Penatalaksanaan Flu Babi
Penatalaksanaan dari flu babi secara umum adalah penatalaksanaan suportif dan pada kasus tertentu membutuhkan antiviral. CDC juga menyarankan bagi pasien yang sudah positif flu babi, sebaiknya dirawat dalam ruang isolasi, dan tenaga kesehatan yang merawat juga disarankan untuk menggunakan masker tipe N-95, serta alat pelindung diri selama berkontak dengan pasien. [1]
Perawatan Ruang Isolasi
Perawatan di ruang isolasi dibutuhkan pada pasien yang terinfeksi dengan virus influenza H1N1 yang membutuhkan rawat inap dan rawat jalan, terutama pada saat pandemi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran virus H1N1 yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Selain itu, dikarenakan flu babi juga bersifat pandemi, maka perawatan ruang isolasi juga dapat menurunkan angka penularan flu babi di masyarakat. Kriteria rawat inap pada pasien yang terinfeksi flu babi, yaitu apabila didapati adanya gagal napas, gangguan hemodinamik tidak stabil, penggunaan antiviral oral tanpa adanya perbaikan, dan apabila ada tanda sianosis. [1]
Penatalaksanaan Suportif
Penatalaksanaan flu babi sebagian besar bersifat suportif. Tatalaksana ini terdiri dari beberapa yang saling melengkapi, yaitu :
- Tirah baring saat keluhan muncul sampai keluhan hilang dan menghindari berhubungan dengan orang sekitar seminimal mungkin
- Meningkatkan konsumsi cairan harian
- Obat-obatan simptomatik : obat batuk saat batuk, antipiretik saat demam, dan analgesik pada nyeri [14]
Apabila flu babi didapatkan dalam derajat berat, maka rawat inap serta rehidrasi intravena dibutuhkan. Kriteria flu babi derajat berat, ataupun kriteria flu babi yang membutuhkan rawat inap adalah ditemukannya gejala gagal napas, nyeri dada, penurunan kesadaran, hipotensi, hemoptysis, dan tanda sianosis. Keadaan ini membutuhkan pemasangan alat intubasi pernafasan apabila sudah didapatkan keadaan gagal nafas pada pasien dengan progresivitas penyakit yang cepat. Observasi terhadap kemajuan penatalaksanaan juga dibutuhkan dalam menangani pasien yang terinfeksi flu babi. [1,15,16]
Selain itu, rawat inap juga dibutuhkan pada pasien anak dengan penurunan kesadaran, demam tinggi yang persisten, asupan nutrisi buruk, gejala neurologis, dan gagal napas. [1]
Penatalaksanaan Antiviral
Antiviral tersedia dan diindikasikan pada pasien dengan influenza dan beberapa menunjukan keuntungan bagi pasien. Akan tetapi klinisi harus tetap memikirkan risiko dan manfaat yang ditimbulkan dari agen antiviral tersebut. Salah satu risiko pemberian antiviral adalah beberapa efek samping yang ditimbulkan seperti efek gastrointestinal seperti mual dan muntah sampai berat seperti kelainan kulit (sindrom steven-johnson,eritema multiforme) dan gangguan neuropsikiatri seperti acute confusional disorder. [17,18]
Antiviral direkomendasikan secepatnya pada pasien dengan diagnosa terkonfirmasi flu babi atau pasien dengan dugaan flu babi yang :
- Dalam perawatan rawat inap
- Memiliki gejala berat, komplikasi dan progresif
- Masuk dalam kelompok dengan risiko komplikasi influenza [17]
Beberapa populasi dengan risiko komplikasi influenza tersebut adalah sebagai berikut :
- Anak-anak < 2 tahun
- Pasien lansia usia 65 tahun keatas
- Pasien dengan keadaan penyakit paru kronis, kardiovaskular, hematologi, pasien dengan gangguan metabolik (diabetes mellitus), pasien dengan gangguan neurologi
- Pasien imunokompromais
- Ibu hamil atau wanita pasca melahirkan
- Pasien dengan BMI > 40 [17]
Pemberian antiviral secepatnya (dalam 48 jam pasca keluhan timbul) pada kelompok risiko tinggi ini memiliki beberapa keuntungan. Berdasarkan penelitian observasional, pemberian antiviral ini menguntungkan pada pasien dalam perawatan rawat inap karena dapat mencegah terjadinya gagal napas dan kematian. [17]
Pada populasi selain diatas, pemberian antiviral memberikan keuntungan memendekkan gejala dalam 0.5 - 1.5 hari. Akan tetapi, ditemukan banyak kasus terjadinya resistensi virus terhadap antiviral dan sampai saat ini belum ditemukan panduan secara menyeluruh mengenai penggunaan antiviral. Sehingga lama penggunaannya harus dalam observasi ketat klinisi. [17,19]
Beberapa antiviral yang digunakan dalam penatalaksanaan pada flu babi adalah dengan menggunakan obat golongan neuraminidase inhibitor, contohnya oseltamivir dan zanamivir. Alternatif antiviral lain yang digunakan untuk penatalaksanaan flu babi adalah obat golongan M2 inhibitor, contohnya amantadine dan rimantadine.
Oseltamivir :
Dosis Dewasa : 2 x 75 mg kapsul , diberikan selama 5 hari
Dosis Anak :
Dosis pemberian oseltamivir diberikan berdasarkan berat badan anak :
- Anak dengan berat badan <15 kg : 60 mg per hari dibagi menjadi 2 dosis
- Anak dengan berat badan 15-23 kg : 90 mg per hari dibagi menjadi 2 dosis
- Anak dengan berat badan 24-40 kg : 120 mg per hari, dibagi menjadi 2 dosis
- Anak dengan berat badan lebih dari 40 kg : 150 mg per hari dibagi menjadi 2 dosis [1,3,16]
Zanamivir :
Dewasa dan anak diatas 7 tahun : 2 x 5 mg per hari secara inhalasi. [1,3,16]
Alternatif antiviral lain yang pernah digunakan untuk penatalaksanaan flu babi adalah obat golongan M2 inhibitor, contohnya amantadine dan rimantadine, namun saat ini sudah tidak lagi digunakan karena virus H1N1 sudah resisten terhadap golongan obat ini. [3,16]
Penatalaksanaan pada Populasi Khusus
Penatalaksanaan flu babi pada wanita hamil dan pada populasi usia lanjut berdasarkan rekomendasi WHO tidak ada perbedaan dengan penatalaksanaan flu babi pada umumnya. Pengobatan antiviral yang wajib diberikan adalah Oseltamivir. Oseltamivir dapat diberikan pada wanita hamil, dan semua usia, termasuk populasi usia lanjut, bayi, dan anak-anak. [1]