Prognosis Mononukleosis EBV
Prognosis mononukleosis virus Epstein-Barr (EBV) umumnya baik. Mayoritas pasien dapat sembuh tanpa sekuele dan dapat mengembangkan imunitas seumur hidup untuk mengontrol EBV yang dorman dalam tubuh. Namun, sebagian kecil pasien dapat mengalami keganasan akibat EBV. Selain itu, ada kemungkinan komplikasi penyakit seperti ruptur limpa dan obstruksi saluran pernapasan.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus mononukleosis adalah perdarahan limpa dan ruptur limpa. Ruptur limpa terjadi pada 0,1–0,5% pasien, di mana risikonya meningkat pada 3 minggu pertama periode infeksi. Selain itu, komplikasi lain adalah obstruksi jalan napas akibat pembengkakkan tonsil dan kelenjar limfa. Obstruksi jalan napas pada kasus ini sebenarnya jarang tetapi umumnya terjadi pada anak-anak.
Tata laksana obstruksi jalan napas dapat berupa pemberian kortikosteroid, trakeostomi, atau intubasi. Komplikasi lain seperti anemia hemolitik, trombositopenia, anemia aplastik juga dilaporkan terjadi pada 25–50% kasus. Komplikasi neurologis seperti sindrom Guillain-barre, meningitis, paralisis fasial terjadi pada 1–5% kasus.[2,13,19]
Prognosis
Mononukleosis merupakan penyakit yang bersifat self-limiting, sehingga prognosis pasien umumnya cukup baik. Mayoritas pasien akan sembuh tanpa sekuele dan akan memiliki imunitas seumur hidup untuk menekan virus yang dorman dalam tubuh.
Fase akut penyakit ini akan membaik sekitar minggu kedua infeksi tetapi beberapa gejala mungkin masih dirasakan hingga beberapa bulan. Sekitar 20% pasien mengeluh kelelahan yang menetap pada bulan kedua dan sekitar 13% pasien mengalaminya hingga bulan keenam.[1,2,7,20]