ dalam pada pasien. Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan adanya gigi yang masih tertancap dalam di area luka, sehingga membutuhkan pencitraan untuk mengetahui lokasinya.[5]

Pada anak yang mengalami gigitan pada area kepala, lakukan pemeriksaan pencitraan dengan rontgen maupun CT-scan untuk mengetahui adanya penetrasi pada tulang tengkorak. Pada kasus fraktur pasca gigitan hewan, pemeriksaan rontgen, CT-scan ataupun MRI dapat membantu menentukan lokasi serta bentuk fraktur. Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan jika diindikasikan adanya akumulasi cairan pada jaringan lunak maupun pembentukan abses. Pada kasus curiga osteomyelitis pasca gigitan hewan, pemeriksaan bone scan 3 fase dan MRI pada hari ke 3 hingga ke 5 pasca gigitan dapat disarankan sebagai pemeriksaan penunjang.[5,12,39]

Referensi

2. Maniscalco K, Edens MA. Animal bites. StatPearlsTreasure Island. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430852/
3. Khazaei S, Karami M, et al. Epidemiology of Animal Bites and Associated Factors with Delay in Post-Exposure Prophylaxis; A Cross-Sectional Study. Bull Emerg Trauma. 2018 Jul; 6(3): 239–244.
4. Bula-Rudas FJ, Olcott JL. Human and Animal Bites. Pediatr Rev. 2018; 39(10) 490-500
5. Hurt JB, Maday KR. Management and treatment of animal bites. JAAPA. 2018 Apr 1;31(4):27-31.
8. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Rabies di indonesia. 2017. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-rabies-2017.pdf
12. Garth AP. Animal Bites in Emergency Medicine. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/768875-overview#a2
19. Rothe K, Tsokos M, Hendrick W. Animal and Human Bite Wounds. Dtsch Arztebl Int. 2015; 112(25): 433–443.
22. Murphy J, Qaisi M. Management of Human and Animal Bites. Oral and Maxillofacial Surgery Clinics. 2021 Aug 1;33(3):373-80.
26. Golinko MS, Arslanian B, Williams JK. Characteristics of 1616 consecutive dog bite injuries at a single institution. Clinical pediatrics. 2017 Apr;56(4):316-25.
31. Evgeniou E, Markeson D, et al. The management of animal bites in the United Kingdom. Eplasty. 2013;13
32. Jaindl M, Grünauer J, et al. The management of bite wounds in children--a retrospective analysis at a level I trauma centre. Injury. 2012; 43(12):2117-21.
33. Rueff F, Bedacht R, Schury G. Die Bissverletzung - Sonderstellung in der Klinik, Behandlung und Heilverlauf. Med Welt. 1967;12:663–668.
34. Katica M, Obradovic Z, et al. Dog bites and their treatment in Federation of Bosnia and Herzegovina. Cyprus. J. Med. Sci. 2019;4(2):136-40.
35. Barett j. Human Bites. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/218901-overview#a4
36. Robsam SO, Ihechi EU, Olufemi WO. Human bite as a weapon of assault. African health sciences. 2018 Apr 4;18(1):79-89.
37. Powers J, McDowell RH. Insect bites. StatPearlsTreasure Island. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537235/
38. Wilcock J, Etherington C, Hawthorne K, Brown G. Insect bites. BMJ 2020; 370:1-11.
39. Lee R, Lee HY, et al. Acute osteomyelitis in the hand due to dog bite injury: a report of 3 cases. Archives of plastic surgery. 2017 Sep;44(5):444.

Epidemiologi Gigitan Hewan
Penatalaksanaan Gigitan Hewan

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
  • Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
    Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
Anonymous
Dibalas 25 Maret 2025, 13:23
Penggunaan vaksin anti rabies Verorab dan Rabivax selang seling apakah diperbolehkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Bagaimana penggunaan 2 jenis VAR yang ada di Indonesia, yakni Verorab dan Rabivax? Apakah bisa dipergunakan selang seling? Apabila vaksin-1...
dr.Annisa Ratnaningtyas
Dibalas 05 Maret 2025, 14:58
Kasus Gigitan Kalajengking Pada FKTP
Oleh: dr.Annisa Ratnaningtyas
4 Balasan
Alodok, izin berdiskusi untuk kasus gigitan kalajengking pada fktp terapi apa yang disarankan dan Apakah ada indikasi khusus harus untuk dirujuk ke faskes...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.