Patofisiologi Spondilitis Tuberkulosis
Patofisiologi spondilitis tuberkulosis (TB) dimulai dari penyebaran hematogen bakteri ke dalam pembuluh darah spinal. Spondilitis TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) sama seperti tuberkulosis paru. Penularan MTB diawali dengan droplet aerosol yang terhirup dan menyebabkan infeksi primer yang biasanya terjadi pada paru. Lokasi primer lain yang bisa terjadi adalah kelenjar getah bening, saluran pencernaan, dan lokasi viseral lain.[2,3]
Penyebaran Hematogen Mycobacterium tuberculosis
Penyebaran hematogen merupakan mekanisme utama terbentuknya spondilitis TB. Penyebaran dapat terjadi melalui arteri maupun vena. Penyebaran dapat terjadi melalui arteri spinalis anterior dan posterior untuk akhirnya mencapai daerah tulang spongiosa vertebra, dengan tempat yang paling sering terjadi adalah antara vertebra torakal dan lumbal.
Infeksi dapat menyebar ke daerah anteroinferior vertebra melalui pleksus vena paravertebral tanpa katup Batson dan dengan bantuan tekanan intraabdomen dan intratorakal. Infeksi dapat makin meluas melalui ligamen longitudinal anterior untuk menginfeksi vertebra yang berdekatan. Paradiskus, sentral, non-osseus anterior dan posterior adalah lokasi spondilitis TB yang sering ditemui.[2,3]
Infeksi Paradiskus
Pada lesi paradiskus, infeksi terjadi pada sumsum merah belakang subkondral yang menyebabkan kerusakan diskus. Kerusakan diskus ini juga melibatkan bagian anterior dari vertebra sehingga terjadi kifosis.
Abses intraosseus dan ekstraosseus juga dapat terjadi pada lokasi ini yang meningkatkan risiko kerusakan sumsum tulang belakang dan paraplegia. Tingginya vaskularisasi diskus vertebra pada usia muda menyebabkan lokasi infeksi paradiskus lebih banyak ada pada kelompok usia yang lebih muda.[3]
Infeksi Sentral
Pada lokasi sentral, infeksi MTB terjadi pada tengah korpus vertebra yang menyebabkan kerusakan korpus, sering tanpa kerusakan diskus. Hasil akhir dari lesi ini adalah kompresi dari vertebra.[3]
Lesi Anterior dan Posterior
Lesi anterior atau non-osseus tidak melibatkan tulang dan diskus dari kolumna spinalis. Pembentukan abses terjadi dan menyebar melalui ligamen longitudinal anterior ke beberapa vertebra yang berdekatan. Abses yang terbentuk merupakan granuloma.
Seiring perkembangan granuloma, periosteum terangkat yang menyebabkan devaskularisasi tulang, dan akhirnya terjadi nekrosis dan deformitas. Lesi posterior terjadi dengan cara yang sama seperti anterior namun dengan menggunakan ligamen longitudinal posterior.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha