Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Mononukleosis EBV general_alomedika 2023-05-03T14:53:50+07:00 2023-05-03T14:53:50+07:00
Mononukleosis EBV
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Mononukleosis EBV

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami
Share To Social Media:

Diagnosis mononukleosis virus Epstein-Barr (EBV) dapat dicurigai berdasarkan adanya gejala klasik, yaitu demam, faringitis, dan limfadenopati. Namun, gejala ini tidak selalu tampak jelas, sehingga pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan. Pemeriksaan pilihan untuk diagnosis mononukleosis EBV adalah tes antibodi heterofil.[7]

Anamnesis

Gejala klasik dari mononukleosis adalah demam, faringitis, dan limfadenopati. Keluhan umumnya timbul perlahan dalam waktu 1–2 minggu, di mana pasien bisa mengeluhkan gejala lain, seperti nyeri tenggorokan, lemas, nyeri kelenjar getah bening, sakit kepala, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Sering kali, pasien mengira gejala yang dialami adalah influenza.

Masa inkubasi mononukleosis infeksius pada remaja dan dewasa adalah sekitar 30–50 hari, dengan masa inkubasi yang lebih pendek pada anak. Umumnya, pasien tidak mengingat riwayat kontak dengan individu lain yang mengalami faringitis.[1-3,7,8]

Pemeriksaan Fisik

Tanda yang dapat ditemui pada pasien dengan mononukleosis infeksius adalah demam, limfadenopati, faringitis, bercak kemerahan, edema periorbital, petechiae palatum, jaundice, hepatomegali, dan splenomegali. Limfadenopati sering terjadi di area servikal posterior tetapi dapat juga terjadi di area aksilaris dan inguinal.

Pada mononukleosis, umumnya terdapat eksudat tonsilar pada faringitis yang dapat diikuti oleh pembesaran tonsil. Bercak kemerahan pada kulit umumnya berupa bercak makulopapular.[2,3,7,13]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding mononukleosis adalah infeksi patogen lain, seperti cytomegalovirus (CMV), adenovirus, virus hepatitis A, HIV, toxoplasma, rubella, dan Streptococcus yang menyebabkan faringitis. Infeksi CMV memiliki gejala yang menyerupai mononukleosis EBV tetapi bercak kulit makulopapular, hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati jarang ditemukan.

Adanya petechiae palatum dapat membedakan mononukleosis dari faringitis viral lain tetapi tidak dapat membedakannya dari faringitis Streptococcus grup A. Hal yang mungkin dapat membedakan mononukleosis dari faringitis Streptococcus grup A adalah jarangnya ditemukan hepatomegali maupun splenomegali pada faringitis Streptococcus grup A.[3,7]

Pada toxoplasmosis, umumnya terdapat riwayat konsumsi daging yang belum matang atau riwayat berkontak dengan kucing. Pada infeksi HIV, gejala yang bisa membedakan adalah penurunan berat badan dan diare kronis.[1-3,13]

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis mononukleosis EBV dapat ditegakkan melalui pemeriksaan serologi antibodi heterofil maupun antibodi spesifik EBV. Tes laboratorium darah lengkap juga mungkin dilakukan. Akan tetapi, pemeriksaan radiologis biasanya tidak diperlukan.

Antibodi Heterofil

Pada 80–90% kasus mononukleosis, antibodi heterofil akan diproduksi oleh tubuh. Tes antibodi heterofil (tes monospot) memiliki prosedur yang cukup cepat dan tidak mahal, dengan akurasi 71–90% untuk diagnosis mononukleosis. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 63–84% dan spesifisitas 84–100%.

Pemeriksaan antibodi heterofil dapat memberikan hasil negatif palsu di minggu pertama dan kedua dari munculnya gejala. Hal ini dikarenakan level antibodi heterofil memuncak pada minggu ke-2 sampai ke-6 setelah infeksi. Jika pemeriksaan pertama menunjukkan hasil negatif, pemeriksaan antibodi heterofil perlu diulang kembali setiap minggunya selama 6 minggu. Jika hasil pemeriksaan tetap negatif selama 6 minggu berturut-turut, pemeriksaan antibodi spesifik EBV perlu dilakukan.[3,13,16]

Antibodi Spesifik EBV

Pemeriksaan antibodi spesifik EBV memakan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal daripada pemeriksaan antibodi heterofil. Tes ini memiliki sensitivitas hingga 97% dan spesifisitas hingga 94% untuk mendiagnosis EBV. Adanya IgM mengonfirmasi mononukleosis infeksius, sementara hasil negatif dapat mengeksklusikan mononukleosis.

Titer IgM mencapai puncak setelah 4–8 minggu dan akan tetap memberikan hasil positif hingga 1 tahun. Adanya IgG menunjukkan imunitas dari infeksi sebelumnya. Tes antibodi spesifik EBV ini bermanfaat ketika pemeriksaan antibodi heterofil menunjukkan hasil negatif dan diagnosis mononukleosis masih belum dapat dieksklusi.[3,13]

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap mungkin menunjukkan limfositosis dengan diferensial limfosit melebihi 50%. Leukositosis, trombositopenia, dan peningkatan enzim hati juga dapat ditemukan. Beberapa pasien juga mengalami anemia.[2,7]

Referensi

1. Hoover K, Higginbotham K. Epstein Barr Virus. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559285/
2. Mohseni M, Boniface MP, Graham C. Mononucleosis. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470387/
3. Burke AC. Epstein-Barr Virus (EBV) Infectious Mononucleosis (Mono). Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/222040-overview
7. Jenson HB. Epstein-Barr virus. Pediatrics in Review-Elk Grove. 2011;32(9):375.
8. Odumade OA, Hogquist KA, Balfour HH. Progress and problems in understanding and managing primary Epstein-Barr virus infections. Clinical Microbiology Reviews. 2011;24(1):193-209.
13. Womack JP, Jimenez M. Common questions about infectious mononucleosis. American Family Physician. 2015;91(6):372-6.
16. Stuempfig ND, Seroy J. Monospot Test. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539739/

Epidemiologi Mononukleosis EBV
Penatalaksanaan Mononukleosis EBV

Artikel Terkait

  • Red Flag Limfadenopati Servikal
    Red Flag Limfadenopati Servikal
  • Kaitan Virus Epstein-Barr dengan Multiple Sclerosis
    Kaitan Virus Epstein-Barr dengan Multiple Sclerosis
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 23 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.