Patofisiologi Gonorrhea
Patofisiologi gonorrhea atau gonore terjadi melalui adhesi bakteri Neisseria gonorrhoeae pada sel epitel, diikuti oleh invasi seluler lokal. Penularan bisa terjadi akibat kontak seksual maupun melalui jalan lahir saat proses persalinan.[1]
Mekanisme Adhesi Bakteri Gonorrhea
N. gonorrhoeae memiliki beberapa protein permukaan yang dapat menfasilitasi penempelan kuman pada host. Kuman menggunakan pili untuk memulai adhesi ke sel epitel. Pili yang menyerupai rambut ini menutupi semua permukaan bakteri dan memiliki kemampuan untuk memanjang dan memendek sehingga memungkinkan bakteri untuk menempel dari jarak jauh dan bergerak lebih dekat ke sel epitel. Pili juga memberikan motilitas dan perlindungan.
Protein permukaan lain yang terlibat dalam proses perlekatan seluler ini adalah protein terkait opasitas dan lipooligosakarida (LOS). LOS menempel pada sel sperma dan menyebabkan penularan dari pria ke pasangan seksual yang tidak terinfeksi.[1,3,5]
Invasi epitel serviks melibatkan sel bakteri yang berinteraksi dengan reseptor komplemen sel inang tipe 3 (CR3). Interaksi ini dapat terjadi akibat pengikatan pili ke CR3. Hal ini akan menginduksi proses penataan ulang yang luas dari aktin sel inang dan menghasilkan proyeksi berbentuk kerutan. Kerutan-kerutan ini memungkinkan gonokokus memasuki sel inang dalam vakuola besar yang dikenal sebagai makropinosom dan kemudian akan berkembang biak di dalam sel yang terinfeksi.
Selanjutnya N. gonorrhoeae menginduksi infeksi lokal pada lokasi anatomi inokulasinya yaitu uretra, serviks, faring, atau anus pada orang dewasa dan konjungtiva mata atau faring bayi baru lahir.[1,5]
Infeksi Gonokokus Diseminata
Gonokokus diklasifikasikan sebagai sensitif atau resisten serum berdasarkan sensitivitasnya terhadap aktivasi komplemen. Sebanyak 13% pasien yang mengalami infeksi diseminata mengalami defisiensi komplemen. Strain yang resisten terhadap serum berpotensi menyebabkan infeksi diseminata. Karakteristik antigenik dari protein permukaan masing-masing subtipe kuman penyebab gonorrhea berbeda-beda. Subtipe tertentu mampu menghindari respon imun dan memiliki kemungkinan lebih tinggi menyebabkan infeksi diseminata (sistemik).[6]
Infeksi gonokokus diseminata terjadi pada 1% kasus setelah infeksi genital. Bakteri yang menyebar ke darah dapat menginfeksi organ akhir lainnya, dengan temuan terbanyak pada kulit dan persendian. Pasien dengan infeksi diseminata dapat datang dengan gejala ruam, demam, artralgia, poliartritis migrasi, arthritis septik, tendonitis, tenosinovitis, endokarditis, atau meningitis.[7,8]
Perubahan pH vagina yang terjadi selama menstruasi, kehamilan, dan masa nifas membuat lingkungan vagina lebih cocok untuk pertumbuhan organisme dan memberikan peningkatan akses ke aliran darah. Oleh karena itu kerentanan diseminata meningkat jika infeksi mukosa primer terjadi selama menstruasi atau kehamilan. Hampir 75% kasus diseminata terjadi pada wanita.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Abi Noya
Direvisi oleh: dr. Qanita Andari