Edukasi dan Promosi Kesehatan Depresi Postpartum
Edukasi dan promosi kesehatan depresi postpartum penting untuk melawan dogma bahwa gejala depresi pada ibu baru melahirkan adalah perubahan fisiologis normal terkait persalinan. Penting diketahui bahwa prevalensi kondisi ini cukup tinggi, sehingga semua wanita sebaiknya dilakukan skrining terhadap depresi postpartum pada masa nifas.[1,2,11]
Edukasi Pasien
Faktor paling penting bagi seorang ibu yang baru melahirkan adalah dukungan sosial, sehingga perlu dilakukan edukasi pada pasangan atau anggota keluarga lainnya yang berperan sebagai support system. Edukasi sebaiknya disampaikan setiap pemeriksaan antenatal.[2]
Dukungan sosial ini juga bermanfaat untuk mengatasi rasa bersalah atau rasa disalahkan karena gangguan yang dialami ibu saat berinteraksi dan merawat anak. Hal ini sangat penting untuk mencegah komplikasi depresi postpartum, baik bunuh diri maupun pembunuhan bayi.[2]
Ibu yang mengalami depresi postpartum disarankan untuk tetap berinteraksi dengan bayinya. Bila memungkinkan, sebaiknya ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya.[8,26]
Selain itu, ibu disarankan untuk berolahraga karena efektif dalam menurunkan gejala-gejala depresi postpartum.[22,25]
Upaya Pengendalian Penyakit
Berbagai intervensi psikososial bisa digunakan sebagai metode pencegahan depresi postpartum. Intervensi ini bisa diberikan pada periode antenatal atau segera setelah melahirkan, terutama bagi wanita yang mempunyai faktor risiko.[1,11]
Intervensi antenatal yang bisa dilakukan mencakup psikoterapi keluarga, persiapan dukungan sosial, dan psikoterapi interpersonal. Intervensi postnatal yang bisa dilakukan adalah home visit oleh perawat secara intensif pada ibu yang berisiko, sampai 16 minggu pasca melahirkan. Skrining dan penanganan segera pada periode perinatal sampai 4 minggu setelah melahirkan oleh bidan juga terbukti efektif.[1,11]
Menyusui bayi secara eksklusif juga dilaporkan merupakan salah satu metode yang efektif melindungi ibu dari depresi.[8,26]
Edukasi mengenai prevalensi, faktor risiko, dan gejala-gejala depresi postpartum juga bisa digunakan untuk pencegahan atau untuk memperbaiki outcome, termasuk mempersingkat durasi dan meringankan gejala depresi postpartum.[19]
Terdapat studi meta analisis yang menemukan hubungan antara vitamin D dan depresi postpartum. Namun, semua penelitian yang terdapat mengenai topik ini berupa studi prospektif dan case control.[27]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini