Patofisiologi Depresi Postpartum
Patofisiologi depresi postpartum hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, di mana terdapat beberapa teori termasuk faktor genetik, hormonal, dan psikologis. Stresor kehidupan sosial dipercaya berperan dalam perkembangan depresi postpartum.[2,4]
Perubahan Kadar Hormon setelah Plasenta Lahir
Setelah plasenta lahir, kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG), estrogen, dan progesteron turun drastis dalam 2 minggu pertama. Turunnya kadar progesteron secara cepat dihipotesiskan sebagai penyebab depresi postpartum. Sedangkan penurunan estrogen secara cepat mencetuskan peningkatan sensitivitas reseptor dopamin yang menyebabkan episode psikotik postpartum pada wanita dengan bipolar.[2,4]
Disregulasi Aksis HPA
Disregulasi aksis hypothalamic–pituitary-adrenocortical (HPA) juga merupakan salah satu penemuan biologis konsisten pada gangguan mood. Aksis HPA berubah drastis pada minggu pertama setelah persalinan. Segera setelah persalinan, reseptor corticotropin releasing hormone (CRH) di hipotalamus menurun jumlahnya, menyebabkan penurunan respon adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan penurunan pelepasan kortisol. Respon ini kembali normal dalam 6 minggu postpartum.[2,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini