Edukasi dan Promosi Kesehatan Demam Tifoid
Edukasi dan promosi kesehatan untuk demam tifoid terkait perbaikan sanitasi lingkungan, pengelolaan makanan yang bersih, serta pemberian vaksin tifoid. Pasien yang terkonfirmasi demam tifoid perlu diinformasikan mengenai cara konsumsi antibiotik yang benar serta tanda bahaya demam tifoid.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dengan demam tifoid meliputi pemberian informasi kepada pasien dan keluarga mengenai penularan infeksi secara fekal oral. Dengan demikian, pengolahan makanan dan sanitasi lingkungan, termasuk air yang dikonsumsi perlu dievaluasi dan diperbaiki.[1,19]
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien demam tifoid antara lain adalah:
- Antibiotik harus dikonsumsi sesuai jadwal pemberian
- Pasien demam tifoid harus selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap selesai memakai kamar mandi, buang air di jamban dan tidak menyiapkan makanan bagi orang lain
- Melakukan pemeriksaan kultur feses untuk mengetahui apakah menjadi karier kronik atau tidak setelah sembuh dari demam tifoid
- Bila kultur feses tidak tersedia, edukasi untuk tidak mengolah makanan untuk orang lain selama masih infeksius, yaitu kurang lebih 1 tahun[1,2,7,9]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit untuk demam tifoid adalah edukasi pola hidup bersih dan sehat, serta vaksinasi tifoid. Demam tifoid paling sering ditemukan di daerah dengan kesulitan akses air bersih, padat penduduk dan sanitasi yang buruk. Vaksinasi tifoid di Indonesia oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disarankan untuk diberikan untuk anak usia >2 tahun dengan pengulangan setiap 3 tahun.[1,7,9,19,24]
Akan tetapi, perlu menjadi perhatian bahwa efektivitas vaksin dalam mencegah penyakit demam tifoid adalah 50% sampai 80% saja. Maka dari itu, setiap orang yang telah menerima vaksin tifoid tetap harus menjalankan protokol kebersihan tangan dan pola hidup bersih dan sehat.[1,19]
Vaksin Tifoid
Saat ini dikenal dua tipe vaksin tifoid, yaitu vaksin tidak terkonjugasi kapsular polisakarida Vi melalui rute intramuskular (IM). Vaksin ini diperuntukan bagi kelompok usia ≥2 tahun dan vaksin oral hidup yang dilemahkan untuk kelompok usia >6 tahun.[1,20]
Pemberian vaksin tidak terkonjugasi kapsular polisakarida Vi setidaknya sudah diberikan 2 minggu sebelum melakukan perjalanan ke daerah endemik. Selanjutnya booster perlu diberikan setiap 3 tahun sekali.
Sedangkan vaksin oral hidup yang dilemahkan (Ty21a strain of serotype Typhi) diberikan kepada mereka yang akan bepergian ke daerah endemik atau memiliki risiko kontak dengan karier kronik Salmonella typhi.[1,20]
Vaksin tifoid oral diberikan dengan dosis 4 kapsul yang diminum satu kapsul per hari setiap dua hari sekali. Vaksinasi oral ini setidaknya sudah harus selesai diberikan 1 minggu sebelum kemungkinan kontak dengan bakteri Salmonella typhi dan selanjutnya booster dapat diberikan tiap 5 tahun sekali. Vaksin oral ini mengandung bakteri hidup, sehingga dikontraindikasikan bagi wanita hamil dan pasien imunokompromais.[1,22]
Saat ini sedang dikembangkan dan diteliti keamanan dan efektivitasnya sebuah vaksin tifoid tipe ketiga. Vaksin ini terutama direkomendasikan untuk negara endemik demam tifoid, yaitu vaksin typhoid conjugate vaccines (TCVs). Vaksin ini diberikan dalam dosis tunggal secara IM.[1]
Kelebihan TCVs adalah dapat diberikan pada pasien berusia 6 bulan keatas. Berdasarkan studi fase II yang dilakukan pada subjek bayi berusia 6–24 bulan di Indonesia, vaksin Salmonella typhi konjugat polysaccharide-diphtheria toxoid (Vi-DT) tergolong aman setelah pemantauan selama 1 bulan post vaksinasi.[1,21]
Berdasarkan studi Cochrane, vaksin Ty21a dan Vi polysaccharide efektif untuk mencegah demam tifoid pada dewasa dan anak lebih dari 2 tahun di daerah endemis.[22]
Upaya Pencegahan Bagi Pelancong yang Berencana untuk Pergi ke Daerah Endemik
Pelancong yang akan pergi ke daerah endemis disarankan untuk mendapatkan vaksinasi tifoid. Vaksinasi tifoid dapat berupa vaksin kapsular polisakarida Vi dengan dosis 0,5 mL (25 μg) IM pada ≥2 minggu sebelum bepergian. Bentuk oral juga dapat direkomendasikan sesuai dengan penjelasan di atas.
Berikut rekomendasi lain yang penting untuk diperhatikan saat berada di daerah endemik demam tifoid:
- Makan makanan yang telah dimasak hingga matang dan masih hangat saat dihidangkan
- Menghindari konsumsi susu mentah. Sebaiknya hanya mengonsumsi susu yang telah menjalani teknik perebusan atau pasteurisasi
- Hindari minum es kecuali es tersebut dibuat dari air yang bersih dan aman
- Bila ragu terhadap kebersihan air minum, sebaiknya air direbus terlebih dahulu sebelum dikonsumsi
- Mencuci tangan dengan air dan sabun terutama setelah berkontak dengan hewan peliharaan, hewan ternak atau setelah keluar dari kamar mandi
- Sebelum dikonsumsi, sayur dan buah harus dicuci dengan baik, bila memungkinkan setiap sayur dan buah yang akan dikonsumsi harus dikupas terlebih dahulu[7]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli