Patofisiologi Gigitan Hewan
Patofisiologi gigitan hewan dapat terjadi akibat trauma fisik akibat robekan jaringan lunak yang ditembus oleh gigi hewan. Trauma akibat gigitan hewan merupakan luka mekanis atau disebut dengan vulnus morsum. Trauma gigitan hewan dapat berupa luka akibat tusukan benda tajam atau vulnus punctum maupun luka sobek atau vulnus laceratum.[10,11]
Pada kasus gigitan anjing, trauma tumpul dapat terjadi akibat bentuk gigi anjing yang ujungnya membulat disertai dengan tekanan yang dihasilkan oleh kekuatan rahang anjing. Pada kasus dengan korban anak anak, tekanan yang dihasilkan oleh rahang anjing dapat menimbulkan fraktur (fraktur terbuka maupun tertutup), terutama pada tulang tulang wajah yang tipis. Luka akibat gigitan anjing umumnya berbentuk luka maserasi, karena adanya upaya hewan untuk merobek jaringan yang digigit dengan menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri.[2,12,13]
Gigitan kucing umumnya kecil dan dalam karena kucing tidak menggoyangkan kepala ketika menggigit.[2] Luka bekas gigitan kucing dapat menutup dengan cepat, menciptakan ruang anaerob untuk inokulasi bakteri. Luka juga tidak tampak berat sehingga menyebabkan pasien lalai dalam mencari tatalaksana pertama.[3]