Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Mononukleosis EBV general_alomedika 2023-05-03T14:52:53+07:00 2023-05-03T14:52:53+07:00
Mononukleosis EBV
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Mononukleosis EBV

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami
Share To Social Media:

Patofisiologi mononukleosis virus Epstein-Barr (EBV) atau “kissing disease” meliputi infeksi EBV pada sel limfosit B, yang dapat meluas ke sistem retikuloendotelial dan sistem limfatik. Transmisi EBV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, terutama saliva. Jalur transmisi lain seperti transplantasi organ dan transfusi darah jarang dilaporkan dan masih dipelajari lebih lanjut.[3,4]

Infeksi Virus Epstein-Barr pada Sel Limfosit B

Setelah transmisi EBV terjadi, virus dapat langsung menginfeksi sel limfosit B di tonsil atau sel epitel orofaring yang pada akhirnya juga menginfeksi sel B. Masuknya EBV ke dalam sel epitel terjadi melalui fusi langsung antara membran virus dengan membran sel. Sementara itu, untuk menginfeksi sel B, diperlukan ikatan EBV gp350/220 ke CD 21 dan ikatan gH/gL/gp42 ke molekul HLA II di permukaan sel.

Masa inkubasi mononukleosis diperkirakan berlangsung 32–49 hari. Fase akut infeksi terjadi ketika replikasi virus meningkat di rongga mulut dan darah perifer. Sebagian besar jumlah virus berada di dalam sel B, sementara sejumlah kecilnya dilepaskan ke plasma. Berikutnya, EBV dapat menyebar ke seluruh sistem retikuloendotelial (RES), seperti hati, limpa, dan kelenjar getah bening.[2-6]

Virologi Virus Epstein-Barr

Setelah infeksi primer, EBV dapat berdiam dalam sel B memori dengan level virus yang rendah (~1 dalam 10.000–100.000 sel B) atau mengubah ekspresi sel B. Terdapat empat jenis perubahan yang dapat terjadi pada sel limfosit B jika dilihat dari ekspresi antigennya. Pada latensi III, sel B sangat replikatif dan mengekspresikan antigen EBV nuklear (EBNAs), LMP, dan RNA EBV (EBER).

Sementara itu, pada jenis latensi II, sel akan mengekspresikan EBNA-1, LMP-1 dan LMP-2. Sel-sel ini dikatakan berperan sebagai prekursor keganasan yang disebabkan oleh EBV. Pada latensi I, sel B hanya mengekspresikan EBNA1, yang berperan dalam replikasi genom virus selama pembelahan. Lalu, pada latensi 0, ekspresi gen virus akan tetap diam dan proses infeksi tidak terdeteksi oleh sistem imun tubuh.[4-6]

Respons Imun terhadap Infeksi Virus Epstein-Barr

Sel limfosit B yang terinfeksi oleh EBV dapat mengaktivasi respons imun humoral dan seluler tubuh terhadap virus. Respons imun terinisiasi ketika viral load mulai terdeteksi di orofaring dan di darah perifer. Pada mayoritas kasus mononukleosis, tubuh akan memproduksi antibodi, yaitu antibodi heterofil yang secara langsung menyerang struktur protein virus.

Sementara itu, respons imun oleh sel natural killer (NK) dan sel T CD8 berperan dalam mengontrol proliferasi sel B yang terinfeksi dengan menekan profilerasi sel terinfeksi melalui fungsi sitotoksiknya. Respons seluler limfosit T yang efisien dan cepat berperan penting dalam menekan proliferasi EBV dalam jangka waktu yang lama. Pada kondisi di mana respons sel T tidak efisien dan proliferasi sel B tidak terkontrol, dapat timbul keganasan limfosit B.[3,4,7]

 

Referensi

2. Mohseni M, Boniface MP, Graham C. Mononucleosis. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470387/
3. Burke AC. Epstein-Barr Virus (EBV) Infectious Mononucleosis (Mono). Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/222040-overview
4. Dunmire SK, Verghese PS, Balfour Jr HH. Primary Epstein-Barr virus infection. Journal of Clinical Virology. 2018;102:84-92.
5. Stanfield BA, Luftig MA. Recent advances in understanding Epstein-Barr virus. F1000Research. 2017;6.
6. Kimura H, Kwong YL. EBV viral loads in diagnosis, monitoring, and response assessment. Frontiers in Oncology. 2019 Feb 12;9:62.
7. Jenson HB. Epstein-Barr virus. Pediatrics in Review-Elk Grove. 2011;32(9):375.

Pendahuluan Mononukleosis EBV
Etiologi Mononukleosis EBV

Artikel Terkait

  • Red Flag Limfadenopati Servikal
    Red Flag Limfadenopati Servikal
  • Kaitan Virus Epstein-Barr dengan Multiple Sclerosis
    Kaitan Virus Epstein-Barr dengan Multiple Sclerosis
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 23 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.