Etiologi Gigitan Hewan
Etiologi gigitan hewan disebabkan oleh mikroorganisme yang terdapat pada mulut hewan. Mikroorganisme yang sering ditemukan pada kasus gigitan anjing adalah Pasteurella spp dan Capnocytophaga spp Infeksi oleh mikroorganisme lain seperti Bartonella, Streptobacillus moniliformis, Spirillum minus, dan Methicillin resistant S. aureus.
Etiologi
Pasteurella spp adalah kokobasilus gram negatif anaerobik yang dapat tumbuh di agar darah atau coklat. Bakteri ini dapat berkolonisasi pada traktus respiratorius atas berbagai jenis hewan. Anjing dan kucing adalah karier utama jenis bakteri ini, dan menyebabkan infeksi dengan jumlah yang signifikan. Pasteurella canis umum ditemukan pada anjing, sedangkan Pasteurella multocida umum ditemukan pada kucing.[4,14]
Capnocytophaga canimorsus merupakan bakteri gram negatif, kapnofilik yang berasal dari famili Flavobacteriaceae. C. canimorsus memiliki keterkaitan erat dengan gigitan anjing atau kucing (54% kasus), cakaran (8.5% kasus) dan jilatan hewan pada luka yang sebelumnya sudah ada (27% kasus).[15] Infeksi oleh C. canimorsus menimbulkan risiko yang signifikan untuk sepsis pada anak-anak yang telah menjalani splenektomi dan pasien imunokompromais.[4,16]
Tabel 1. Bakteri Patogen pada Luka Gigitan Hewan
Tipe gigitan | Mikroorganisme |
Anjing | Pasteurella spp., Streptococcus spp., Staphylococcus spp., Capnocytophaga canimorsus, Fusobacterium spp., Bacteroides spp., Prevotella spp., Porphyromonas spp., Propionibacterium spp., Peptostreptococcus spp. |
Kucing | Pasteurella spp., Streptococcus spp., Staphylococcus spp., Moraxella spp., Fusobacterium spp., Bacteroides spp., Prevotella spp., Porphyromonas spp. Propionibacterium spp. Peptostreptococcus spp. |
Tikus | Streptobacillus moniliformis, Spirillum minus, Salmonella spp. |
Babi | Aeromonas spp., P. aeruginosa, Actinobacillus spp. |
Monyet | Streptococci, Neisseria spp., Haemophilus influenzae, Herpes simiae (B virus) dan campuran bakteri aerob dan anaerob |
Sapi, Kuda | Polymicrobial, Actinobacillus spp. |
Sumber: dr. Luthfi, 2021.[4,14]
Faktor Risiko
Faktor risiko utama untuk gigitan hewan dapat berupa kepemilikan terhadap anjing dan kucing di lingkungan tempat tinggal. Tingkat interaksi yang tinggi, disertai ketidakmampuan untuk mengenali emosi hewan peliharaan dapat menyebabkan terjadinya gigitan pada saat berhubungan dengan hewan peliharaan.[17]
Faktor risiko utama gigitan hewan liar adalah bertempat tinggal di daerah dimana hewan liar dibiarkan bebas berkeliaran. Provokasi hewan liar dapat memicu agresivitas hewan dan berakibat pada kasus gigitan hewan liar. Selain itu, pada daerah bencana biasanya ditemukan banyaknya hewan liar, sehingga relawan kesehatan diberikan vaksinasi relawan kesehatan saat bencana.[1,17]
Berikut adalah beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya gigitan hewan liar, yaitu:
- Musim panas
- Usia anak dan lansia
- Hewan peliharaan tinggal di dalam rumah
- Perawatan hewan peliharaan yang
- Pemantauan kesehatan hewan yang buruk
- Tinggal di daerah dengan interaksi hewan dan manusia yang tinggi[17,18]
Gigitan anjing lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 2:1. Gigitan anjing banyak ditemui pada anak dengan rentang usia 5-9 tahun.[20,21] Anak usia prasekolah memiliki kecenderungan untuk mengalami luka pada kepala dan leher sedangkan anak dengan usia yang lebih tua lebih sering mengalami luka pada anggota gerak.
Hal ini karena anak pra sekolah memiliki ukuran kepala lebih besar, sehingga menyebabkan kepala menjadi target yang lebih mudah dicapai oleh hewan. Selain itu anak juga belum memiliki kemampuan motorik yang baik sehingga tidak dapat menunjukan upaya pertahanan diri yang baik.[19,22]
Berbeda dengan kasus gigitan anjing, kasus dengan penyebab gigitan kucing lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan rasio serupa, yaitu 2:1. Sebesar 25% kasus gigitan kucing terjadi pada pasien dengan usia dibawah 6 tahun, sedangkan 34% terjadi pada pasien dengan usia 6-17 tahun.[4,19]