Etiologi Kolera
Etiologi kolera adalah bakteri Vibrio cholerae yang menular pada manusia melalui rute fekal-oral. Bakteri ini menghasilkan enterotoksin yang dapat memicu diare sekretorik akut profus. Infeksi Vibrio cholerae dikaitkan dengan sistem sanitasi yang buruk, di mana transmisi utama terjadi melalui air atau makanan yang terkontaminasi.
Vibrio cholerae merupakan bakteri basil gram negatif yang bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif. Bakteri ini memiliki bentuk seperti tanda koma, panjang 1–3 µm, dan diameter 0,5–0,8 µm. Struktur antigennya terdiri dari antigen flagela H dan somatik O. Dari sekitar 200 jenis Vibrio cholerae yang telah teridentifikasi, Vibrio cholerae O1 dan Vibrio cholerae O139 merupakan jenis yang berkaitan dengan kejadian epidemi.
Serogrup O1 kemudian diklasifikasikan berdasarkan serotipenya, yaitu serotipe Inaba, Ogawa, atau Hikojima. Selain itu, serogrup O1 juga dapat diklasifikasikan berdasarkan biotipenya, yaitu biotipe klasikal dan El Tor.[2-4]
Faktor Risiko
Faktor risiko kolera adalah komunitas yang memiliki sistem pengolahan air bersih yang buruk atau standar sanitasi personal maupun komunitas yang rendah. Secara umum, faktor risiko dapat ditelaah lebih lanjut sebagai faktor lingkungan dan faktor pejamu.
Faktor Lingkungan
Ekosistem utama Vibrio cholerae adalah di perairan (terutama laut), di mana bakteri ini hidup secara komensal dengan plankton krustasea yang berperan sebagai organisme pejamu normalnya. Risiko infeksi dapat meningkat karena peningkatan jumlah mikroba akibat perubahan cuaca, suhu air, salinitas air, konsentrasi nutrisi, dan jumlah alga.[2,3]
Transmisi sekunder dapat terjadi melalui rute fekal-oral, terutama dalam lingkup rumah tangga atau pemukiman dengan standar sanitasi buruk. Tinja penderita kolera bersifat sangat infeksius, di mana setiap mililiternya dapat mengandung 1 miliar Vibrios.[2,3]
Faktor Pejamu
Kondisi malnutrisi meningkatkan risiko terinfeksi kolera. Selain itu, peran asam lambung dalam menghambat inokulasi V. cholera sebelum mencapai usus juga cukup penting. Pasien yang mengalami perubahan asam lambung (akibat infeksi H. pylori, gastrektomi, penggunaan bloker histamin, atau penggunaan inhibitor pompa proton) memiliki risiko terinfeksi kolera lebih tinggi. Individu dengan golongan darah O juga lebih rentan terinfeksi kolera tetapi mekanismenya belum diketahui dengan jelas.[2,3]