Penatalaksanaan Kolera
Penatalaksanaan utama kolera adalah penggantian cairan dan koreksi elektrolit. Hal ini dikarenakan fatalitas kolera terutama terjadi akibat dehidrasi berat dan kehilangan elektrolit. Pasien dengan kolera ringan hingga sedang dapat ditata laksana dengan pemberian oral rehydration solution (ORS atau oralit). Namun, pasien dengan kolera berat biasanya membutuhkan cairan intravena.
Rehidrasi
Pada penelitian yang dilakukan di India, tambahan amylase-resistant starch pada ORS sesuai formula B WHO dilaporkan memberikan efek penurunan jumlah fecal-fluid yang keluar dan menurunkan durasi diare pada pasien remaja dan dewasa.[3,9]
Di beberapa daerah endemik, terdapat juga “Dhaka’s solution” yang mengandung kalium lebih tinggi daripada cairan Ringer Laktat. ORS disarankan untuk tetap diberikan pada pasien kolera berat (bila memungkinkan) bersama cairan intravena karena ORS lebih kaya akan glukosa dan elektrolit.[3]
Secara umum, rehidrasi pasien dilakukan dalam dua fase, yaitu fase rehidrasi (2–4 jam) dan fase maintenance (hingga diare berhenti). Indikasi rehidrasi jalur intravena adalah pasien dengan dehidrasi berat yang membutuhkan cairan 50–100 ml/kgBB/jam atau pasien yang tidak bisa menoleransi jalur oral. Cairan Ringer Laktat lebih dianjurkan daripada cairan normal salin karena dapat mengoreksi asidosis metabolik.
Pada fase maintenance, penggantian cairan terus dilakukan hingga diare berhenti dan disarankan untuk dilakukan dengan ORS 800–1000 ml/jam. Namun, bila volume feses yang keluar masih >10 ml/kg/jam, jalur intravena lebih disarankan. Pasien dapat dipulangkan bila toleransi oral minimal mencapai 1000 ml/jam, volume urine minimal mencapai 40 ml/jam, dan volume feses maksimal mencapai 400 ml/jam.[4]
Medikamentosa
Pemberian zink pada anak-anak juga disarankan karena dapat mengurangi durasi diare hingga 12% dan menurunkan pengeluaran volume feses hingga 11% bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Pemberian antibiotik juga menjadi aspek penting dalam tata laksana kolera karena dapat mempercepat penyembuhan, menurunkan kebutuhan rehidrasi cairan, serta mengurangi waktu ekskresi bakteri di feses menjadi 1–2 hari (sehingga durasi transmisi lebih rendah). Namun, antibiotik hanya disarankan untuk kolera dengan dehidrasi berat yang sudah berhasil direhidrasi dan sudah tidak disertai muntah.
Pada kebanyakan negara, doxycycline digunakan sebagai terapi utama pada orang dewasa sementara azithromycin digunakan sebagai terapi utama pada ibu hamil dan anak-anak. Selain itu, antibiotik lain yang efektif untuk kolera adalah erythromycin, ciprofloxacin, dan trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX).[2-4,10,11]
Manajemen Nutrisi
Intervensi nutrisi pada pasien kolera meliputi pemberian diet tinggi energi setelah defisit cairan teratasi untuk mencegah malnutrisi, mengatasi komplikasi hipokalemia, dan mengatasi hipoglikemia. Pada pasien anak-anak yang masih dapat mengonsumsi ASI atau makanan, pemberian ASI dan makanan perlu diteruskan bersama ORS.[3,10,11]