Pendahuluan Salmonellosis
Salmonellosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella sp. Bakteri ini masuk secara oral melalui makanan ataupun minuman yang terkontaminasi. Bakteri Salmonella dapat menimbulkan gangguan saluran cerna pada manusia, terutama diare. Risiko mengalami salmonellosis lebih tinggi pada populasi tertentu, misalnya anak berusia di bawah 5 tahun, lansia, pasien imunokompromais, dan orang yang mengonsumsi makanan yang sudah dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang.
Pada populasi tersebut, risiko terjadinya infeksi Salmonella yang invasif juga lebih tinggi. Infeksi Salmonella disebut invasif apabila sudah mempengaruhi sistem organ selain pencernaan, termasuk menyebabkan bakteremia, osteomyelitis, dan meningitis. Meskipun jarang terjadi, infeksi invasif dapat menjadi berat dan mengancam nyawa.[1-3]
Penegakan diagnosis salmonellosis dilakukan melalui pemeriksaan klinis dan didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium yang sesuai, salah satunya adalah kultur feses. Kebanyakan kasus salmonellosis ditandai dengan adanya diare, demam, dan kram perut. Gejala biasanya mulai 6 jam sampai 6 hari setelah infeksi dan berlangsung 4-7 hari.[1,3,4]
Kebanyakan kasus salmonellosis bersifat swasirna, sehingga tata laksana umumnya cukup dengan pemberian cairan rehidrasi yang sesuai untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Meski demikian, pada pasien imunokompromais, atau individu berusia di atas 50 tahun dengan penyakit jantung, pembuluh darah, memiliki kelainan sendi yang bermakna, maupun pada kelompok gejala berat, dibutuhkan pemberian antibiotik. Saat ini, antibiotik yang dianjurkan adalah azithromycin.[4]