Penatalaksanaan Gonorrhea
Penatalaksanaan gonorrhea atau gonore adalah antibiotik yang umumnya diberikan pada kunjungan pertama. Identifikasi dan pengobatan pasangan pasien juga penting untuk mencegah infeksi ulang dan komplikasi.[15]
Terapi Medikamentosa Antibiotik
Pengobatan infeksi urogenital akibat gonorrhea pada pria dan wanita adalah dengan pemberian dosis intramuskular atau intravena ceftriaxone 1 g dosis tunggal. Regimen dan dosis ini juga direkomendasikan pada infeksi anorektal dan/atau infeksi orofaring. Apabila pemberian ceftriaxone tidak memungkinkan, beri alternatif cefixime 800 mg secara oral, lalu lakukan tes penyembuhan.[16]
Kombinasi dengan azithromycin 2 g secara oral dapat diberikan jika tes penyembuhan tidak memungkinkan dilakukan atau infeksi orofaringeal dicurigai atau terdiagnosa. Pasien dengan resistensi, atau alergi terhadap obat golongan sefalosporin, spectinomycin 2 g intramuskular atau gentamicin 240 mg intramuskular dapat diberikan sebagai alternatif dari oral azithromycin 2 g.[16]
Resistensi Antibiotik
Surveilans pola resistensi N. gonorrhoeae di seluruh dunia telah menunjukkan peningkatan resistensi terhadap beberapa kelas antibiotik termasuk penicillin, tetrasiklin, makrolida, dan fluorokuinolon. Tren yang sangat mengkhawatirkan dalam resistensi obat N. gonorrhoeae adalah penurunan kerentanan yang progresif terhadap sefalosporin dan azithromycin. Dari kelas obat sefalosporin, ceftriaxone memiliki tingkat resistensi obat gonokokal terendah dalam survei epidemiologis.[17-21]
Data surveilans juga menunjukkan bahwa pria yang melakukan hubungan seksual secara dominan dengan pria lain secara signifikan lebih mungkin untuk menunjukkan resistensi antimikroba terhadap semua kelas antibiotik untuk pengobatan gonorrhea.[22]
Pilihan pada Pasien Alergi Sefalosporin
Pada pasien yang alergi sefalosporin, pilihan terapinya adalah spectinomycin 2 g intramuskular atau gentamicin 240 mg intramuskular dosis tunggal. Obat alternatif ini diberikan sebagai pengganti azithromycin 2 g dosis tunggal. Efek samping gastrointestinal seperti muntah dapat terjadi dari regimen ini.[2,15]
Pilihan pada Pasien Ibu Hamil
Terapi infeksi gonorrhea pada ibu hamil pada dasarnya sama dengan kelompok pasien lain. WHO merekomendasikan pemberian ceftriaxone 1 g intramuskular dosis tunggal, dengan alternatifnya cefixime 800 mg lalu dilakukan tes penyembuhan.[16]
Pemantauan Terapi
Tes penyembuhan tidak perlu dilakukan untuk orang dengan infeksi tanpa komplikasi, kecuali untuk orang dengan gonorrhea faring dimana tes penyembuhan dianjurkan menggunakan kultur atau Nucleic acid amplification tests (NAAT) 7-14 hari setelah pengobatan awal. Dokter juga disarankan untuk melakukan pengujian kerentanan pada pasien yang gagal respon terhadap pengobatan dan menginfokan pada program kesehatan penyakit menular seksual setempat.[4,22]
Berobat Jalan atau Inap
Keputusan utama setelah diagnosis gonorrhea ditegakkan adalah apakah pasien berobat jalan atau rawat inap di rumah sakit. Untuk laki-laki pengobatan selalu rawat jalan untuk infeksi genital. Namun, rawat inap mungkin diperlukan bila ada komplikasi seperti infeksi gonokokal diseminata atau artritis gonokokal.
Pada wanita, penentuan rawat jalan atau inap relatif lebih sulit karena risiko komplikasi yang jauh lebih tinggi. Mengingat tingkat ketidakpatuhan pengobatan meningkatkan risiko infeksi ulang, pasien perlu dirawat inap bila ada risiko komplikasi seperti penyakit radang panggul.[2]
Kehamilan
Pasien hamil dengan gonorrhea sebaiknya dirawat inap. Pasien diberikan obat antibiotik parenteral untuk menurunkan kemungkinan komplikasi dan perburukan luaran kehamilan.
Penanganan Partner Seksual
Semua individu yang pernah melakukan kontak seksual dengan pasien yang didiagnosis gonorrhea dalam 60 hari terakhir setelah diagnosis harus dievaluasi dan diobati.
Pasien harus diminta untuk memberi tahu pasangan mereka tentang perlunya evaluasi dan pengobatan medis. Strategi alternatif adalah dengan memberikan terapi pasangan yang dipercepat, yaitu praktik klinis mengobati pasangan seks pasien yang didiagnosis dengan infeksi menular seksual (IMS) tanpa evaluasi formal dari pasangannya. Hal ini dilakukan dengan memberikan resep atau obat kepada pasien untuk diberikan kepada pasangannya.
Obat yang digunakan adalah dosis intramuskular tunggal ceftriaxone. Namun, dalam situasi ketika pemberian intramuskular tidak memungkinkan, dapat diberikan cefixime oral 800 mg. Berikat terapi klamidia jika kemungkinan koinfeksi tidak dapat dieksklusi.[4,23,24]
Rujukan
Pasien perlu dikonsultasikan pada spesialis bila mengalami kondisi berikut:
- Ginekolog: pasien dengan penyakit radang panggul yang berat dan untuk pasien hamil dengan penyakit menular seksual
- Anak: setiap penyakit menular seksual yang ditemukan pada anak
- Mata: setiap pasien dengan konjungtivitis gonokokal, karena penyakit ini dapat berkembang dengan cepat dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen[2,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Abi Noya
Direvisi oleh: dr. Qanita Andari