Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan E-Prescription Alomedika Gigitan Hewan monika-natalia 2024-01-23T11:36:58+07:00 2024-01-23T11:36:58+07:00
Gigitan Hewan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Panduan E-Prescription Alomedika Gigitan Hewan

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Panduan e-Prescription untuk gigitan hewan (anjing dan kucing) ini digunakan untuk dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Gigitan hewan adalah trauma fisik yang ditandai dengan luka lecet hingga luka robek, yang diakibatkan oleh gigitan hewan baik peliharaan maupun liar. Gigitan anjing dan kucing lebih umum terjadi daripada gigitan hewan lainnya.[1]

Kondisi ini dapat menyebabkan infeksi dan inflamasi secara lokal bahkan sistemik. Pada anak-anak, area gigitan hewan paling sering mengenai area wajah, leher, dan kepala. Sementara pada orang dewasa, area gigitan tersering yaitu tangan dan bahu.[1]

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari gigitan hewan dapat bervariasi, dari luka lecet hingga luka gigitan/terkoyak. Gigitan anjing dapat menyebabkan fraktur, bila gigitan cukup kuat disertai dengan tekanan. Berdasarkan bentuknya, luka gigitan anjing dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:

  • Stadium I: luka masih superfisial, dapat berupa goresan, robekan, dan terbentuknya kanal gigitan pada kulit
  • Stadium II: luka meluas hingga ke fascia, otot, dan kartilago
  • Stadium III: luka disertai nekrosis dan hilangnya sebagian jaringan[2]

Risiko Rabies

Pada gigitan hewan anjing dan kucing, sebaiknya diketahui status kesehatan hewan tersebut. Hal ini karena ada risiko infeksi sistemik hingga infeksi yang mematikan. Profilaksis rabies diperlukan untuk setiap gigitan yang menembus kulit, di mana vaksinasi rabies terhadap hewan yang menggigit tidak diketahui.[3]

Masa inkubasi virus rabies berkisar 3‒8 minggu, yang dipengaruhi oleh jumlah virus, kedalaman luka, dan jenis virus. Pada periode ini, perlu diamati apakah terdapat gejala dan tanda yang mengarah ke rabies.[3]

Peringatan

Penanganan gigitan hewan idealnya memerlukan data kesehatan hewan yang menggigit, di antaranya riwayat vaksin, riwayat penyakit rabies sebelumnya, dan riwayat lingkungan tempat tinggal hewan tersebut. Bila data ini tidak diketahui, maka pasien perlu segera divaksin, yaitu vaksin tetanus maupun vaksin rabies guna mencegah perjalanan penyakit.[4]

Beberapa kondisi yang perlu penanganan lebih lanjut di fasilitas kesehatan adalah jika terdapat:

  • Benda asing yang dicurigai masuk ke dalam organ tubuh yang digigit
  • Tanda peradangan (kemerahan, rasa nyeri, panas, bengkak), yang disertai hambatan dalam menggerakan anggota tubuh yang digigit
  • Demam
  • Cairan yang keluar dari area luka
  • Gigitan pada area ekstremitas
  • Bau tidak sedap dari area luka
  • Keharusan pemberian vaksin rabies dan tetanus[4,10]

Manajemen Luka Gigitan

Perawatan luka gigitan hewan perlu dilakukan segera, terdiri dari pembersihan dan penutupan luka. Perawatan luka terdiri dari irigasi dan disertai penutupan luka.

Irigasi Luka

Irigasi luka gigitan hewan harus dilakukan segera. Di luar rumah sakit, irigasi menggunakan air mengalir dan sabun selama 5‒15 menit, untuk pencegahan infeksi rabies atau mikroorganisme lainnya.

Saat di rumah sakit, irigasi luka dapat dilakukan kembali menggunakan beberapa liter cairan saline normal dan povidone iodine, untuk memastikan luka sudah bersih dan bebas kontaminasi. Lakukan debridemen dan pastikan tidak ada benda asing yang tertinggal pada area luka.[5,7]

Penutupan luka

Penutupan luka gigitan hewan tidak selalu dilakukan. Studi menunjukkan bahwa luka gigitan hewan dapat dibiarkan terbuka untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Namun, pada kondisi tertentu, misalnya alasan kosmetik atau risiko infeksi yang tinggi pada luka dalam, area luka dapat ditutup.

Penutupan area luka dilakukan dengan menggunakan kasa bersih, dengan tetap memperhatikan ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi sekunder.[5,7]

Medikamentosa

Terapi obat-obatan pada gigitan hewan adalah pemberian antibiotik dan analgesik. Pemberian antibiotik dapat dipilih salah satu obat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Pilihan Antibiotik untuk Gigitan Hewan

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak

Amoksisilin klavulanat (875/125 mg)

2 kali/hari, selama 7 hari

 

 

25 mg/kgBB/hari, 2 kali/hari, selama 7 hari

Clindamycin kombinasi dengan trimethoprim sulfamethoxazole

-

 

 

●      Clindamycin 10 mg/kgBB/hari, 2 kali/hari, selama 7 hari

●      Trimethoprim sulfamethoxazole 10 mg/kgBB/hari, 2 kali/hari, selama 7 hari

Clindamycin kombinasi dengan ciprofloxacin

●      Clindamycin 300 mg, 3 kali/hari

●      Ciprofloxacin 500 mg, 2 kali/hari

●      Selama 7 hari

Trimethoprim sulfamethoxazole (160/800 mg) 2 kali/hari, selama 7 hari
Doxycycline 100 mg, 2 kali/hari, selama 7‒14 hari

Sumber: Katharina, 2023.[5,6]

Sementara, pilihan analgesik di antaranya:

  • Paracetamol, diberikan hingga 4 kali/hari, dosis dewasa 1.000 mg/kali pemberian, dan dosis anak 15 mg/kgBB/kali pemberian. Dosis maksimum adalah 4 kali pemberian dalam sehari, atau 4.000 mg/hari pada dewasa

  • Ibuprofen, dosis dewasa 400 mg peroral diberikan 4 kali sehari, dan dosis anak 10 mg/kgBB peroral, 4 kali sehari. Dosis maksimum 400 mg per pemberian[11,12]

Pemberian Vaksinasi

Pemberian vaksin tetanus dan rabies diberikan terutama pada pasien dengan faktor risiko tinggi berikut:

  • Luka atau jilatan pada area mukosa
  • Luka di atas bahu (leher, muka, dan kepala)
  • Luka pada jari tangan dan jari kaki
  • Luka di area genital
  • Luka yang lebar atau dalam
  • Luka multipel (lebih dari satu bagian)[6]

Upaya pencegahan perjalanan penyakit tetanus dan rabies dapat dengan memberikan vaksin antitetanus dan antirabies.

Vaksin Antitetanus

Terdapat dua jenis vaksin antitetanus yang dapat diberikan pada kasus gigitan hewan, yaitu:

  • Tetanus toksoid: diberikan sesegera mungkin pada luka kotor, dengan riwayat vaksin >5 tahun atau tidak diketahui, dan diberikan segera pada luka bersih dengan riwayat vaksin >10 tahun

  • Tetanus immunoglobulin: diberikan pada luka kotor dengan riwayat vaksin tetanus <3 kali[5]

Dosis pemberian baik tetanus toksoid maupun tetanus immunoglobulin adalah satu kali penyuntikan intramuskular.[13]

Vaksin Antirabies

Vaksin antirabies (VAR) dapat diberikan pada luka dengan faktor risiko tinggi dan rendah penularan rabies. Sementara, serum antirabies (SAR) hanya diberikan pada luka dengan faktor risiko tinggi, dan tidak perlu diberikan pada luka dengan faktor risiko rendah (hanya luka kecil atau lecet).[7]

Dosis pemberian:

  • VAR diberikan pada hari ke-0 sebanyak 2 dosis (lengan kiri dan kanan), hari ke-7 sebanyak 1 dosis, dan hari ke-21 sebanyak 1 dosis
  • SAR diberikan bersamaan dengan VAR pada hari ke-0, secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, lalu sisanya diinjeksikan secara intramuskular[5,7]

Kebutuhan akan vaksinasi menjadi salah satu alasan dilakukannya rujukan offline.

Terapi pada Kehamilan

Berdasarkan data dari Kemenkes RI, pemberian antibiotik amoksisilin klavulanat dan klindamisin dapat diberikan pada ibu hamil. Antibiotik ini masuk dalam FDA kategori B. Sementara itu, antibiotik doksisiklin dan Trimethoprim sulfamethoxazole tidak direkomendasikan karena masuk dalam FDA kategori C dan D.[8]

Pemberian kedua antibiotik yang tidak direkomendasikan tersebut dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin, diantaranya menyebabkan defek bumbung neural, bibir sumbing dan komplikasi kongenital besar lainnya.[9]

Analgesik yang dapat diberikan pada kehamilan adalah paracetamol. Sementara, ibuprofen tidak disarankan pada kondisi kehamilan karena masuk dalam FDA kategori C.[11,12]

Vaksin tetanus dan vaksin rabies, baik VAR maupun SAR, harus diberikan kepada wanita hamil.

Referensi

1. Maniscalco K, Edens MA. Animal bites. StatPearls Treasure Island. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430852/
2. Khazaei S, Karami M, et al. Epidemiology of Animal Bites and Associated Factors with Delay in Post-Exposure Prophylaxis; A Cross-Sectional Study. Bull Emerg Trauma. 2018; 6(3): 239–244.
3. Kemenkes RI. Situasi dan Analisis Rabies. Infodatin. 2020:1-7.
4. Stanford medicine. Treatment for Dog and Cat Bites and Scratches. Access August, 2022. https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=treatment-for-dog-and-cat-bites-and-scratches-90-P01897
5. Ellis R, Ellis C. Dog and Cat Bites. Am Fam Physician. 2014;90(4):239-43.
6. Davies HD. When Your Best Friend Bites: A Note on Dog and Cat Bites. Can J Infect Dis. 2000;11(5):227-9. doi: 10.1155/2000/761025.
7. Kemenkes RI. Satu Gigitan Anjing Bisa Renggut Nyawa. 2019. https://www.kemkes.go.id/article/print/19022800004/satu-gigitan-anjing-bisa-renggut-nyawa.html
8. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. 2006:1-58. http://pio.binfar.kemkes.go.id/PIOPdf/PEDOMAN_IBU_HAMIL.pdf
9. Food and Drugs Administration. fda.gov. 2008. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2008/050795s005lbl.pdf
10. Mayoclinic. Animal Bite : First Aid. 2022. https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-animal-bites/basics/art-20056591
11. Nicole F. Paracetamol. Drugs.com. 2022. https://www.drugs.com/paracetamol.html
12. Durbin K. Ibuprofen. Drugs.com. 2022. https://www.drugs.com/ibuprofen.html
13. EMC. Human tetanus immunoglobulin. 2022.https://www.medicines.org.uk/emc/product/5547/smpc

Edukasi dan Promosi Kesehatan Gi...

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
  • Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
    Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
Anonymous
Dibalas 25 Maret 2025, 13:23
Penggunaan vaksin anti rabies Verorab dan Rabivax selang seling apakah diperbolehkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Bagaimana penggunaan 2 jenis VAR yang ada di Indonesia, yakni Verorab dan Rabivax? Apakah bisa dipergunakan selang seling? Apabila vaksin-1...
dr.Annisa Ratnaningtyas
Dibalas 05 Maret 2025, 14:58
Kasus Gigitan Kalajengking Pada FKTP
Oleh: dr.Annisa Ratnaningtyas
4 Balasan
Alodok, izin berdiskusi untuk kasus gigitan kalajengking pada fktp terapi apa yang disarankan dan Apakah ada indikasi khusus harus untuk dirujuk ke faskes...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.